Baron Alvargos

9 6 0
                                    

Pagi menyinari semesta. Terlihat seorang gadis berkrudung putih berjalan di karidor sekolah yang terlihat sangat sunyi, mungkin hanya dirinya seorang. Murid-murid berdatangan saat dia masuk kelas. Sangat pagi pikir mereka yang selalu datang terlambat tapi baginya itu sangat lebih baik dari pada harus terlambat dan menjadi bahan tontonan.

Dia mengeluarkan novel kesukaannya tak lupa hanset yang selalu nangkring di telinga hanya untuk menutupi keributan saja. Satu persatu siswa berdatangan.

"Selamat pagi Afifa ku yang cantik. Wah lagi baca apaan kamu? Serius amat bacanya "Sapa Olyv dan duduk disamping Afifa.

"Kamu dari tadi sampainya? "

"Fi aku mau kekantin nih mau nitip sesuatu gak? "Tak ada respon dari Afifa. Ia pun menengok kearah Afifa. Pantas saja sedari tadi tidak ada sahutan dari Afifa rupanya dia memakai hanset di telinganya.

Tepukkan dari arah kanan menyadarkan. Dia melepaskan sebelah hanset miliknya.

"Kenapa Ly? "

"Kami ngapain sih dari tadi aku ngomong gak kamu balas. Aku udah panjang kali tahu bicara eh kamunya gak dengar. Udah ah aku ngambek sama kamu " Tutur Olyv bersedekap dada dengan wajah yang cemberut.

"Eh kok kamu jadi ngambek gini. Yaudah aku denger, ayo bicara kamu mau bilang apa tadi? Maaf aku pake ini soalnya ribut aku jadi gak fokus bacanya. Maafin Afifa ya " Ucap Afifa lembut.

"Ayo katanya mau makan aku temenin deh. Sekalian aku juga mau beli minuman haus "

Keduanya pergi kekantin untuk membeli makanan, suasana sangat ramai dengan murid yang berlalu lalang kesana kemarin. Banyak cibiran yang ia dengar untuknya tapi tak ia perdulikan.

Sampailah mereka dikantin dalam keadaan yang sangat ramai melebihi pasar. Afifa dan Olyv berpisah untuk membeli makanan masing-masing. Sebotol air dan kue untuk hanya sekedar tambahan pelengkap berada di tangan munggilnya kini. Ia berjalan kearah Olyv yang sudah berdiri samping pintu kantin.

Dia terus menunduk saat berjalan alhasil ia pun menabrak punggung seorang pria yang memakai baju basket. Kening Afifa berdenyut akibat menabraknya. Pria tersebut membalik badan melihat siapa yang sudah berani menabraknya.

Sebelah alisnya terangkar. Mengapa ada cewek berhijab di sekolahnya ini? Ah sepertinya dia siswa baru disini. Seperti itulah pikiran pria itu.

"Maaf aku tidak sengaja. Permisi " Ia segera pergi dari hadapan pria itu. Dia tidak ingin mencari masalah dengan siapapun termaksud siswi yang kemarin itu.

"Berhenti "suara barito itu menghentikan langkah Afifa. Penghuni kantin diam seribu bahasa, mereka hanya berani melihat tak berani ikut campur dengan masalah pria itu.

Baron Alvargos sosok tampan dengan wajah yang sangat rupawan membuat siapa saja akan tergila-gila kepadanya. Dia adalah ketua basket disekolag ini. Dimana keahliannya tidak bisa diragukan lagi. Baron memiliki tiga sahabat, yaitu Aditya Rumagit, Fadellio Alberta dan Axel Fernanda. Mereka adalah pentolan yang suka menjadi masalah dan membolos.

"Ada yang bisa saya bantu kak? " Tanya Afifa menunduk tanpa berniat untuk berbalik.

"Lo udah nabrak gue, jadi lo harus tanggung jawab. Bersihkan sepatu gue dengan hijab murahan lo itu, baru lo bisa pergi"Ucap Baron tegas tak terbantahkan. Afifa kaget menedengarnya. Apa apaan ini, mengapa mereka selalu menyalahkan hijab yang ia pakai? Afifa tak habis pikiran dengan jalan pikiran mereka.

"Aku sudah meminta maaf sama kamu, jadi buat apa aku harus membersihkan sepatumu lagi? Apa kamu tidak mendengar maaf dariku tadi? Owh rupanya telingamu sedang bermasalah.  Pergilah ke dokter telinga dan periksa pendengaranmu itu "Ucap Afifa lembut namun tersirat ketegasan di setiap katanya.

"Maaf,  hijab yang aku pakai ini sangat berharga untuk menyentuh sepatu kotor mu itu. Aku baru menyadari bahwa kamu  bukanlah  seorang pria sejati yang sangat tidak punya hati menjatuhkan harga diri seorang wanita. Apa kamu tahu, kamu di besarkan oleh siapa? Perempuan! Ya perempuan yang sudah membesarkanmu, melahirkanmu serta menjagamu sampai bisa menginjakan kaki di bumi ini, tapi apa balasan itu semua. Kamu merendahkan perempuan dengan singkap ketidak punga hatimu itu "sambung Afifa.

Semua terdiam atas ucapan Afifa yang menohok hati.

"Aku permisi kak. Dan sekali lagi aku minta maaf sudah menabrakmu. Assalamualaikum "

Setelah kepergian Afifa dan Olyv suasana masih diam mencerna setiap kata yang dikatakan Afifa. Baron diam tanpa berkutik sedikitpun dari tempatnya. Wanita itu sudah berani menasehatinya, dia pikir dia siapa!

"Cabut " Baron pergi diikuti ketiga temanya.

Kejadian tadi tak lepas dari penglihatan seorang gadis. Dia mulai mengatur rencana untuk membully wanita yang sok alim itu, itu fikirnya.

"Lin kamu tahu yang kamu bilang tadi itu siapa? "Afifa menggeleng. Olyv menepuk jidat melihat temannya ini. Kini mereka sedang berjalan menuju kelas. Keadaan tidak seramai tadi sebab sekarang sudah masuk jam KBM.

"Itu Baron anak donatur terbesar di sekolah ini. Terus dia itu salah satu genk bully disini juga tapi biarpun begitu dia itu ketua basket loh. Dia gak mikir mau cewek atau cowok pasti dia bakal habisin. Ih serem tau kalau kena masalah sama orang kayak mereka itu, bisa bisa kita yang gak penting disekolah ini bisa di keluarin dari sini. Aku gak mau "jelas Olyv.

"Kamu ini, kan aku udah bilang gak usah takut sama mereka. Mereka itu cuman numpang nama aja. Takut itu sama Tuhan bukan mereka. Kalau emang udah ajal di tangan mereka ya mau gimana lagi kan udah takdirnya kita. Kalau mereka mau udah jahati aku udah main kekerasan ya aku balas tapi bukan lawan kekerasan juga tapi dengan buat mereka sadar kalau apa yang mereka buat itu salah selama ini "Olyv mengangguk tanda setuju.

"Tapi aku heran,  siapa sih yang kamu maksud yang larang make hijab ini. Emang dia itu penting banget sampe sekolah ini larang pake ini? Iya aku sih tau  kalau dia itu anak pemilik sekolah tapi aku gak setuju aja masa dia seenaknya nulis peraturan kayak gitu. Kalau emang gak suka lihat ya gak usah di larang juga sama orang lain " Sambung Afifa. Olyv menjadi teringat dengan dia. Perasaan takut akan masalah yang di hadapi temannya kini membuatnya bimbang. Dia harus memberi tahu yang sebenarnya soal peraturan yang bisa membuat Afifa menjadi korban Bully.

"Eh kamu kenapa diam? Ada masalah? Cerita sama aku Ly "Olyv menggeleng.

"Ya sudah ayo masuk. Guru udah dibelakang tuh "benar Bu Atun berada di belakang mereka.Tak lama gurupun datang dan proses belajar mengajar pun bermulai.

BUKAN SALAH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang