BAB 43 : SALAH PAHAM

20 12 0
                                    

Sesampainya di rumah Gizel, atau lebih tepatnya di kediaman Paman Ridwan, terhitung sudah 10 kali Raffi memencet tombol bel yang berada di sebelah pintu gerbang. Suara alunan nada bunyi bel yang asalnya dari dalam rumah Paman Ridwan pun masih sanggup terdengar samar-samar oleh Raffi dari tempatnya berdiri saat ini. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang membukakan pintu.

Raffi pun menduga Paman Ridwan belum pulang kerja. Meski begitu seharusnya adik sepupu Gizel yakni Lisa harusnya ada dirumah. Namun, mengingat ini hari Sabtu, ada kemungkinan juga Lisa pergi bermain dengan temannya. Dan yang menjadi pertanyaan apakah Gizel juga tidak ada dirumah? Seingat Raffi Gizel tak memiliki kebiasaan tidur sore. Jadi mustahil gadis itu tertidur pulas tak terbangunkan oleh suara dering bunyi bel bertubi-tubi sekeras ini.

Raffi menduga ada 2 kemungkinan, pertama rumah Paman Ridwan memang sedang kosong karena tak ada orang. Kedua Gizel berada di dalam rumah, mengetahui dari balik jendela kedatangan dirinya namun gadis itu enggan membukakan pintu entah karena alasan apapun itu. Raffi sangat cemas jika kemungkinan ke-2 itu yang terjadi.

Raffi paham Gizel tipikal yang sering ngambek mendadak tanpa terlebih dahulu mengutarakan apa penyebabnya. Seperti halnya Gizel tiba-tiba langsung bersikap dingin terhadap dirinya di tengah perbincangan topik pengisian angket minat siswa di dalam kelas beberapa bulan yang lalu yang hingga kini Raffi sendiri belum tahu apa penyebabnya. Sebetulnya, Raffi bisa menerima sifat egois gadis itu. Namun jika tak menepati janji dikala kencan seperti ini, apalagi bila dipikir-pikir, Gizel sendiri-lah dahulu yang duluan mengajak kencan ketemuan di taman publik dekat sekolah, rasanya kuk keterlaluan.

Raffi menghela napas panjang. Ketika menilik lingkungan sekitar, dia mendapati sebuah tiang listrik berukuran besar yang berdampingan dengan sebuah rumah persis di seberangnya. Rumah yang berdampingan dengan tiang listrik itu memiliki pohon mangga yang menjulang melebihi tinggi tiang listrik serta dedaunannya lebat, sehingga memberikan kerindangan pada area di bawahnya.

Seketika itu juga Raffi langsung menuntun motor milik Anton dari posisi awal di depan pintu gerbang, kemudian beralih memarkirnya di dekat tiang listrik seberang kediaman Paman Ridwan. Kemudian Raffi langsung menyandarkan tubuhnya pada badan tiang, sekaligus berteduh di kerindangan dedaunan pohon mangga. 

Raffi memutuskan untuk menunggu siapapun penghuni kediaman Paman Ridwan yang tiba terlebih dahulu untuk memasuki rumah. Di saat itu pula Raffi akan segera menghampiri untuk menanyakan keberadaan Gizel.

Lima belas menit lewat, dan jam menunjukkan pukul lima sore lebih. Raffi mulai merasa bosan. Dia terlihat lebih banyak menguap akibat terserang kantuk. Lalu tiba-tiba, sebuah mobil sedan berhenti di depan rumah Paman Ridwan. Raffi awalnya berpikir itu adalah mobil milik Paman Ridwan yang dipakai bekerja di keseharian. Tetapi dugaannya salah saat mengetahui seorang pria berumur 20 tahunan dengan memakai setelan kemeja keluar dari pintu kemudi. Raffi mencermati perawakan pria itu mirip dengan sahabatnya Bagas yang berkesan tinggi dan athletis namun pria itu terlihat lebih elegan sebab dibalut dengan outfit yang rapi.

Raffi mengamati pria itu berjalan mengitari mobil menuju ke arah pintu depan satunya. Lalu setibanya di pintu depan penumpang satunya itu, si pria membukakan pintu untuk mempersilahkan seseorang yang berada di dalam agar segera keluar. Bagi Raffi, tindakan pria itu sungguh gentleman. Namun begitu kaget dirinya ketika mengetahui jika penumpang yang diperlakukan begitu istimewa oleh pria tersebut adalah Gizel.

Raffi sungguh tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia tak menyangka Gizel akan setega itu mendiamkannya selama 2 hari ini, tak menepati janjinya untuk berkencan dan malah pergi dengan pria lain. Dada Raffi benar-benar terasa berat. Bahkan untuk menghirup napas pun seolah ada ganjalan.

Hal – hal seperti inilah yang Raffi takutkan jika menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Padahal sebelumnya Raffi telah membangun tembok pertahanan guna menjaga perasaannya tak mudah goyah oleh usaha pendekatan yang dilakukan Gizel selama ini dikarenakan dirinya belum siap jika seandainya kedepannya dilanda sakit hati ketika ada masalah dalam menjalani masa pacaran yang berujung pada perpisahan. 

SURAT CINTA PERTAMAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang