BAB 30 : CEMBURU

19 14 0
                                    

Hari Sabtu Raffi tak bisa belajar bersama dengan Gizel seperti biasa dikarenakan ada acara keluarga ke luar kota, jadi Raffi mengusulkan kepada Gizel kegiatan belajar bersamanya dimajukan hari ini sepulang sekolah. Gizel pun tak keberatan. Dan agenda belajar kali ini pun menjadi pertemuan yang terakhir bagi mereka dikarenakan Raffi merasa Gizel sudah menguasai seluruh materi akuntasi dari kelas 10 hingga 12. Pertemuan terakhir itupun sebatas hanya Raffi gunakan sebagai ajang evaluasi kemampuan Gizel mengerjakan soal-soal yang sudah dia susun.

Memasuki jam belajar pertemuan terakhir mereka, terlihat saat ini Gizel sedang berkonsentrasi mengerjakan materi soal akuntasi campuran dari kelas 10 hingga 12 di ruang tamu. Gizel sama sekali tak menemui kesulitan saat menyalin laporan transaksi ke dalam sebuah tabel. Namun, tiba-tiba Gizel menghentikan pergerakan pulpennya, kemudian memandang ke Raffi yang duduk selonjor di ujung meja tamu tak jauh dihadapannya. Gizel mendapati Raffi sedari tadi tanpa maksud dan tujuan yang jelas membuka acak halaman buku materi akuntasi kelas 11 sembari nyengar-nyengir dengan sendirinya.

Ini pasti gegara Raffi bertemu dengan Melissa tadi saat jam istirahat. Sehingga perilakunya jadi aneh! Dengus Gizel sebal.

Gizel memahami seluk beluk perasaan Raffi terhadap Melissa. Bagi Raffi Melissa adalah cinta pertamanya. Meski Raffi sudah mendapatkan penolakan dari Melissa dan berusaha untuk move-on, tetapi Gizel agak khawatir pertemuan Raffi dengan Melissa siang tadi bisa mempengaruhi perasaan Raffi.

"Hei...?" Seru Gizel. Tetapi yang dipanggil seolah tuli, masih saja Raffi terbuai dengan apapun yang dilamunkannya. Perilaku cengar-cengir Raffi tanpa menghiraukan Gizel membuat Gizel berapi-api.

Gizel meyobek sebuah kertas, menggulungnya sebesar bola ping-pong lalu melemparkannya ke Raffi. Plukk!!! Bongkahan bola kertas mengenai kepala Raffi.

"Aduh!" Keluh Raffi seraya mengelus jidatnya dan memandangi bola kertas yang jatuh disampingnya.

"Kenapa sih Gizel?" Ujar Raffi santai sambil mengernyitkan alis.

"Mikirin apa sih senyam-senyum sendiri sampai gak sadar pas kupanggil?" Gizel mendelik. "Niat mengajariku belajar kagak?"

"Eh...!" Raffi terbeliak mendengar pertanyaan Gizel. Lalu dia pura-pura membuka halaman buku materi akuntansi kelas 11 seraya berujar, " Ini loh pas aku baca materi kelas 11 jadi teringat moment lucu tahun kemarin ketika proses pembelajaran di kelas hehe."

Pinter banget ih kalau cari-cari alasan! Gizel jadi muak.

"Kamu bertemu dan ngobrol dengan Melissa kan tadi siang pas istirahat." Ujar Gizel secara terus-terang agar Raffi tak mampu berkelit lidah lagi untuk menutupi perasaan yang sedang cowok itu rasakan saat ini.

Raffi langsung menutup dengan keras buku materi akuntasi dan terkejut memandangi Gizel.

"Kuk ... kuk kamu bisa tahu Gizel?" Raffi tercengang.

"Aku melihatmu sedang asyik berduaan dengan Melissa sambil makan roti di emperan kelas 12 IPA tadi pas istirahat." Terang Gizel. "Yah sepertinya masih ada kesempatan untuk kembali menggaet Melissa, aku bisa melihatnya dari sikapmu barusan."

"Ya ampun. Nggak seperti itu ya. Kamu jangan berfikir yang aneh-aneh Gizel." Raffi membela diri. "Kamu marah melihat aku tadi bersama Melissa?"

"Siapa yang marah, jangan Ge-eR." Tukas Gizel sambil kembali menggerakkan pulpen di atas kertas jawaban, tatapannya beralih kembali pada soal laporan transaksi. "Silahkan kalau mau lanjut ngebayangin Melissa, gak bakal aku ganggu lagi!"

"Heh??" Raffi menggaruk kepalanya, kaget dengan sikap Gizel yang baru pertama kali bertingkah seperti ini.

Drrrrtttt-drrrttttt! Seketika itu juga ponsel Gizel bergetar di atas meja. Sebuah panggilan masuk dari Rio, si anak kepala sekolah mirip biksu shaolin yang ditemuinya disekolah siang tadi.

SURAT CINTA PERTAMAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang