Happy Reading
**
Denpasar, Bali.
Stella terlihat sangat cantik dengan balutan drees selutut tanpa lengan serta topi bundar yang sangat anggun melingkar di kepalanya. Di sebelahnya Lintar juga sangat tampan dengan pakaian santainya, kaos erigo andalannya, celana jeans selutut dan kaca mata hitam.
Finally, mereka akhirnya berlibur di pulau yang sangat terkenal akan keindahannya itu.
Stella memeluk lengan Lintar, matanya tampak berbinar melihat banyaknya penjual makanan dan juga berbagai aksesoris cantik yang terdapat di pasar itu.
Sementara Lintar dengan tatapan datarnya menatap para turis lelaki yang mencuri pandang kearah kekasihnya, bahkan tangannya dengan gesit melindungi tubuh Stella dari senggolan orang yang berlalu lalang.
"Lintar, kita mau beli jajanan dulu atau mau beli aksesoris?" Stella bertanya tanpa menatap wajah Lintar yang mulai keruh.
"Terserah."
Stella spontan menoleh, menatap wajah kekasihnya dari samping dengan gemas. "Hey, kenapa?"
"Bisa biasa aja?" Tanya Lintar to the point.
Stella mengerutkan keningnya. "Maksud kamu? Aku keliatan aneh ya?"
"Kamu terlalu cantik."
Stella menggigit bibirnya, tangannya memeluk lengan Lintar semakin erat. Salah tingkah sampe pengen teriak. "A-apa? Aku enggak denger."
Lintar tersenyum tipis, menghentikan langkah kakinya yang otomatis Stella ikuti. "Merem," pinta Lintar.
Stella dengan senang hati mengabulkan permintaan Lintar walau merasa bingung. Mereka sedikit menepi karena banyaknya orang yang berlalu lalang.
Selang beberapa detik kemudian Stella dapat merasakan sesuatu yang hinggap di surai panjangnya. Tangannya di tuntun Lintar untuk menyentuh benda tersebut dengan mata yang masih terpejam.
"Jepit cantik untuk Stellanya Lintar," bisikkan dengan suara berat itu membuat tubuh Stella meremang.
Stella membuka kedua matanya, irisnya bersitatap dengan netra hitam yang sangat menghanyutkan milik kekasihnya, "Thank you."
Lintar mengangguk sebagai jawaban, tangannya mengandeng Stella untuk kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum itu Stella sempat bercermin melihat jepit petir berwarna emas dan juga terdapat mutiara kecil sebagai hiasan.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Ngomong-ngomong mereka berangkat berempat tetapi si kembar udah ngacir duluan entah kemana. Dan Lintar tidak ambil pusing memikirkan mereka, karena ia bisa menikmati waktu berduaan dengan Stella.
"Kalau di Jakarta ada tempat kaya gini pasti seru, ada sih pasar tapi enggak sekece ini. Disini penjualnya juga bisa bahasa asing, wih keren."
"Aku juga bisa bahasa asing."
"Beneran? Coba-coba," seru Stella antusias.
"I love you."
Pipi Stella merah padam, bibirnya berkedut menahan senyum yang mungkin sangat lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintar 2
Teen FictionSatu lagi jiwa lain muncul untuk menuntaskan kecelakaan kedua orang tuanya. Lintar, selain memiliki Tama, ia juga memiliki sosok tegas dan juga kejam. Matanya hitam kelam, pandangannya selalu tajam, aura intimidasi selalu ia perlihatkan. Sagar, sos...