• 5 •

565 119 4
                                    

Hari ini cuaca sedang cerah, berbeda dengan mood Bian yang agak mendung karena kesal. Alasannya, dia harus ke kantin sendirian.

Atsa sibuk mengerjakan tugas di kelas dan tidak mau pergi ke kantin dengan Bian, sahabatnya itu juga membawa bekal, makin menguatkan alasan untuk tidak ikut ke kantin dengan Bian. Karena itu Bian jadi kesal karena harus berdesakan di kantin sendirian.

Tak ingin berlama-lama, Bian cepat-cepat membeli jajanan dan minuman yang dia inginkan, kemudian segera keluar dari ruangan yang penuh dengan murid itu.

Namun, langkahnya terhenti karena ada yang memanggilnya. Mau tak mau, Bian menoleh, mendapati kakak kelasnya, atau lebih tepatnya adalah seniornya dari ekstrakurikuler.

"Manggil aku ta? Kenapa kak?" tanya Bian.

"Ya manggil kamu lah, sapa lagi yang namanya Bian disini kalo bukan kamu," balas kakak kelas itu.

Bian menoleh ke sekitar, "Kalo sampe ada yang namanya Bian selain aku yak apa? Terus sekarang lagi nyariin kakak karena ngerasa dipanggil?"

Kakak kelas itu tertawa, "Biarin, berarti dia geer,"

"Kak Linda ngawur,"

"Udah udah, aku manggil kamu bukan iseng, ada perlu ini, malah ngajak bercanda,"

Bian tertawa, telapak tangannya disatukan, tanda meminta maaf.

"Ada apa, kak? Waduh, akhirnya Bian berguna?"

Kakak kelas itu tertawa, "Kamu kenapa sih, dek?" tak ingin mendengar jawaban Bian, kakak kelas itu bertanya kembali, "Kamu besok sabtu nganggur nggak?"

Bian menatap langit-langit, "Harusnya sih iya, kak. Kan aku pengangguran, hehe,"

Kakak kelas itu tertawa, "Ke sekolah aja biar gak nganggur,"

Bian mengerutkan keningnya, "Hah? Ngapain?"

"Jaga sekolah dek, nemenin pak satpam,"

Bian mendengus, "Males lah, mending ke TP, main,"

TP : Tunjungan Plaza (mall di Surabaya)

Kakak kelas itu menarik pipi Bian, membuat si empu berseru, "Apa sih, gemes banget,"

"Kak!"

"Hahaha, kalo kamu beneran nganggur, sabtu ke sekolah ya, buat jagain anak KIR seleksi,"

Mendengar itu, Bian mendadak tertarik, "Jagain gimana?"

"Nggak gimana-gimana, cuma jaga barangkali ada yang cidera gitu lah, ntar juga palingan nyantai di ruang uks, cuma buat pengalaman aja," jelas kakak kelas itu.

Bian mengangkat sebelah alisnya, "Ada konsumsi?"

"Gorengan, es, kue, lengkap, nanti tak beliin jajan kalo kurang," jawab kakak kelas itu.

"Sip, berangkat," seru Bian cepat.

Kakak kelas itu tertawa, "Sip ya, tak tunggu, awas kamu nggak dateng,"

Bian mengangkat ibu jarinya, "Beres, banyakin jajan aja pokoknya. Gak usah pakek seragam, kan?"

Kakak kelasnya menggeleng "Gak usah, pake baju bebas aja yang penting sopan,"

"Oke siap,"

"Ya udah ya, dek. Aku duluan, dateng loh ya,"

Bian mengangguk, "Iya kakak cantik,"

Setelahnya, kakak kelas itu melangkah menjauhi Bian. Bian menghela napas, dia harus membatalkan rencana main dengan temannya.

Tapi tak masalah, dia cukup semangat dengan kegiatan pengganti kegiatannya sabtu besok. Entahlah, dia hanya merasa sangat semangat. Yaah, siapa sih yang tidak semangat jika akan dapat pengalaman dan rasa kenyang karena jajan.

Bian juga akan melihat bagaimana proses seleksi ekstra KIR yang sering dibicarakan siswa di sekolah. Ya, karena itu dia sangat semangat.

"Ooh kakak cantik,"

Bian terlonjak, spontan membalikkan badannya, tangannya sudah terkepal, akan memukul sosok yang membuatnya terkejut.

"Tama asu! Kaget anjing," Bian melayangkan tangannya, dengan sigap, Tama menangkap tangan Bian dan meletakkan tangan Bian di samping badannya.

"Gak usah misuh, gak usah mukul juga," ujar Tama.

Bian mendengus, tangannya yang sudah terkepal dilemaskan, "Ngapain?"

Tama menunjuk ke depan, tepatnya ke ruangan luas namun ramai di depannya, "Ngantin,"

Bian menunjuk kantin, kemudian berseru, "Ya udah sana ke kantin, kok malah ngagetin aku?"

Tama mengernyitkan keningnya, "Sensi banget kenapa seh?"

Bian menggelengkan kepalanya, "Gak papa,"

"Padahal pas ngomong sama kakel biasa aja kok pas sama aku ngamuk-ngamuk?" tanya Tama.

Bian melebarkan matanya, bibirnya terbuka dan menutup sedetik kemudian, "Hah? Nguping anjir gak sopan,"

Tama melotot, "Gak nguping ya su! Gak sengaja denger,"

Bian memutar bola matanya, "Heleh, kalo kepo ya kepo aja, gak usah ngeles,"

Tama menghendikkan bahu, "Terserah,"

Tama kemudian menepukkan tangannya ke pundak Bian, "Sampai ketemu,"

Bian mengerutkan keningnya, "Apanya?"

"Kamu bakal ke sekolah buat jaga seleksi, kan? Aku anak KIR kalo kamu lupa,"

"Dih, gak nguping katanya," cibir Bian.

Tama tertawa, "Kan aku bilang gak sengaja denger," Dia menepuk pundak Bian beberapa kali, "Anyway, sampai ketemu besok lusa, takdir nih, libur aja masih ketemu aku hahaha,"

"Ha.. Hah? Gak jelas!" seru Bian sambil menyingkirkan tangan Tama dari pundaknya.

Sekali lagi, Tama tertawa, kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju kantin yang sempat terhenti, tak menghiraukan Bian yang diam mematung dengan wajah memerah.

Bian mendengus, kakinya melangkah perlahan, bibirnya sudah bergumam mengeluarkan umpatan. Berani sekali anak itu dengan santai pergi dari hadapannya setelah membuat jantungnya berdegup tak karuan.

"Repeat after me, Tama kurang ajar!" gumam Bian.

Reminiscence [Taegyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang