Find 2

30 2 1
                                    

"Pak, anda ditunggu oleh repoter untuk konferensi.."

"Batalkan saja, aku masih fokus disini bersama Prof. Sen" ujar Physcal

-----TKP-----

"Physcal, potongan terlalu bersih untuk pembunuh amatir. Simbahan darahnya juga, terlalu rapi sehingga tidak terdapat di lantai. Ini pembunuhan yang sangat bersih!" kata Sen.

"Come on Sen, you know what, every killer have a identify, right! Mungkin dalam sakunya dia tinggalkan sebuah kartu nama? Coba periksa!" sahut Physcal.

"Pak, ini ada kartu namanya dan tidak ada sidik jari yang ditemukan"

"Hemmm, menggunakan sarung tangan, cukup bermain aman. Mungkin serial killer? Profile pembunuh ini terlalu umum. Well, mari geledah semuanya!"

"Dreeeeettt." bunyi Handphone bergetar.

"Halo? What? You found it? Oke, I'll be there in 5 minutes!"

"What happened?" tanya Sen.

"Mereka menemukan tas pelaku! And you know what? There someone who arrested by police. Sidik jarinya ditemukan disekitar tas pelaku dan darahnya cocok dengan korban...."

"Don't make me shock, please!"

"Korban pembunuhan hari ini" enteng Physcal.

Yap, Sen jatuh tak sadarkan diri karena shock. Begitulah bedanya detektif dan professor kriminal.

Physcal juga merasa terlalu ini memudahkan bagi Polisi. Mereka pun kesana dengan Sen yang masih pingsan.

----TKP 2----

"Terlalu cepat untuk mengaku!" serang Physcal.

Logis Physcal dan Sen sama, ini terlalu mudah untuk polisi dan sangat cepat untuk menutup kasus ini. Namun, mereka tidak bisa menjawab mengapa ada sidik jarinya disana, walaupun ada jawaban bisa saja pelaku membius orang ini dan menggosokkan tangannya ke orang random ini. Dan hal itu dibantah dengan jawaban orang tersebut dengan berkata tidak pernah jatuh pingsan sebelumnya serta polisi memiliki alasan yang cukup kuat untuk menetapkan tersangkanya karena orang ini memiliki utang yang lumayan banyak terhadap korban. "Terlalu cepat menutup kasus ini!" ujar mereka berdua dalam hati.

Mereka mempertanyakan kenapa orang itu terlihat tenang dan santai padahal dia tau dia di tetapkan sebagai tersangka.

---Introgasi---

"Anthony, umur 25 tahun, belum menikah, masih berkuliah dan pembunuh sadis" sarkas Physcal.

"Physcal, jangan terlalu menekan, kita dalam posisi yang sama dan merasa aneh!"

"Aku mengakui kejahatan ku, aku membunuh perempuan itu dengan sadis. I'm so sorry!" tangisnya.

"Maaf mu tak berlaku, Anthony!" ujar Physcal.

"Mengaku saja, kamu bukan orang itu, kami akan mendukung mu" imbuh Sen.

BUGGGGGG

"I KILLED HER AT 2 AM ON THAT BUILDING!" bentak Anthony

"So you confess your crime huh?"

"Physcal!" serang Sen dengan penekanan.

"Well, kami ingin kamu simulasi untuk membelah wajah secara vertical. Apakah boleh?"

Anthony mengiyakan apa yang Sen inginkan.

Sesudah ia membelahnya, Sen meminta officer membawanya keluar sedangkan mereka berdua menganalisis hasil belahannya. Tentu saja dengan wajah manusia sungguhan.

"See, dia bukan pembunuhnya" ujar Physcal.

"Not bad sebagai doppelganger. Belahan nya cukup mendekati hasil yang ada tapi mata korban masih keluar dari lingkarannya sedangkan korban tidak"

"Analisis mu sempurna seperti biasa!" puji Physcal.

OTHER PLACE--

"Besok aku akan datang ketempat pengadilan orang itu. DAN MEMBUNUHNYA ATAU MENGGANTUNG NYA DI HADAPAN ORANG BANYAK! HAHAHAHAHAHAHA"









Hai, maaf lama nih, author lagi sibuk dengan kuliah yang kebetulan lumayan memakan waktu jadi baru update sekarang. Jadi masa liburan mungkin dipakai buat ini hehehehe.

I hope you enjoy it

~Physcal~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Serial KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang