• 3 •

680 121 1
                                    

Organisasi PMR, organisasi yang banyak diminati orang karena terlihat santai dan organisasi yang kemampuannya dapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Bian benar-benar masuk ke dalam Organisasi Palang Merah Remaja sekolah, seperti yang dia katakan beberapa hari yang lalu.

Bian tak sendirian, tentu saja. Atsa, sahabatnya yang sudah seperti ekornya itu juga masuk ke dalam organisasi yang sama, atau mungkin lebih baik disebut kepalanya.

Alasan sebenarnya Bian mengikuti organisasi PMR adalah karena dia mengikuti Atsa. Faktanya, Bian tidak akan mau mengikuti ekstrakurikuler jika saja ekstrakurikuler tidak diwajibkan dan tidak berpengaruh di dalam nilai rapotnya.

Beberapa hari yang lalu saat demo ekstra, dia bisa mengatakan kepada Tama bahwa dia ikut ekstra PMR karena dia sudah sempat membahasnya dengan Atsa.

Hari ini adalah pertemuan pertama ekstrakurikuler PMR. Malas, tentu saja. Setelah pulang sekolah, hal yang paling terbaik untuk dilakukan adalah pulang kemudian rebahan di kamar. Tapi Bian terpaksa menunda hal terbaik tersebut.

Bian dan Atsa segera menuju kelas yang digunakan untuk pertemuan. Ternyata lumayan banyak siswa yang masuk PMR.

Kegiatan yang dilakukan hanyalah kegiatan ringan. Hanya bermain game sekaligus berkenalan dengan kakak kelas dan teman seangkatan, kemudian membahas hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan selama menjadi anggota.

Mereka juga diberi tahu jika akan ada kegiatan bernama OKA, semacam kegiatan untuk menentukan apakah mereka benar-benar niat untuk masuk ke dalam organisasi atau tidak.

Mereka diberi tahu apa saja yang harus mereka siapkan atau apa yang harus mereka pelajari untuk kegiatan OKA yang akan dilaksanakan beberapa hari ke depan.

Bian fokus mendengarkan, sesekali menyauti atau bertanya jika ada sesuatu yang membuatnya bingung. Walaupun Bian bilang dia malas, dia malah menjadi anggota yang bisa dibilang aktif di hari pertama.

Yaah, Bian memang anak yang aktif, mana mungkin dia hanya tetap diam, disamping itu, dia adalah anak yang gampang penasaran. Mau semalas apapun dia, kalau ada yang membuatnya penasaran, dia malah semangat untuk mencari tau.

Ingin heran, tapi itu Bian.

Sekitar dua jam kemudian, pertemuan selesai. Bian bergegas membereskan alat tulis yang dia keluarkan untuk mencatat dan segera keluar dari kelas dengan Atsa.

Sekolah sudah lumayan sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang memiliki jadwal pertemuan ekstrakurikuler yang sama dengan PMR atau siswa yang sengaja tidak pulang sedari tadi, memilih menghabiskan waktu di depan pos satpam.

"Beneran masuk KIR ternyata," gumam Bian.

"Sapa?" tanya Atsa.

Bian mengangkat dahunya singkat, menunjuk segerombolan atau lebih tepatnya seorang siswa yang juga sedang berjalan keluar dari kelas.

Itu adalah Tama dengan Kai di sebelahnya.

Ekstrakurikuler KIR mengadakan pertemuan di hari yang sama dengan PMR. Itulah kenapa Bian menyimpulkan bahwa siswa yang dia tunjuk a.k.a Tama adalah anggota KIR. Beberapa teman sekelasnya yang mengikuti KIR juga keluar dari kelas yang sama dimana Tama dan Kai keluar.

"Kok kamu tau Tama mau masuk KIR? Bilang ke kamu?" tanya Atsa.

Bian mengangguk sambil membalas lambaian tangan yang diberikan temannya saat tak sengaja bertemu pandang dengannya.

"Kamu dichat sama dia apa gimana?"

"Iya, tapi dia juga bilang pas demo ekstra sih,"

"Cuk?? Sumpah?"

Reminiscence [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang