satu

147 44 13
                                    

semua ide cerita, karakter, nama, dan tempat kejadian berasal dari imajinasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

semua ide cerita, karakter, nama, dan tempat kejadian berasal dari imajinasi. adanya kemiripan dalam dunia nyata hanya kebetulan. jangan lupa vote dan komen biar semangat update, besties.

***

SEKALI lagi Ruby menatap pada pantulan dirinya di cermin. Mengoles sekali lipgloss dengan warna peach kesukaannya dan memastikan rambutnya sudah tertata rapih sebelum merampungkan ritual menjelang interview.

Memantapkan diri, dia akan tetap berangkat. Tidak mau ambil pusing soal omongan Jefri meskipun kakaknya punya insting kuat. Secara dia adalah seorang jaksa penuntut umum yang sudah berkali-kali memenangkan persidangan. Di luar itu pula, sepanjang Ruby hidup bersama Jefri, sudah berkali-kali omongannya terbukti.

Biasanya kalau Jefri bilang sesuatu akan terjadi, maka benar kejadian. Contoh sepele sekaligus konyol adalah dua tahun silam. Saat Jefri terang-terangan meminta Ruby putus dengan mantan kekasihnya, Januar. Benar saja, Ruby yang memaksa bertahan nyatanya malah diselingkuhi berkali-kali.

Ada juga kasus lain. Bagaimana Jefri secara terang-terangan mengatakan tetangga mereka, Harris akan jatuh cinta pada teman sekampus yang dibenci. Sekarang mereka sudah seperti sepasang merpati yang selalu bersama.

Pokoknya perkataan dan insting Jefri sudah seperti milik cenayang. Kadang Ruby merasa seram sendiri.

Melamun sesaat, Ruby menggeleng cepat. Mengenyahkan segala keraguan yang sempat ditorehkan oleh Jefri.

Tidak. Ruby tidak akan mengikuti insting Jefri. Seperti yang sudah dikatakan, dia butuh uang dan tidak mungkin mengandalkan Jefri selamanya. Apalagi dia punya keinginan untuk melanjutkan studi S2nya. Belum lagi kakaknya yang sudah seperti budak cinta dengan kekasihnya. Ruby tebak mereka tidak lama lagi akan segera menikah dan boom sudah pasti Ruby enggan bergabung dalam satu atap bersama mereka.

Ruby bergidik sendiri membayangkannya. "Mending gue ngekos daripada satu atap sama mak lampir," ujarnya.

Yah, dia dan Salsa, kekasih Jefri memang tidak begitu akur. Semua berawal dari kejadian lima tahun lalu ketika Salsa salah menduga Ruby sebagai pelakor. Hanya karena tanpa sengaja melihat Ruby dan Jefri berboncengan keliling Jakarta dengan Ruby yang menggenggam pinggang Jefri erat. Salsa mengamuk dan mengirim spam direct messages kepada Ruby. Tentu saja isinya mencaci dan mengatai yang tidak-tidak.

Sejak saat itu Ruby juga terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Salsa. Sementara Jefri yang memang terlalu menjadi budak cinta Salsa, tidak banyak berbuat. Sekadar mewakili Salsa meminta maaf sekaligus pengertian Ruby. Hubungan Ruby dan Jefri lah yang pada akhirnya dikorbankan.

"Yang ada mati muda gue kalo serumah sama dia," Ruby bermonolog lagi saat sedang melewati kamar Jefri dan tanpa sengaja melihat foto Salsa.

Mengingat gelagat kelakuan Salsa hanya akan membuat mood Ruby berantakan. Maka seirama dengan langkahnya meninggalkan apartemen dia mengenyahkan semua tentang ucapan Jefri dan kekesalannya pada Salsa. Ini salah satu hari penting bagi Ruby. Dia tidak akan membiarkan siapapun apalagi Salsa merusaknya.

Baiklah! Hari ini pasti akan berjalan lancar!

Menyusuri pedestrian menuju Stasiun Duren Kalibata, Ruby asik bermain ponsel. Membuka grup chat dan sesekali menertawakan teman kampusnya dulu yang saling melempar lawakan.

Keasikan Ruby membalas belasan pesan yang tertumpuk membuatnya terkejut saat sebuah teriakan nyaring membuat situasi di sekitarnya ricuh. Ruby mendelik melihat seorang wanita paruh baya tengah memandang nanar pada dua orang manusia yang baru saja mencopetnya.

Dua lelaki dengan kumis tebal dan pakaian serba hitam segera tancap gas selepas berhasil mencopet terang-terangan dan di tengah keramaian.

"Tolong!"

Lalu dalam satu tarikan napas, Ruby melepas blazernya. Menyerahkan pada seorang ojek online yang sedang mangkal, dan menggulung lengan kemejanya sampai di atas siku. Ruby sempat mengulas senyum pada wanita yang menjadi korban pencopetan sebelum bergegas lari. Meninggalkan heelsnya di dekat ojek online yang sama.

Bukan hanya ojek online atau korban, mulai dari penjual bubur ayam sampai sopir angkot semuanya memandang dengan bibir menganga pada kelakuan Ruby.

"Non Ruby!" Oh itu si penjual bubur ayam langganan Ruby.

Si pencopet mungkin tidak tau. Semasa SMP sampai SMA dulu Ruby selalu menjadi jawara utama lari marathon se-Jakarta. Mengejar mereka hanya secuil ujung kuku. Jadi, dalam beberapa menit Ruby sudah berhasil mendekat dan segera melempar tasnya, tepat mengenai belakang kepala pencopet.

Motornya oleng dan tepat sebelum motor terjatuh, Ruby menarik kerah kaos polo si pencopet hingga dia terjungkal ke belakang.

Berpasang-pasang mata jelas memperhatikan mereka. Sebagian lagi sibuk mengabadikan momen dengan foto dan video selagi Ruby sudah menjewer si pencopet dan meminta paksa tas wanita tadi. Dari arah berlawanan seorang dengan seragam cokelat berbalut hijau segera berjalan menghampiri Ruby dan membawa pencopet ke posnya, sedangkan Ruby sudah kembali dan menyerahkan tas milik wanita tadi.

Si wanita mengumbar senyum lebar sekaligus takjub. Dia pasti menyaksikan bagaimana Ruby berlari kencang dan menarik si pencopet.

"Terima kasih! Kalau nggak ada kamu, semua barang-barang saya udah hilang."

Ruby membalas senyumannya. "Nggak masalah--Tante?" Ujarnya seraya kembali memakai blazer dan sepatunya. "Lain kali lebih hati-hati, t
Tante. Jaman sekarang di keramaian juga orang jahat bakalan tetap cari kesempatan."

"Mira," wanita tadi kembali tersenyum dengan tangannya yang sudah terjulur.

"Ruby."

"Kamu tinggal di sini?"

"Iya, Tante," Ruby menjawab sekadarnya saat dilihat jam sudah lewat pukul delapan sementara interviewnya pukul sembilan. "Tante, maaf nih, kalau saya tinggal duluan nggak apa? Soalnya saya ada interview kerja."

Mira tersenyum sembari membaca air muka Ruby yang mulai gusar. "Memangnya Ruby mau interview di mana?"

"Jagaraga Insurance, Tante. Hm, saya duluan ya, Tante!"

Dikejar waktu, Ruby berniat menyudahi dengan mengangguk sopan, namun Mira lebih dulu mencegat tangannya. Dia menyerahkan sesuatu pada Ruby lengkap dengan seulas senyum.

"Itu kartu nama saya. Kalau karena saya kamu jadi gagal interview, di perusahaan saya lagi butuh karyawan."

coba tebak Tante Mira jadi siapa di sini? kalo bener aku kasih double update 🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

coba tebak Tante Mira jadi siapa di sini? kalo bener aku kasih double update 🤗

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang