dua

125 39 9
                                    

semua ide cerita, karakter, nama, dan tempat kejadian berasal dari imajinasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

semua ide cerita, karakter, nama, dan tempat kejadian berasal dari imajinasi. adanya kemiripan dalam dunia nyata hanya kebetulan. jangan lupa vote dan komen biar semangat update, besties.

***

SIAL. Satu kata yang mewakili perasaan Ruby sekarang. Dia baru saja tiba di Kantor Pusat Jagaraga Insurance pukul sembilan lewat duapuluhlima menit dan dari data yang dia dapatkan lewat grup pencari kerja di Telegram. Bos besar Jagaraga Insurance terobsesi dengan kedisiplinan. Alias Ruby sama saja bunuh diri kalau nekat tetap datang padahal dia sudah pasti ditolak.

Tapi memang dasarnya dia sedang butuh pekerjaan. Apapun akan dia lakukan. Sekalipun harus memohon pada HRD untuk melanjutkan interviewnya.

Setelah bertanya pada bagian informasi, Ruby segera melangkahkan kaki ke arah ruang inteview, di mana ada beberapa orang yang masih duduk. Menunggu giliran mereka di panggil, sementara di depan sebuah pintu ruangan seorang wanita duduk memperhatikan Ruby yang baru datang.

"Nama?"

Ruby mengernyit mendengar suara sengak sekaligus sinis dari wanita yang dia tebak adalah seorang asisten atau semacamnya dari Kepala HRD yang sedang mewawancarai di dalam. Meski sebal dan rasa ingin menampol, Ruby memaksakan diri untuk tersenyum.

"Ruby Jane Setiawan," jawabnya, dia cukup percaya diri kalau nada bicaranya menyentuh level sangat sopan.

Raut wajah si wanita dengan nama Anggun yang tercantum di id cardnya berubah menjadi makin sinis.

"Anda terlambat dan nekat datang?"

"Saya punya alasan."

"Semua yang terlambat selalu punya alasan dan perusahaan tidak pernah menolerir alasan apapun."

"Termasuk alasan menolong seseorang? Bukannya ini perusahaan asuransi besar yang visi misinya MENOLONG?"

Skakmat. Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Ruby, Anggun tidak menjawab lagi dan langsung memberikan nomor antrian pada Ruby. Masih dengan sikap dingin dan tatapan penuh ketikaksukaannya, dia meminta Ruby untuk menunggu namanya dipanggil. Kebetulan giliran Ruby sudah sejak tadi tapi berhubung dia terlambat sudah pasti dia ada di urutan terakhir.

Menit demi menit bergulir dengan keheningan yang menyiksa. Ruby sempat mencoba akrab dengan seorang wanita yang juga menunggu giliran. Tapi, sama seperti Anggun, dia juga bersikap acuh tak acuh pada Ruby. Hingga tidak ada pilihan selain menunggu dan yang bisa Ruby lakukan untuk membunuh kebosanan adalah bermain ponsel.

|Ruby: Lo kerja?

Iseng, Ruby mengirim pesan pada teman satu almamater yang kini sudah mendapatkan jabatan sebagai veterian di salah satu klinik hewan di kawasan Jakarta Selatan.

Nayeon adalah teman yang paling dekat dengannya. Seorang peranakan Indonesia-Korea yang memulai pertemanan dengan Ruby lewat kejadian konyol.

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang