02

10.3K 311 2
                                    

Two years later.




Cup

Kecupan tepat di kening, seorang laki-laki berikan pada seorang gadis yang tengah duduk dengan beberapa buku yang berserakan di atas meja, serta sebuah laptop yang terus menyala di hadapannya.

"Hey, Na Jaem!"

Laki-laki itu tersenyum lebar, dan mulai mengecup bibir gadis itu begitu lembut. Hanya sekilas, tidak melumatnya.

"Kamu ngapain kesini?" Tanya gadis itu, sembari menolehkan kepalanya lurus ke depan sana, takut-takut jika bodyguard pribadi dari Ayahnya itu tiba-tiba masuk dan menciduk mereka berdua.

Walau tidak melakukan apapun.

"Aku lewat belakang, kamu tenang saja."

Jawab laki-laki itu, mulai meraih pinggang gadis itu untuk berdiri, menggantikan posisinya menjadi laki-laki itu yang duduk di kursi gadis itu, sedangkan gadis itu mulai di dudukkan oleh laki-laki itu di atas pahanya.

"Pria yang biasanya menunggu di depan apartemen kamu itu, sudah enggak ada." lanjut laki-laki itu lagi, sembari mengusap lembut pinggang ramping gadis itu. "Jadi,"

"Kamu tenang saja, ya?"

Mendengar penuturan dari laki-laki itu, nampaknya membuat gadis itu bernafas lega. Bagaimana tidak, sang Ayah selalu saja meminta Nakamoto Yuta untuk mengawasi pergerakan gadis itu selama dua tahun ini.

Benar-benar membuat gadis itu gila.

Namun bagaimana lagi, gadis itu harus memberikan sikap yang baik untuk sang Ayah. Karena walau begitu, selama dua tahun ini, sang Ayah benar-benar tidak ingin menerima panggilan darinya. Dan itu membuat gadis itu begitu sedih, Ayahnya benar-benar kecewa padanya.

Sudah seribu cara gadis itu lakukan untuk kembali menarik perhatian sang Ayah, dari gadis itu pura-pura sakit, pura-pura terluka, dan yang lainnya. Namun semua cara itu sangat mudah di tebak oleh sang Ayah, dan itu benar-benar membuat gadis itu ingin mengutuk dirinya sendiri jika tidak mendapat maaf dari sang Ayah dengan cara memperbaiki sikapnya.

Gadis itu menunduk, dengan sang laki-laki mulai memperhatikan gadis cantiknya itu. "Ava,"

"Kamu sudah memberikan yang terbaik selama dua tahun ini." laki-laki itu bersuara, Achava mendongak menatap laki-laki tampan di hadapan nya. Laki-laki tampan yang selalu berada di sampingnya selama dua tahun terakhir ini.

"Kamu menjadi mahasiswi terbaik di universitas, apa orang tua kamu nggak cukup dengan itu?" Ava terdiam, dengan mata yang masih menuju laki-laki itu.

"Semua itu juga karena bantuan kamu, Na Jaemin." Jawab Ava, laki-laki itu tersenyum. "Aku hanya membantu sedikit,"

"Kamu yang terlalu banyak belajar."





Cup

Kecupan singkat, mulai gadis itu daratkan di bibir tipis Jaemin. Lalu melumat nya sekilas. "Jadi,"

"Sebenarnya siapa keluarga kamu itu?" Tanya Jaemin, Ava terdiam sesaat. Gadis itu tidak ingin identitasnya sebagai putri dari pemilik perusahaan terbesar Jung Group berhasil di ketahui oleh orang-orang.

Keluarganya benar-benar terkenal dan berpengaruh di negara manapun.

"Bukan siapa-siapa." jawab Ava, laki-laki itu menatap mata berbinar gadis itu. Sembari berucap, "Pembohong."

"Aku ngomong yang sebenarnya, Na Jaemin!"

"Keluargaku bukan keluarga kerajaan kok." lanjut Ava, Jaemin terkekeh sembari memeluk gadis itu.

Gadisnya itu, gemar sekali bercanda.


"Jadi, kamu sudah memutuskan akan magang dimana?"

Ava melepas pelukan itu, dan menatap mata kelam milik laki-laki tampan itu. Laki-laki itu terdiam sejenak, seakan memikirkan keputusannya.

"Mungkin di J.Corp?" jawab Jaemin, gadis itu sedikit tersentak. Lalu kembali menormalkan raut wajahnya.

"M-maksud kamu, Jung Group?"

Laki-laki itu mengangguk. "Kenapa?"

Gelengan cepat, serta senyuman, mulai gadis itu tunjukan pada laki-laki itu.

"Perusahaan besar, ya?" Kata Ava, Jaemin mengangguk.

"Kenapa kamu nggak ikut aku kesana saja?"

"Enggak," jawab Ava cepat, Jaemin yang melihat jawaban reflek dari gadis itu hanya menatap wajah cantik gadis itu.

"Gak cocok saja sama aku," jawabnya, mulai menunduk dan menatap pautan jari-jarinya. Jaemin membasahi bibirnya, "Terus,"

"Kamu sendiri, sudah memutuskan akan masuk di perusahaan mana?" Tanya laki-laki itu, sembari mengangkat dagu gadis itu agar menatap wajahnya.

"Lee Group mungkin, perusahaan yang nggak jauh dari sini."

"Di sebrang jalan itu, perusahaan yang nggak kalah besar dari J.Corp." lanjut Ava, Jaemin mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Jadi kapan kamu akan datang kesana dan mengajukan permohonan magang?"

Jaemin berpikir sejenak, "Umm.. mungkin besok pagi?"

"Dan mungkin juga, setelah aku magang di sana aku akan jarang kesini, nggak apa-apa kan?" Ava mencebik, mendengar penuturan dari kekasihnya itu.

Jaemin kembali tersenyum, "Kamu tau kan, Perusahaan itu perusahaan impianku?"

"Aku tau!"

"Jangan pernah tergoda dengan cewek lain, apalagi cewek di perusahaan itu, mengerti?!" Ava menginterupsi, dengan wajah seriusnya menatap wajah tampan kekasihnya.

Jaemin lagi-lagi tekekeh, lalu mencubit gemas puncuk hidung gadis cantiknya itu, "Imut nya gadis kesayangan ku." Titah Jaemin, mulai melumat bibir gadis itu sekilas. Lalu mulai memeluk tubuh mungil gadis itu begitu erat.





* *


Matahari bersinar begitu cepat hari ini, sorotnya yang menembus gorden putih. Membuat pergerakan kecil dari seorang gadis yang terbungkus di dalam selimut tebal itu mulai menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, saat sorot sinar matahari berhasil menembus wajahnya.

"Nghh.."

Lenguhan kecil, serta mata yang mulai terbuka, membuat gadis itu membiasakan cahaya. Namun, sinar matahari itu tiba-tiba tidak menyorot wajahnya saat seseorang berdiri tegap menutupi sorot itu.

"Oh?"

"Uncle Yuta?" Gumam gadis itu, mulai bangkit dari berbaring nya, sembari mengusap lembut wajahnya.

"Sarapan anda sudah siap, Nona." gadis itu terdiam, menatap wajah datar Yuta yang masih setia berdiri disana.

"Uncle, apa Papi sama Mami nggak ada niat kesini sekali aja, sekedar melihat keadaan Ava?"

"Saya selalu memberi laporan aktivitas anda pada tuan Jeffrey dan nyonya Belva, Nona."

Ava tersenyum masam, "Bahkan apa Papi nggak mau dengerin bahkan peluk putri nya ini walau cuma sekali?"

"Nona, anda hanya perlu.."

"Ava tau!"

"Enggak perlu Uncle memperjelas!"

"Ava mau mandi!" Lanjut gadis itu, berlalu pergi memasuki kamar mandi dengan menghentakkan-hentakkan kakinya.

"Dasar nyebelin, semuanya nyebelin."


To be continued

Chocolate Milk [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang