O3 | Hotter than hell

4.2K 592 141
                                    

Suara dentuman musik dengan lagu Selfie milik The Chainsmokers yang keras tersebar diseluruh ruangan yang terbilang cukup luas itu. Pengeras suara besar yaitu speaker yang terpasang di setiap sudut club itu menambah semarak dan bising nya keadaan didalam ruangan itu. Teriakan parau dari orang-orang yang menggila disana sangat memekakkan telinga.

Sebagian dari para pengunjung tempat ini tengah sibuk berjoget dan menari di dance floor mengikuti irama musik yang diputar serta dibawakan oleh seorang DJ, dan sebagiannya lagi sibuk berbincang sembari menikmati berbagai jenis minuman alkohol yang sudah berada diatas meja dan genggaman mereka masing-masing.

Hanya satu dari sembilan puluh sembilan persen pengunjung club itu yang memilih diam dan menikmati malam seorang diri dengan wajah dan kepala tertunduk. Ya hanya hitungan jari bahkan satu dua orang saja.

"Malem ini gue yang traktir." Kata Windu laki-laki dengan darah Taiwan dan Jakarta itu tersenyum tipis.

Windu Kevino Nugraha keluarganya adalah konglomerat, ia memang belum resmi menjadi anggota Fema squad tapi ia akan selalu ada jika anak-anak Fema sedang clubbing atau makan-makan besar yang sering diadakan Risa dan kawan-kawan jika merayakan sesuatu.

Sebenarnya Windu hanya berteman dengan Caca, pemuda itu cukup dekat dengan gadis itu. Selain itu Caca pula lah yang mengenalkan Windu pada mereka, dan sampai akhirnya mereka jadi akrab satu sama lain.

"Emang beda ya yang crazy rich mah." Kata Juna sambil menepuk-nepuk bangga bahu Windu yang berbalutkan Mastermind Japan Biker Jacket, jaket yang satu potong nya seharga 12.000 dolar US atau sekitar Rp 178 juta.

Sementara Windu hanya diam dan menampilkan senyum tampan nya. Memang perfect hidup seorang Windu ini, sudah tampan, kaya, baik, setia, tidak pelit dan pintar. Kurangnya hanya ia belum menemukan sosok wanita yang baik.

"Everyone hands up! Going crazy now!" teriak Bimo seketika sembari menggerakkan anggota tubuhnya sesuai dengan alunan musik yang berbunyi.

"Anjir tu monyet semangat bener." Seru Risa yang memicingkan matanya sembari bergidik ngeri.

Formasi Fema sedang lengkap tidak ada satupun yang absen, yang berbeda hanya ada tambahan dua orang yaitu Luna dan Windu. Ngomong-ngomong soal Luna, Caluna Kynan Afshan anak gadis dari keluarga yang dibilang cukup taat pada agama.

Jangan heran dan mudah percaya dibalik background keluarga yang religious pasti terselubung anak-anak remaja yang mungkin sudah terjerumus pergaulan bebas. Contoh nya seperti Luna, dirumah ia memang dicap sebagai anak yang penurut dan tidak macam-macam oleh kedua orang tua, kakak serta adiknya.

"Tumben Miko gak ikutan gila." Celetuk Caca, ia menaikkan sebelah alis nya sambil menatap redup Miko.

Miko yang ditatap pun menoleh, wajahnya terlihat kesal dengan tatapan yang seolah-olah tersakiti. "Diem lo nenek lampir." katanya dengan dengusan sebal.

"Apa lo bilang? Coba ulangin?" Caca tiba-tiba berdiri dari duduk nya, dengan keadaan setengah sadar karna efek dari empat gelas red wine yang ia teguk membuat wajahnya yang berkulit putih pucat kini terlihat memerah.

Satu tangannya bergerak menyentuh meja bulat dengan beberapa gelas dan botol minuman diatas nya. Tangan itu ia gunakan untuk menahan berat badannya, sedetik kemudian Caca merangkak naik ke meja bulat dan mendekatkan wajahnya pada Miko.

Pergerakan dan tingkah gila Caca itu sukses mengundang seluruh atensi dari orang-orang yang duduk di meja bulat besar itu. "Heh itu Caca mau ngapain?!" kata Junita yang berteriak heboh.

𝐅𝐞𝐦𝐚 𝐌𝐖'𝟗𝟕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang