• 4 •

616 123 9
                                    

Masa pengenalan sekolah sudah lewat, sekarang kegiatan belajar mengajar sudah mulai efektif. Bian sudah mulai sibuk sejak hari senin dan hanya memiliki waktu luang saat weekend.

Sayangnya, minggu ini dia harus lembur. Ingat kegiatan OKA? Saat ini Bian sedang melaksanakan kegiatan tersebut.

Agak tidak ikhlas sebenarnya, Bian jadi mengurungkan niatnya untuk bermain ke pusat belanja kesayangannya demi mengikuti kegiatan ini. Tapi apa mau dibuat? Jika tidak ikut, dia tidak akan mendapat bet PMR yang artinya tidak anggap sebagai anggota, bisa-bisa nilai ekstrakurikuler di rapotnya kosong.

Kegiatan OKA tidak seseru yang Bian bayangkan. Dia pikir dia akan bersenang-senang, melakukan banyak kegiatan. Nyatanya, dia harus terjebak di dalam ruangan, mendengarkan seorang guru, bukan guru, lebih tepatnya adalah seorang anggota resmi Palang Merah yang menjadi pengajar untuk menjelaskan segala hal tentang Palang Merah mulai dari sejarah dan lain-lainnya.

Setelahnya, mereka akan diberi selebaran kertas yang berisi soal tentang Palang Merah.

Ya, itulah yang dimaksud Bian saat dia bilang kegiatan OKA tidaklah seru. Yang dia lakukan hanyalah mendengarkan pelajaran dan mengerjakan ujian!

Beruntung, sangat beruntung, Bian sempat membaca catatan tentang Palang Merah di ppt yang diberikan seniornya kemarin malam. Dia juga mendengarkan beberapa hal saat bapak pengajar menjelaskan.

Walaupun tadi sempat ada yang membuat perhatiannya teralihkan, yaitu pemandangan dari luar jendela.

"Ada kucing kawin?"

Bian menutup mulutnya, hampir saja dia tertawa terbahak mendengar ucapan random Atsa, tangannya secara reflek memukul pundak Atsa di sebelahnya, Bian berbisik, "Matamu,"

Atsa memutar bola matanya, "Lah kamu liat keluar terus, bukanya dengerin Bapaknya jelasin, kali aja ada kucing kawin,"

Bian menunjuk keluar, "Pen liat anak osis, kerjaannya apa aja,"

"Loh, itu anak osis?"

Bian mengangguk, "Hooh,"

"Tak kirain KIR, soalnya ada Tama-"

Mendengar ucapan Atsa yang terpotong, Bian menatap Atsa bingung.

Atsa memasang senyum yang luar biasa aneh menurut Bian, membuatnya mengerutkan kening, sedikit bergidik ngeri.

"Kamu kok ngerti itu anak osis? Dikasih tau Tama ya~?"

Bian mendengus, "Ya kan anak kelas juga ada yang ikut osis, liat itu ada Deliana sama Saskia, ada Rifky juga iku loh," jelasnya sambil menunjuk beberapa siswa.

Atsa ber-oh, "Iya juga, lali nek ada anak kelas ikut osis,"

lali : lupa

Diam-diam, Bian bernapas lega.

Karena yang dikatakan Atsa tadi memang benar adanya. Dia memang diberi tahu Tama lewat chat sehari sebelumnya. Tapi entah kenapa dia merasa lebih baik tidak mengatakannya kepada Atsa, perasaannya tidak enak.

Bian juga tidak tau kenapa Tama memberitahu jika ada kegiatan osis hari itu, dia tidak tanya, Tama yang berinisiatif memberi tahu dirinya. Dia juga baru tahu kalau Tama adalah anak osis kemarin malam.

"Tapi Yan," seru Atsa pelan.

Bian yang sibuk memandangi pemandangan di luar jendela bergumam, "Hmm?"

"Kamu ngapain liatin Tama terus?"

Bian melotot, "Matamu,"

"Idih nge-gas!"

Reminiscence [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang