• 9 •

497 103 1
                                    

Sepeda motor Bian masih belum pulang dari tempat service, beruntung kakak kelasnya, Arjuna, yang rumahnya lumayan berdekatan mau direpotkan untuk menjemputnya dan pergi ke sekolah bersama.

"Nanti ke kafe biasa yok," ajak Arjuna.

Bian mengangguk, "Boleh, bayarin ya,"

Arjuna memutar bola matanya, tapi kepalanya mengangguk.

"Asekk! Pulang sekolah ya kakak ganteng," seru Bian.

"Kakak ganteng matamu,"

Bian tertawa, tak ingin membalas umpatan Arjuna, dia segera pergi setelah melambaikan tangan pada Arjuna, berjalan santai ke arah kelasnya.

Hari ini, mood Bian sangat bagus, dia mendapat tebengan yang sama artinya dengan menghemat uang jajan karena tak perlu bayar ojek, kemudian tugas-tugasnya entah bagaimana selesai sehingga dia tak ada tanggungan apapun pagi ini.

Apalagi kakak kelasnya tadi mengajaknya pergi ke kafe tempat dia sering main, lumayan, bisa refreshing, gratis pula.

Tunggu, apakah tadi Bian bilang moodnya sangat bagus? Lupakan saja, moodnya mendadak buruk, dia bahkan tidak sadar sudah mendengus agak keras dan mulai menghentakkan kakinya saat berjalan.

Alasannya, dua orang yang lewat di depannya beberapa saat yang lalu. Tama dan Yuyun, yang entah kenapa sejak kemarin Bian rasa semakin sering terlihat berdua, hanya jalan berdua, sih. Tapi entah kenapa Bian sangat kesal melihatnya.

Apa jangan-jangan pikirannya benar tentang Tama akan menembak Yuyun? Dan itu sudah direalisasikan? Yang benar saja?! Dia bahkan belum bertanya apapun ke Tama.

Tapi memangnya dia mau tanya apa? Memangnya apa hubungannya dengannya? Dan kenapa dia merasa badmood kalau memang ternyata mereka pacaran? Itu bukan urusannya.

Bian mendengus sekali lagi. Menggelengkan kepalanya pelan, merogoh saku dan memakan satu permen, berharap moodnya yang buruk luntur dengan rasa manis di lidahnya.

"Tuh kan kamu emang suka sama Tama, kenapa masih denial, seh?" ujar Atsa saat Bian menceritakan kekesalannya.

Bian jadi terdiam mendengarnya.

Kalau dia suka Tama terus kenapa? Bukannya itu udah terlambat? Tama sudah pacaran dengan Yuyun, kan?

"Mau aku tanyain langsung ke dia?" usul Atsa.

"Gausah aneh-aneh anjing!"

Atsa merengut, "Daripada kamu uring-uringan gini, yang jadi korban aku,"

Bian menghela napas, "Maaf,"

Atsa menggelengkan kepalanya, "Gapapa, aku paham, kamu kan pertama kali suka sama orang, jadi kayak anak perawan yang lagi dapet,"

Mendengar itu Bian melotot, "Maksudmu? Kamu udah gak perawan?!"

"Gak gitu Bian anjing, kan jadi emosi,"

Bian memajukan bibirnya, "Terus gimana?"

Atsa menggeleng, "Kamu nggak denial aja udah jadi langkah yang bagus. Langkah kedua, perjuangin, masa' cinta pertamamu dibiarin gitu aja?"

"Dia udah punya pacar panjul!" ujar Bian kesal, walaupun begitu, Atsa masih menangkap nada sedih di dalamnya.

"Kata siapa?" tanya Atsa.

"Ya kan aku punya mata, mereka sering berdua, kalo nggak pacaran ngapain mereka berdua terus," jelas Bian.

"Kalo kata aku sih, mereka nggak pacaran, Tamanya aja yang ketempelan Yuyun," ujar Atsa.

Reminiscence [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang