2 - Side A

2.1K 265 9
                                    

"Tidak ada cukup waktu untuk menata rambutmu. Aku hanya akan menjepitnya dan membuatnya agar terlihat sleek."

Stylist di belakangnya mematut diri di depan cermin. Ia menyentuh rambut Karla lalu menambahkan, "Sebenarnya, rambut hitam sebahumu ini lebih cocok jika dibikin ikal di bagian ujungnya. But it's ok. Aku di sini untuk menyulapmu menjadi lebih cantik lagi."

Karla menurut tanpa berniat mendebat sedikit pun.

Ia merasakan seluruh helai rambutnya disemprot dengan hairspray agar kerapiannya bertahan lebih lama.

Stylist tersebut melindungi kelopak mata Karla dengan punggung tangan sebelum menyemprot bagian dahi. Ia berkata, "It's not a big deal. Kamu tetap terlihat cantik dengan rambut ekor kuda seperti ini. Trust me."

Karla menaikkan sepasang alisnya. Ia cukup percaya diri. Tidak butuh pengakuan dari orang lain bahwa dirinya cantik, atau pengakuan-pengakuan yang senada seperti itu.

Dua puluh menit yang lalu, seseorang meraih lengan Karla. Menariknya masuk ke dalam kamar yang seharusnya diperuntukkan untuk Aileen Hardja. Kepanikan yang melanda keluarga Hardja tidak jauh beda dengan yang dialami oleh keluarga Widjaja.

Herawan Widjaja–kakak dari almarhum papa Karla, bahkan enggan berkomentar atau sekadar melepaskan amarah ketika mendapati William Widjaja–sang putra–kabur begitu saja. Sepupunya itu nekat membuat masalah tiga puluh menit menjelang konferensi pers dilaksanakan.

Aileen Hardja juga tidak kalah konyolnya. Perempuan manja itu melakukan kekacauan yang serupa dengan Will. Bedanya, Karla sempat melihat bahwa Oesman Hardja marah besar hingga nyaris melayangkan pukulan kepada Dimas. Beruntung, waktu itu Karla dan Herawan juga berada di sini, di kamar milik Aileen. Berada di ruangan yang sama dengan keluarga Widjaja, mau tak mau membuat Oesman sedikit canggung ketika hendak melampiaskan amarah. Penyebab kaburnya Aileen adalah hanya karena perempuan itu merasa tersinggung karena William meninggalkan dirinya dan juga acara perjodohan mereka berdua demi seorang gadis lain yang bahkan keberadaannya tidak diakui oleh keluarga besar Widjaja.

Konferensi pers tetap harus berlangsung. The show must go on.

Karla mencebik, ia dapat membayangkan bagaimana nanti dirinya akan menghadapi serbuan pertanyaan dari para wartawan.

Rencana akuisisi Hardja Constructuin dan Archi-Tect batal. Itu pasti. Bagaimana mungkin ada pernikahan ketika kini para calon pengantin justru menghilang. Lihat saja, Karla akan membuat perhitungan jika sampai Will dan Aileen ditemukan.

"Lehermu terlalu polos. Coba tunggu sebentar, aku akan mencarikanmu kalung berlian yang cocok."

"Nggak usah. Nggak perlu." Karla menolak, buru-buru bangkit dari kursi. Ia sudah mengenakan dress selutut yang rasa-rasanya tampak terlalu cantik untuk sebuah konferensi pers biasa. Bagian bahunya memang tertutup, tetapi belahan dadanya terlalu rendah hingga nyaris memamerkan kulitnya yang halus tanpa cela. Ia bahkan telah mengganti sepatunya dengan Jimmy Cho milik Aileen. Beruntung, ukuran kaki mereka sama.

Sebuah kebetulan yang terasa sangat aneh.

"No. Semua mata akan tertuju padamu, Karla Widjaja. You have to be perfect enough."

Stylist tersebut berusaha mengadang langkahnya. Namun, Karla menghindar dengan cepat. "Saya rasa saya sudah terlihat cukup cantik untuk sebuah konferensi pers biasa."

Tepat di akhir kalimat, seseorang membuka pintu. Karla mengenalinya sebagai salah seorang ajudan pribadi William. "Bu Karla, Anda harus bergegas."

Karla mengangguk patuh. Ia mengikuti langkah lelaki di depannya.

Tuan dan Nyonya Tjakra [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang