33

2K 206 108
                                    

Gavesha terdiam, duduk manis di ranjang king size miliknya dengan punggung yang menyandar ke belakang. Tatapannya kosong, serta air mata yang terus menetes di pipinya, semakin membuat semua orang kelimpungan akan keadaan dari gadis itu sekarang.

Keadaannya yang begitu menyedihkan jika mendiskripsiksan seorang Gavesha Eleanor Lee saat ini. Bagaimana tidak, wajah pucat, pipi yang terbalut perban, serta keterbungkamannya saat ini yang diikuti aliran air mata yang terus mengucur deras di pipinya.


"Adek?"

"Bicara sama Mama dek, adek kenapa?"

Histeris yang terus di tunjukkan Ava setelah mengetahui sang putri, semakin membuat Jeno dan Hiu yang berada di sana mulai menggeram marah.


"Adek!"

"Lihat Mama nak, ngomong sama Mama!" Ava terisak, sembari mengguncang sang putri yang terus terdiam bagaikan patung disana.


"INI KENAPA, WAJAH ADEK KENAPA, GAVESHA!!"

Teriak Ava, wanita itu kalut melihat sang putri yang terus terdiam sembari terus meneteskan air matanya tanpa menjelaskan keadaannya.

Jeno melangkah, pria itu berjalan mendekati sang istri sekedar memeluknya begitu erat sembari menenangkannya.


"Ssttt.."

"Adek, paman. Putri kita kenapa?" Raung Ava, menangis terisak di dekapan Jeno.

Langkah kaki yang mulai Hiu arahkan menuju ranjang sang adik, dari sebelumnya laki-laki itu hanya terdiam sembari mengepalkan tangannya itu, kini mulai duduk di pinggir ranjang. Tangannya kini terulur menangkup wajah Gavesha, dilihatnya perban putih yang menutupi pipi kanan sang adik dengan mata tajamnya.

Air mata Gavesha kembali turun, saat Hiu masih menangkup wajahnya sesekali mengusap lembut perban yang menutupi luka di pipinya.

Hiu masih terdiam menatap sang adik, namun matanya menajam, serta rahang yang mengeras, saat bagian favoritnya kini terbungkus perban putih. Lalu setelahnya, Hiu mulai mengecup lembut perban putih yang membungkus pipi sang adik tanpa ada rasa jijik saat berban tersebut ada bekas obat merahnya.

Perlakukan Hiu, semakin membuat Gavesha menangis dalam keterbungkamannya. Hiu menggeleng, tangannya kini sigap mengusap air mata Gavesha dengan ibu jarinya. Setelahnya, Hiu mulai bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya menggebu untuk menghampiri seorang laki-laki yang terus menunduk di ujung ruangan bersama beberpa anak buah dan pelayan yang berdiri menunduk di sana dan,






BUG!


Satu pukulan kencang dari Hiu mampu membuat Barga tersungkur ke lantai.


"KERJA APA KAMU!!"

Teriak Hiu, laki-laki itu kini mulai menyamakan tingginya dengan Barga dan mencengkram kuat kerah kemeja Barga serta menatap tajam kearah Barga yang terus menunduk hormat pada Hiu.

"ENGGAK BECUS!!" Lanjut Hiu, terus mencengkram kerah kemeja milik Barga.

"Hiu, sudah.." Interupsi Jeno, namun Hiu tidak mendengar dan semakin melayangkan tatapan tajamnya pada Barga.


"Hiu.."


"Enggak, Da. Dia lelai menjaga princess kita!"


"Hiu.."


"Bajingan sialan."



"HIU!!"

"KALAU DADDA BILANG SUDAH, YA SUDAH!!"

Chocolate Milk [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang