• 2 •

786 138 10
                                    

Sekarang Bian sudah resmi menjadi siswa SMA, setelah berjuang keras saat tes peminatan, akhirnya Bian berhasil masuk ke dalam kelas IPS, karena mana mungkin seorang Bian masuk kelas MIPA.

Hari ini Bian harus mengikuti -melihat- demo ekstrakurikuler di aula yang sama dimana dia melaksakan kegiatan pembukaan ppdb satu minggu yang lalu.

Seperti biasa, dia pergi dengan Atsa dan segera duduk di kursi kosong manapun yang ada di aula.

Bian mendengus, malas, dia tidak suka dengan kegiatan seperti ini, hanya menonton, memerhatikan, tidak boleh berkomentar atau berisik, sangat membosankan.

"Dapet jajan nggak ya?" tanya Bian.

"Kita mau lihat demo esktra bukan mau ikut pengajian," balas Atsa sambil memukul kepala Bian pelan.

"Asu! Emang kamu pernah ikut pengajian? Kita kan nonis,"

Atsa menggeleng, "Enggak, tapi biasanya dikirimin tetangga,"

"Kalo itu seh aku juga,"

Setelah obrolan random tersebut, keduanya diam, memandang pintu aula yang terbuka lebar sebagai jalan masuk siswa baru untuk kegiatan demo ekstra, beberapa anggita osis sibuk menyiapkan barang-barang seperti kursi, speaker, dan lain-lain.

Melihat itu, bibir Bian mengerucut maju, berpikir bahwa kegiatan yang harus dia ikuti kali ini pasti akan sangat lama.

Bian mendengus, "Tapi masa kita ga dapet jajan sih?"

"Astaga, tanya itu lagi?" sahut Atsa setengah kesal.

"Ya kan bakalan lama Sa, kalo aku laper gimana? Atau kalo gak ya minimal dapet minum lah," gumam Bian.

"Eh tapi parah sih kalo gak dapet minum, kabur ke kantin aku," ujar Atsa.

"Ini nih, ini baru bestieku, tos dulu,"

"Yeah!"

Entahlah, random sekali memang dua oknum ini.

"Halo,"

Bian menoleh ke samping, sedikit terlonjak saat sadar bahwa siswa yang duduk di sampingnya adalah siswa yang sama yang satu minggu lalu bertengkar dengannya.

Sedangkan yang menyapa adalah teman yang menyeretnya hari itu.

"Eh.. Halo?" balas Bian.

"Kita ketemu lagi, ayok kenalan,"

Bian mengangguk pelan.

"Aku Kai, MIPA satu,"

Bian mengangguk lagi, kali ini dengan senyuman di wajahnya.

"Tama, MIPA satu,"

Bian menekuk mukanya, "Idih? Siapa yang ngajak situ kenalan?"

Tama menggeser bola matanya, menatap Bian tajam. Melihat itu Bian sedikit meneguk ludahnya paksa, memang benar kata Atsa, seram.

Bian mengatupkan telapak tangannya, "Maaf Yang Mulia, saya cuma bercanda,"

Tama mendengus pelan, berbeda dengan Kai yang malah tertawa.

"Aku Bian, IPS dua, salken Kai," ujar Bian.

"Salken Tama,"

"Salken," balas Tama pelan.

"Oh iya, ini," seru Bian sambil menarik Atsa.

"Atsa, IPS dua juga," ujar Bian mengenalkan Atsa.

Atsa mengangguk canggung, "H.. Halo,"

"Halo Atsa, aku Kai,"

"Halo Kai,"

Reminiscence [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang