Tempat Rahasia

74 18 0
                                    

Dareson membukakan pintu untuk Hester dan mereka berjalan memasuki restoran mewah itu. Namun, tiba-tiba langkah Hester terhenti dan tangannya menarik tangan Dareson.

"Ada apa?" tanya Dareson. Kini mereka berdua berdiri diam di depan pintu masuk.

"Aku...." Hester berkata ragu. "Bisakah kita pergi ke tempat lain?"

Dareson mengerjap, wajahnya bingung. "Kau ingin makan di tempat lain?"

Hester tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan kepada Dareson bahwa makan malam di restoran mewah sama sekali bukan hal yang disukainya. Lagi pula, hal itu sangat mengingatkannya pada Max dan Hester benci mengingatnya. Hester tidak ingin menjadi gadis itu lagi.

"Bisakah kita pergi?" tanya Hester penuh harap.

"Tentu," jawab Dareson tanpa ragu. Mereka kembali masuk ke mobil. Setelah Dareson membawa mobilnya ke jalan raya, pria itu bertanya, "Jadi, kau ingin pergi ke mana?"

Hester mengangkat bahu. "Ke mana pun asal bukan restoran mewah. Aku ingin suasana yang baru."

"Kau sadar dengan jawabanmu itu berarti kau memberiku hak untuk membawamu ke mana pun aku mau?" tanya Dareson.

Menoleh, Hester menatap pria di belakang kemudi itu dengan senyum ceria.

"Apa kau memiliki tempat rahasia?" tanya Hester.

Dareson melirik sejenak, senyumnya mulai terlihat di sudut bibir. "Apa kau memintaku untuk mengajakmu ke tempat rahasiaku?"

"Tergantung pada tempat rahasiamu itu. Apa tempatnya bagus?" balas Hester.

"Tempat paling menyeramkan sekalipun akan menjadi tempat yang bagus jika kau berada di sana, Hester," jawab Dareson.

Senyum Hester melebar. "Kau bisa langsung memujiku cantik, kau tahu? Tidak perlu menggunakan kalimat berputar seperti itu."

Dareson mengalihkan pandangannya selama beberapa detik dari jalan. Menatap gadis rupawan yang kini sedang tersenyum cerah padanya. Hester cantik, sungguh, tetapi Dareson tidak akan memujinya dengan kalimat biasa seperti itu. Karena hal yang dilakukan Hester, bahkan hanya dengan kehadirannya, sungguh luar biasa. Dareson menyukai perasaan yang dirasakannya ketika bersama gadis itu.

Seakan ia benar-benar hidup. Seakan hantu-hantunya tidak pernah ada.

"Ke mana sebenarnya kau membawaku pergi?" tanya Hester kemudian.

"Kau takut aku akan menculikmu?" balas Dareson.

Hester memutar mata. "Jika setiap penculik memiliki wajah sepertimu, angka kasus penculikan akan meningkat secara drastis."

Lalu Hester membekap mulutnya yang lagi-lagi tidak memiliki penyaringan. Sementara Dareson tertawa pelan. Suaranya membuat sekujur tubuh Hester meremang. Tawa itu terdengar begitu lepas meskipun pelan. Terasa ... tulus.

"Sekarang siapa yang menggunakan kalimat berputar?" goda Dareson. Mobilnya memasuki gerbang perumahan. Terus melaju melewati deretan rumah-rumah mewah, hingga akhirnya sampai di ujung jalan. Mobilnya berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya minimalis dengan pagar tinggi yang dibuka dengan remote control.

Hester mengerjap. "Kau membawaku ke rumahmu?" tanyanya tidak percaya.

Dareson hanya mengedipkan sebelah mata sebelum melangkah keluar dari mobil dan berjalan memutar untuk membukakan pintu penumpang.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang