14. Kegiatan di Puncak

316 71 12
                                    

Happy Reading

**

Villa yang mereka sewa berada di dekat kebun teh. Embun pagi terlihat cukup lebat, tapi warga yang bekerja untuk memetik teh sudah melakukan aktifitas mereka. Bahkan terlihat keranjang yang mereka gendong hampir penuh.

Stella merenggangkan tubuhnya, menghirup sejuknya udara dalam-dalam. Berdiri di balkon villa, di temani dengan secangkir teh dan juga kue kering, apalagi suasana  yang sangat menyejukkan mata.

Rasanya Stella ingin berlama-lama di sini, dan mungkin ia sangat merindukan suasana seperti ini saat kembali ke Jakarta.

Stella duduk di kursi rotan berwarna coklat tua, membuka layar ponsel dan mengirimkan pesan kepada Lintar.

Stella: pagi... cerah banget ya hari ini 🌞

Lintar: aku ga bisa tidur.

Stella membulatkan kedua matanya, sangat jarang Lintar mengeluh kepadanya. Apalagi ini adalah hal kecil, tidak bisa tidur katanya?

Stella: ututu kenapa ga bisa tidur?

Lintar: ngorok

What? Stella tidak bisa menahan tawanya, ini sangat lucu menurutnya.

Stella: kasian banget Ayangnya aku :)

Lintar: ayang? Kayang maksudnya?

Stella: kok jadi kayang sih?😊

Lintar: trus?

Stella: ayang itu sayang, Lintar

Lintar: knp S nya harus ketinggalan?

Stella: biar gemoy... Ayang Lintar, ayang, ayang😀

Lintar: gelo

Stella: ih ga romantis.

Lintar: alay bukan romantis

Stella: jangan ngatain

Lintar: yaudah terserah.

Stella: siap-siap yuk, aku mau jalan-jalan sama kamu <3

Lintar: okee

**

Lintar keluar dari kamar mandi, suara dengkuran masih setia mengisi kamar. Entah sampai kapan dua manusia yang tidur seperti kerbau itu bangun.

Lintar mengambil kaosnya dari dalam tas, ia sudah mengenakan celana pendek untuk menemani Stella hari ini. Malas jika harus memakai celana panjang di medan perjalanan yang pasti ada lumpur, karena tidak semua jalanan disini di aspal.

Setelah memasang jam tangan, Lintar menyemprotkan parfum. Ponselnya bergetar, notif dari Stella yang memberitahukan bahwa gadis itu masih bersiap-siap.

"Mau kemana lo?" Daffa terjaga, menyipitkan kedua matanya. Silaunya matahari pagi menembus kaca, karena gorden kamar sudah Lintar singkap sejak tadi. Sengaja.

Lintar 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang