What have I done?
Karla mendesah. Tubuhnya merosot, jatuh terduduk di lantai yang permukaannya terasa dingin di kulit kakinya yang telanjang. Punggungnya melengkung bersandar pada tepian ranjang. Ujung sprei yang mulanya ditata rapi oleh si pemilik, kini berubah kusut.
Tiga puluh menit yang lalu, Karla memutuskan untuk memasuki kamar Dimas, setelah ia tidak menemukan benda atau hal rahasia yang mencurigakan di dalam koper mereka. Selain selembar kaus Polo berkerah dan ehem, celana dalam milik lelaki itu yang sebenarnya dilipat rapi oleh Dimas dan disimpan dalam sebuah tas kecil. Namun, yah, Karla memang terlalu ingin tahu.
Kau tidak boleh setengah-setengah dalam hal memata-matai, bukan?
Kamar Dimas rapi dan bersih. Terlalu rapi, malah, untuk ukuran kamar seorang laki-laki. Memang, mereka baru pindah kemarin dan tentu saja tidak ada barang atau perabot berlebih. Namun, ketika Karla masuk kemari, gorden telah terbuka lebar seluruhnya, membuat kamar terasa hangat karena sinar matahari dapat masuk dan menyesaki ruangan tanpa terhalang apapun. Sprei telah tertata rapi. Selimut pun telah dilipat sempurna. Bahkan, Karla tak menemukan bekas baju yang dikenakan Dimas sehari sebelumnya, berserakan di lantai. Lelaki itu telah menyimpan baju bekas pakainya di dalam keranjang tertutup di dekat pintu.
Kamar Dimas benar-benar bersih. Hingga Karla tak menemukan satu rahasia apapun di sini.
Jadi, bagaimana bila Om Herawan salah strategi? Bagaimana bila Karla tidak dapat menemukan rahasia dari Hardja melalui Dimas? Bagaimana jika—pernikahannya ini adalah sebuah kesia-siaan belaka?
Karla menyugar rambut. Dimas tentu saja membawa serta laptop miliknya. Melihat Dimas yang teratur seperti ini, tidak mungkin lelaki itu meninggalkan sesuatu yang bersifat rahasia di dalam kamarnya yang tidak terkunci.
Karla mendesah. Ia menyeret kakinya kembali masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Surel dari sekretaris Herawan adalah hal pertama yang ia baca ketika mengenyakkan kembali tubuhnya ke kursi. Surel tersebut hanya berupa attachment yang berisi data pribadi Tjondro Kusumo, target mereka selanjutnya. Karla mengunduhnya terlebih dahulu, lalu memutuskan untuk mempelajarinya dalam hening. Hal-hal detail dan bersifat pribadi seperti ini penting baginya. Ia terbiasa membuat desain dengan terlebih dahulu mempelajari profil klien. Dengan demikian, Karla akan dapat menentukan desain yang tepat dan memuaskan bagi mereka. Desain yang terasa sangat personal.
Karla bekerja di depan laptop hingga tak terasa waktu sudah beranjak sore. Ia bahkan lupa untuk mengisi perutnya di siang hari. Pantas saja, perutnya kini mulai terasa perih.
Ia mendongak, menatap hampa ke arah langit melalui pintu kaca balkon yang terbuka. Warna birunya mulai memudar, berganti jingga dengan semburat awan berwarna kemerah-merahan yang terlihat keruh.
Ketika hendak memutuskan untuk memesan delivery makanan, terdengar deru kendaraan memasuki halaman rumah.
Karla mendorong kursi, lalu berjalan menuju balkon. Sebuah minibus berwarna merah terparkir di carport. Dimas muncul tak lama setelah mesin mobil tersebut dimatikan.
Lelaki itu menatap ke arahnya, lalu melambaikan tangan. Seulas senyuman terkembang di bibirnya.
Karla, entah sedang tersihir atau tidak, tanpa sadar membalas senyuman dan lambaian tangan lelaki itu. Lalu, ia terkejut. Menarik tangannya lekas-lekas kala terdengar tawa ringan dari bibir Dimas.
Apa-apaan.
Karla berbalik, melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar sambil menutup pintu balkon. Jantungnya melompat-lompat tak keruan hanya karena mereka berbalas lambaian tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan dan Nyonya Tjakra [ REPUBLISH ]
RomanceDimas Tjakra dan Karla Widjaja terjebak dalam usaha akuisisi dua perusahaan konstruksi berkedok pernikahan. Bukan pernikahan biasa, karena mereka masing-masing punya misi untuk mencuri data rahasia perusahaan pesaing. Sebuah mega proyek di Surabay...