BAB 13 : KEMUNCULAN TAK TERDUGA

41 25 5
                                    

Hari Sabtu sebenarnya Raffi ada acara ke stadion di pusat kota bersama Bagas dan Anton untuk menonton pertandingan sepakbola. Namun hingga menjelang pukul 15.00, kedua sahabatnya malah tak kunjung memberi kabar. Tidak jelas apa penyebabnya, tetapi Raffi menebak mungkin mereka ada urusan mendadak dengan kekasih masing-masing.

Hal seperti ini sudah sering Raffi alami semenjak kedua sahabatnya memiliki pacar. Namun Raffi adalah tipe sahabat yang pengertian. Sekalipun dia tak pernah protes jika sebuah acara yang telah disepakati sebelumnya berakhir batal karena Bagas dan Anton lebih mengutamakan kekasih mereka.

Gabut karena tak ada kerjaan, akhirnya Raffi meraih tas sekolahnya. Dia mengeluarkan amplop map pemberian Gizel dan menaruhnya di meja belajar bersanding dengan seperangkat alat gambar. Raffi masih punya tanggung jawab menyadur sketsa dari selembar foto pemberian Gizel. Jadi hari ini dia berencana mengerjakannya.

Memfokuskan pikiran dan segenap kemampuan untuk menggambar sketsa, membuat bergulirnya waktu kian tak terasa yang mana saat ini tiba-tiba saja sudah menunjukkan pukul 17.00. Raffi menghela napas sembari menggulirkan pensilnya di permukaan meja. Dia lalu merenggangkan otot-ototnya sambil menguap panjang.

Hanya perlu 2 jam saja ternyata merampungkan sketsa foto Gizel. Sebelumnya Raffi butuh 3 jam lebih untuk menyelesaikan sebuah sketsa yang disadur dari lembar cetak foto. Namun Raffi malah merasa bingung menanggapi kemajuan pesat teknik menggambarnya apakah dikarenakan faktor objek fotonya tak lain adalah Gizel yang secara tak langsung meningkatkan semangat dan konsentrasinya?

@@@@@

Aira, adik Raffi yang masih duduk di kelas 1 SMP terlihat sedang asyik menonton televisi sembari menikmati es krim diamond. Aira berambut pendek sebatas leher persis seperti gaya potongan para polwan.

Nampak mulut gadis ABG itu tak bisa berhenti untuk mengunyah dan menyesap—menikmati kelezatan es krim dalam mangkuk yang berada di pangkuan kedua pahanya pada posisi duduk di sofa. Ini kedua kalinya Aira mendapat es krim diamond yang dibawa abangnya sepulang sekolah.

Ting Tong! Bel rumah berbunyi.

Aira menoleh ke arah pintu, lalu melirik jam dinding menunjukkan pukul 18.20. Dia berpikir tak mungkin ayahnya pulang lebih awal. Di malam minggu biasanya sang ayah datang jam 19.00 tepat. Kalaupun teman kakaknya juga mustahil. Bagas dan Anton yang sudah Aira kenal dengan baik hanya berkunjung ketika siang selama ini. Penasaran, Aira beranjak dari sofa dan membuka pintu rumah.

Setelah pintu dibuka, Aira mendapati seorang perempuan yang seumuran dengan kakaknya. Aira memperhatikan sosok gadis dihadapannya begitu jelita dan anggun.

Siapa ya kakak cantik ini? Tak mungkin jika teman mas Raffi. Gumam Aira dalam hati.

"Adiknya Raffi ya?" Gadis anggun itu menebak dengan benar.

Aira terperanjat mendengarnya. Dia tak percaya jika kakaknya yang pemalu dan jarang berinteraksi dengan wanita memiliki kenalan teman secantik ini.

Jadi sekali lagi Aira ingin memastikan. "Mbak ini benar temennya mas Raffi?"

"Iya, namaku Gizel. Kalau kamu?" Gizel menjulurkan tangannya. Dia tak menyangka jika adik Raffi adalah perempuan.

"Eh ... aku Aira." Aira menyalami Gizel. Kini dirinya yakin bahwa gadis jelita dihadapannya ini adalah teman kakaknya. Bagi Aira ini adalah kunjungan pertama teman wanita ke rumah selama abangnya duduk di bangku SMA.

"Lagi makan es krim diamond?" Tebak Gizel sembari memperhatikan banyak noda coklat menempel di pipi Aira.

Untuk yang kedua kalinya Aira terkejut karena perkataan Gizel sekali lagi tepat. Aira sendiri tidak langsung menjawab. Dia jadi ingat perkataan bang Raffi yang menyatakan jika semua es krim diamond yang dibawa berturut-turut selama dua hari ini adalah pemberian temannya.

SURAT CINTA PERTAMAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang