Part 10. Hari kematian.

1.6K 158 34
                                    







"Selamat siang, sayang."

"Bagaimana kabarmu disana? Apakah kau baik?"

"Haha, aku tahu kau pasti merasa baik. Ini hari ulang tahunmu."





Chimon meremat bunga mawar merah digenggamannya, menusuk kulit perlahan karena duri yang melindungi diri, namun itu tak sebanding dengan pemandangan dihadapannya saat ini.

Sedalam apa cinta sang ayah pada ibunya, membuat hatinya sakit. Sangat sakit.





Pantaskah ia berdiri disini? Sedangkan karena ialah sang ibu merelakan nyawanya.




Jika Chimon tak ada, seharusnya sang ayah saat ini sedang hidup dengan bahagia dan tenang dengan ibunya.

Walaupun Off memotong segala cerita, tidak menceritakan segalanya padanya. Menyembunyikan luka mendalam agar dirinya tak merasa sakit.

Namun Chimon bukan anak yang bodoh.

Segala luka dan cerita yang disembunyikan oleh ayahnya tertangkap begitu cepat, menusuk ulu hatinya.



Bertahun tahun ayahnya hidup tersiksa. Semuanya adalah salahnya.

Salahnya.





****





Chimon terlampau benci dengan kenyataan.

Bocah yang terlihat polos dan tegar, hanya topeng yang palsu.

Tubuhnya yang kurus, bahkan tulang pipinya terlihat begitu menonjol.

Mereka bilang wajah seperti ini sempurna, namun semuanya hasil dari kesakitannya selama ini.

Pujian pujian yang terlontar dari orang orang, tak cukup.

Jika tubuh ini didapatkan dari hasil kesakitan yang dialaminya, ayahnya, lalu ibunya. Tidakkah semuanya terasa begitu menjijikkan jika ia berani memuji dirinya sendiri?




Hatinya sakit.

Ia tersiksa.




Diikuti bayang bayang sang ayah yang bekerja susah payah untuk hidupnya.

Mengurusnya setengah mati.

Chimon selalu dihantui rasa bersalah.


Pluem bilang, Chimon adalah anak yang baik dan kuat.

Lantas mengapa saat ini ia meraung dibalik bahu sang ayah dan menangis hingga tak dapat bernafas?

Rasanya tak cukup benteng yang dibangun seumur hidupnya.

Umurnya masih muda, mengapa ia harus mengalami hal seperti ini?

Chimon tau, masih banyak manusia yang memiliki beban jauh lebih berat dari dirinya.

Tapi kapan ia dapat merasa bahagia?

Apa tuhan tidak ingin memberinya kebahagiaan walau hanya sedikit?

Chimon bahkan merasa tak pantas memeluk sang ayah seperti ini, padahal dirinyalah yang membuat semuanya seperti ini.

Tak bisakah waktu diputar kembali? Jika bisa, Chimon akan memilih bahwa ia takkan pernah lahir.

Ia lelah membayangkan apa kebahagiaan yang akan didapatkannya suatu saat nanti.

Entah ada atau tidak.

Ia hanya ingin hidup tenang, seperti saat ia masih balita.

Sebelum pada akhirnya ia menemukan sebuah chips yang ia temukan di hari kematian ibunya yang bertepatan dengan hari kelahirannya.

Chips itu kini hancur bersama mawar yang dirematnya hingga tangannya terluka.



Sang mawar telah mati, dengan luka yang tertinggal di tangannya.

Walaupun ia mendapat luka yang besar, tergores dan tertusuk begitu dalam.

Namun sang mawar tetap mati karena ulahnya, jadi, bisakah semua ini disebut pantas yang tak sepadan?





****






Mereka bilang, ini bukan salahnya.

Namun hingga saat ini, Chimon masih tak dapat menerima.

Sebelum pada akhirnya ia sendiri yang diberitahu oleh tuhan dan seseorang yang telah mati karenanya.

Bahwa memang seperti itu, atau tidaknya.












Sebelum akhir menjemput, Chimon hanya ingin tahu sebelum ia mati karena ketakutan dan bayang bayang rasa bersalah atas hal yang tak pernah dilakukan olehnya.





























TBC.





yh oks.

gatau mau ngomong apa.

dengerin mulmednya sambil nangis atau aku cekek? •^•

btw itu mulmednya POV nya Chi yaa, aku ga masukin video asli/ofc lagu Paul Kim nya karna biar langsung dapet feelnya pas baca tl an nya😔💔👍🏻

jangan lupa dengerin yang ofc di yt Paul Kim ya! lagunya bagus bgt:(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mom. { OffGun }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang