6. Side A : Permintaan

1.1K 213 10
                                    

"Karla."

Karla mendongakkan wajah, mendapati sosok Herawan Widjaja memasuki ruangan. Kali ini, ia meninggalkan ajudan dan asisten pribadinya di balik pintu yang baru saja tertutup sempurna.

Pria itu berjalan perlahan, dengan kedua lengan yang bertaut di belakang. Ia mengenakan setelan jas berwarna keabu-abuan, selaras dengan rambutnya yang mulai terlihat keperak-perakan karena usia. Meski gurat keriput di kulitnya mulai terlihat, rona memikat enggan beranjak dari wajahnya. Semua orang yang mengiringi perjalanan hidupnya, pastilah berkata bahwa Samuel Widjaja adalah cerminan Herawan di masa muda.

Herawan mendekat, mengambil tempat di sisi Karla. Mereka berdua duduk di sebuah sofa panjang berbahan kulit sintetis, yang berada di salah satu sisi dinding ruang tunggu untuk pengantin wanita. Ruangan tersebut berlantai marmer, yang tampak berkilat-kilat saat memantulkan cahaya yang berpendar dari lampu kristal yang digantung tepat di tengah-tengah. Jendela kaca selebar dinding, dihasi gorden tebal dengan rajutan benang warna keemas-emasan.

Ruang VVIP, yang meski terlihat mewah dan luas, tetapi terasa sangat menyesakkan bagi Karla.

Pesanggrahan Nirwana, dulunya dibangun dan didesain oleh And-Design. Dan Karla, memulai perjalanan karirnya melalui proyek ini.

Herawan menghela napas, lalu tersenyum. "Sebenarnya, Om ingin menemuimu bersama tantemu. Tapi, yah, tantemu masih sibuk beramah-tamah dengan teman-temannya."

"Tidak apa-apa," Karla menjawab. Ia mengembangkan segaris senyum, meski dengan sangat terpaksa. Karla rasa, Herawan tidak perlu tahu bahwa sesungguhnya ia memendam bongkahan rasa kecewa. Istri Herawan tersebut, terkesan lebih mementingkan teman-teman sosialitanya dibanding dengan pernikahan Karla.

"Jadi ..." Herawan menghela napas sekali lagi. "Keponakan Om dan Tante tersayang, akan menikah. Harmawan pasti ingin melihatmu saat ini."

Nama yang disebut barusan adalah papa Karla, adik dari Herawan. Tidak. Karla bahkan merasa bahwa orang tuanya mungkin tidak akan suka melihat Karla menikah dengan cara seperti ini.

Menikah, untuk bercerai.

"Om meminta maaf, jika Karla terpaksa melakukan ini."

Karla terdiam.

"Apakah Dimas sudah memberitahu Karla alasan di balik pernikahan kalian?"

"Karla bahkan tidak punya cukup waktu untuk mengenal Dimas dengan wajar, Om." Karla menukas cepat. Memrotes ucapan Herawan barusan.

"Dimas lelaki yang baik. Om percaya dia akan menjaga Karla."

"Darimana Om tahu kalau Dimas orang baik?" Karla mencibir. Beberapa waktu lalu, Dimas berlagak di depan Alex seakan-akan Karla adalah miliknya. Dan Karla dibuat kesal setengah mati oleh tingkah kedua lelaki itu.

"Oesman yang bilang." Herawan mengulum senyum. "Dimas adalah salah satu project manager kepercayaannya. Salah satu karyawan paling loyal di Hardja Construction. Oesman bahkan berani menjamin bahwa Hardja menggaji Dimas dengan nominal yang layak. Karla jangan kuatir akan hidup serba kekurangan. Papamu juga masih punya saham yang cukup di Archi-Tect yang tentunya diwariskan kepada Karla"

Namun, itu bukan jawaban yang diinginkan oleh Karla. "Apa Om yang meminta Dimas untuk melakukan semua ini?" Kali ini, Karla tak tahan lagi untuk bertanya. "Konferensi pers waktu itu ... juga Will ..."

"Akan ada efek domino yang tidak bisa dibilang sederhana, jika pernikahan ini dibatalkan," Herawan memotong. "Karla pasti paham akan hal itu. Om minta maaf sama Karla karena sudah meminta Karla untuk berkorban. Om harap, Karla dapat mengerti keputusan Om."

Karla kembali terdiam. Tentu saja, jika kredibilitas biro memburuk, para investor, juga para calon klien, bisa kabur. Jika Karla menolak pernikahan ini, ia tak akan sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada Archi-Tect.

Karla menatap ujung sepatunya—ralat, sepatu milik Aileen—dengan perasaan carut marut. Sepatu, kebaya, juga tamu undangan. Semua adalah milik Aileen.

Karla dan Dimas hanyalah seorang pengantin pengganti.

Sejak kematian kedua orang tuanya di saat ia masih remaja, Herawan datang dan memberinya sebuah kehidupan baru. Sebuah keluarga pengganti yang utuh. Herawan dan istrinya menyayangi Karla, keponakan mereka satu-satunya, seperti anak mereka sendiri.

Will, menjaganya seperti seorang kakak laki-laki yang diinginkan oleh setiap adik perempuan di dunia. Tidak mungkin Herawan tidak tahu, jika Karla akan melakukan apa pun yang Herawan minta, untuk sekadar membalas budi.

Termasuk, jika harus menyerahkan hidupnya untuk mereka.

Konyol, memang. Namun, ini nyata.

"Dengar, Karla." Kali ini, Herawan berbicara. Nadanya merendah, setengah berbisik. "Ada sesuatu yang harus Om sampaikan."

Karla mengangkat wajah. Bertepatan dengan itu, ia menemukan senyuman di wajah Herawan berangsur meredup. Detik itu juga, Karla menyadari, hidupnya tak akan pernah lagi sama seperti dulu.

***

maap ya lamaaaa baru muncul. baru hari ini balik ke aktivitas normal alias balik nyungpret lagi. ntar dobel apdet deh.

xoxo

Ratna Tiana :-*

Tuan dan Nyonya Tjakra [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang