4. Maaf

1.1K 206 69
                                    

Happy Reading

**

Lintar meringis kala Stella mencubit lengannya cukup kuat, tetapi lelaki itu tampaknya tak berani berkata apa-apa melihat keadaan tunangannya yang menangis sesegukan di hadapannya saat ini.

Setelah sadar dan mendapat banyak panggilan dari Stella akhirnya Lintar bergegas menemui perempuan itu. Setelah sampai bukan Stella yang biasanya tersenyum senang yang ia dapat melainkan Stella dengan wajah memerah menahan tangis.

"Ayo.. jawab," ucap Stella dengan pelan.

Lintar menarik lengan Stella bermaksud ingin merengkuh gadis itu, tapi Stella menggeleng menolak.

"Sini, aku mau peluk."

Stella menggigit bibir bawahnya, berusaha keras untuk tidak luluh. "Enggak mau."

"Sayang.."

"Enggak," ucap Stella keras kepala.

"Yaudah," Lintar bersiap untuk bangkit dari duduknya membuat Stella mengerutkan keningnya.

"Mau kemana? Mau pergi?"

Lintar menghela nafas panjang. "Kamu maunya aku harus gimana?"

Stella menatap Lintar kecewa, tidak habis pikir dengan ucapan tunangannya itu. "Kok kamu gitu? Aku cuma mau kamu jawab pertanyaan aku."

"Aku belum bisa jawab sekarang."

"Kenapa belum bisa? Kamu anggap aku apa, Lintar?"

Lintar menyugar rambutnya, dadanya bergemuruh menahan emosi. "Enggak semuanya bisa aku ceritain sekarang, Stella. Ngerti?"

"Kena--" Stella mengatupkan bibirnya melihat Lintar bangkit dari duduknya. Matanya bertambah panas saat Lintar menatapnya tanpa ekspresi.

"Aku pergi."

Stella menatap kepergian Lintar dengan dada yang berdenyut sakit. Ia hanya ingin jawaban apakah benar tentang Sagar itu, tapi kenapa Lintar menghindar? Apakah Stella bertanya di saat waktu yang tidak tepat?

Stella menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, ia sensitif sekali menyangkut hubungannya dengan Lintar. Stella tidak ingin kehilangan Lintar. Dan Stella sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk kekasihnya itu.

**

Lintar menepikan mobilnya di pinggir jalan, tangannya mengusap wajahnya kasar. Hatinya merasa bersalah telah memperlakukan Stella seperti itu, tapi ia juga belum siap untuk menceritakan sesuatu yang belum bisa ia terima.

Kemunculan Tama secara tiba-tiba membuktikan bahwa Lintar sedang tidak baik-baik saja. Jiwanya merasa tertekan, dirinya sedang merasa gundah.

Lintar membuka kaca mobilnya kala ia baru menyadari bahwa ia berhenti di depan toko bunga yang cukup terkenal. Hamparan bunga yang sangat cantik tersebar begitu indah menghiasi depan toko.

Lintar tanpa pikir panjang keluar dari mobil kemudian berjalan menuju toko tersebut. Ia ingin memberikan bunga cantik itu kepada Stella.

"Selamat datang," seorang petugas perempuan tersenyum ramah dengan mata yang berkedip-kedip kala melihat visual seorang Lintar.

Lintar mengangguk singkat, matanya menatap segala arah. Ini pertama kalinya Lintar memasuki toko bunga yang sangat mencerminkan seorang perempuan.

Lintar 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang