BRAK!
"Kumohon. Bertahan sebentar, Gun. Kumohon." Off tidak memperdulikan darah yang menetes deras di dahinya. Ia menahan pendarahan di bagian bahu Gun panik.
"H-hiks. Kumohon bertahan sebentar, Gun. Ambulance akan datang sebentar lagi." Off menangis deras memeluk Gun. Ia tidak tahu cara menghentikan pendarahan Gun dibawah sana.
Off sungguh tidak ingin kehilangan Gun. Gun adalah hidupnya, hidup yang harus ia pertahankan hingga akhir hayatnya.
"Bertahan lah sebentar lagi. Demi aku, demi Chimon." Racau Off semakin menyedihkan. Mengusap rambut Gun menenangkan.
"Ayolah. Cepat datang." Seseorang disebelah Off semakin panik. Ia juga tidak mengerti bagaimana cara menghentikan pendarahan, bahkan dirinya tidak tega melihat Off yang membuka kemejanya di tengah musim dingin seperti ini yang hanya menyisakan kaos tipis nya untuk menghentikan darah yang keluar dari bagian kepala Gun.
Beberapa orang yang ikut membantu ikut terus menelfoni ambulance, juga membantu Off menyelamatkan Gun sebisa mereka.
Gun tersenyum lemah melihat seberapa menyedihkan ekspresi suaminya. Ia mengangkat tangannya semampunya, mengusap rahang Off. "Gun baik baik saja, Papii."
Meringis pelan merasakan semakin nyeri perutnya. Gun menekan perutnya pelan, ia tidak ingin menangis, Gun tidak mau membuat Off semakin khawatir dengan kondisinya.
Off terisak kuat. Ia mengusap keringat yang bercampur darah di pelipis Gun, air matanya dengan deras jatuh ke pipi Gun. Ia mengecup pelipis Gun, menekan bahunya agar darah yang keluar dari sana tidak semakin banyak.
Off tidak mau, dan tidak akan pernah mau kehilangan Gun.
Tidak boleh. Tuhan belum boleh mengambil Gun dari sisinya, jika ia boleh egois, ia tidak pernah mau Gun pergi dari hidupnya, hingga ia mati.
Off mengangkat leher Gun. Memeluk istrinya kuat, ia tidak mau, tidak akan mau melepaskannya. "H-hiks. Kumohon, Gun. Kumohon." Tubuh Off bergetar hebat, suara tangisan menyedihkannya membuat orang orang disana benar benar merasakan seberapa besarnya perasaan Off pada Gun.
"Aku tidak pernah siap hidup tanpamu. Kumohon, demi aku, demi Chimon. Kau sangat menyayangi Chimon, kan? Ayo merawat Chimon bersama sama, hingga ia dewasa dan melihat seberapa tampannya anak yang sangat kita sayangi." Off berkata putus asa. Ia mengguncang tubuh Gun agar tetap sadar dan tidak pingsan, "Kumohon, bertahanlah."
Nafasnya tercekat, Off menangkup wajah Gun yang terpenuhi darah. Menangis putus asa didepan wajahnya. "Lihat aku, Gun. Aku hanya minta kau bertahan sebentar. Kumohon, hanya sebentar."
Sebentar, ya?
Ya, Gun bisa bertahan sebentar. Hanya sebentar.
Hingga akhirnya kinerja jantungnya berhenti. Setelah Chimon berhasil datang ke dunia.
Ini pilihan Gun.
Apakah Gun tidak mencintai Off hingga tega meninggalkannya begitu saja?
Tentu tidak. Nyawa dan hidupnya hanya untuk Off.
Tapi Chimon, Chimon harus melihat dunia. Chimon harus merasakan kasih sayang ayahnya, Chimon harus hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mom. { OffGun }
FanfictionChimon Wachirawit Adulkittiporn yang baru berumur 12 tahun menemukan sebuah album kuno di gudang yang berada didepan kamar ayahnya. Ketika membuka album tersebut, ia teringat. Ayahnya sering menunjukkan beberapa foto foto disini melalui handphone sa...