How fast does the night change? -
Risa berjalan seorang diri menyusuri ramai nya koridor, satu tangannya memeluk tote bag dan satunya lagi memegang permen kojek atau permen stick. Sesekali Risa melirik sekitarnya yang terlihat sedang memperhatikan nya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ya, semuanya diperhatikan.
"Ica Uttaran!" tiba-tiba ada yang memanggil, sumber suara berasal dari seseorang yang berada di belakangnya.
"Heh Ica Tapasya!" panggil nya lagi, kali ini lebih nyaring dari sebelumnya.
Dalam diam nya Risa mendengkus kesal, ia tau siapa oknum tanpa dosa yang berani-berani nya memanggil nama nya dengan nama yang paling tidak Risa suka. Apa dia bilang Ica Tapasya? Oh noh. What an asshole!
Gadis dengan rambut sebahu dan berponi itu tetap berjalan tanpa menoleh sedikitpun. Ia lebih memilih untuk tidak menanggapi panggilan, ah lebih tepatnya teriakan dari sosok dibelakang nya itu. "Dikira gue seneng gitu dipanggil Ica?" ia mendelik tajam.
"Ya kagak lah anjir." Sungut nya lagi lalu kesal sendiri.
Risa dengan percaya diri malah semakin mempercepat langkah kakinya, supaya oknum yang diduga bernama Bimo Bramasta.
"Risa!" panggil nya sekali lagi.
Karena kesal gadis berponi itu pun berbalik, satu alisnya terangkat tinggi lengkap dengan wajah sinis dan jutek nya Risa mengdengkus kesal. Rasanya ingin sekali gadis itu mencakar atau menjambak rambut Bimo yang lumayan panjang dan lebat itu.
"Apaan?" tanya nya lelah.
"Liat Judit gak beb? Gue daritadi nyariin dia." Bimo menatap penuh harap, berharap gadis berponi itu mengetahui dimana keberadaan Judith.
"Yakin lo nanya gue? Ga salah?" Risa menghela nafas panjang.
"Iya lah ngab."
Risa maju satu langkah, emosi nya sedang memburu. "Sekali lagi lo ngomong ngab-ngab lagi ke gue, gue tempeleng lo!"
Bimo yang mendengar pun reflek mundur selangkah. Ini masalahnya Risa ngeri kalo marah, wajah boleh unyu-unyu, tapi soal membuat anak orang patah kaki dan tangan Risa adalah juara nya.
"Lo ngapa sih sensi amat, gua kan nanya baik-baik. Kalem dong neng." Sementara Risa menggidikkan bahu nya acuh, tangan satu nya mengambil permen kojek yang sedari tadi ia nikmati.
"Nih buang." Setelah menggigit habis permen itu, Risa pun memberikan stick putih bekas permen kojek nya pada Bimo.
"Udah ya lo jangan ganggu gue dulu, gue pusing banyak tugas. Tapi kalo anak-anak ngajak nongki, lo langsung telpon gue, kabarin pokoknya gue gamau tau." Gadis itu pun melenggang pergi begitu saja meninggalkan Bimo yang mematung ditempat, pemuda itu tidak habis pikir.
Merasa jika Bimo tidak mengejar nya lagi Risa tersenyum tipis, kalo dengan Bimo itu gampang, sekali gertak aja itu cowok udah takut. Ya paling cuma beberapa saat takutnya, tapi lumayan lah biar dia ga ganggu Risa dulu.
Ditempat lain yang tidak jauh dari posisi Risa yang berjalan, di ujung koridor jalan dekat dengan pintu masuk duduk dua orang perempuan dan laki-laki. Si perempuan menundukkan kepalanya. Bahunya naik turun pertanda saat ini ia sedang menangis. Jujur, sebenarnya pemuda yang berada di hadapan nya belum tahu apa yang telah terjadi pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐞𝐦𝐚 𝐌𝐖'𝟗𝟕
Genç Kurgu[rosie ft. 97] What happens if colleger hits are put together in one squad? genre : young adult [AU] | since may mature . harsh word . non baku 97line「」© 2021 fluttersyy_ [SLOW UPDATE]