O1 | Gimme five

8.2K 717 162
                                    

"Man's Searching for Meaning, Viktor E. Frankl." kata seorang perempuan dengan poni di kening nya, ia membaca judul buku itu dengan penuh penekanan pada setiap kata seolah sedang mengejek seseorang yang sedang membaca buku itu.

Tepukan pelan mengenai permukaan bahu seorang wanita yang tengah fokus membaca buku yang diketahui jumlah halaman nya 184. "Tumben neng baca buku." Kata gadis berponi itu sekali lagi.

Tak perlu menunggu lama buku yang tadi terbuka dan menutupi wajah sang pembaca kini telah kembali tertutup, terpampang wajah cantik perempuan dengan rambut hitam tanpa poni. "Kalo gak disuruh juga gak bakal mau gue." katanya menjawab dengan helaan nafas yang pasrah dengan keadaan.

Buku yang ia baca beberapa menit lalu itu kemudian ia taruh diatas meja. "Emang pertemuan selanjutnya mau dibahas?" tanya gadis berambut kecoklatan dengan poni rapi dikening nya itu.

"Iya ih Sa! Padahal gue rencananya mau bolos minggu depan." balas nya dengan gemas, ekspresi wajah nya terlihat seperti ingin mencabik-cabik sebuah daging.

"Insaf Ca, si Juna aja udah rajin akhir-akhir ini, masa lo kalah sih." Mendengar itu oknum dengan panggilan 'Ca' itu mendengkus kesal, kilatan mata tajam nya ia tujukan pada gadis berponi itu.

Belum sempat membalas ucapan dari sang lawan bicara, atensi keduanya kini sudah tertuju pada meja café disebelah meja yang mereka duduki. "Ca, Ris sini." panggil seorang perempuan dengan rambut panjang nan hitam.

"Kuy pindah neng." Risa menarik pergelangan tangan gadis disebelah nya.

Gadis bernama lengkap Ceisya Sabrina Calestra atau yang kerap dipanggil Caca itu kembali mendengkus sebal, dengan satu tangannya yang ditarik Risa membuat Caca kesusahan, ia memegang tas serta buku tebal itu dengan satu tangan. "Sabar sih!" sungut nya.

"Lo kalo gak ditarik nanti jalan nya kayak penganten. Asli gue liatnya greget banget." Kata Risa menjawab.

Tak perlu banyak melangkah, jarak meja yang mereka duduki diawal tidak terlalu jauh dari posisi dimana delapan dengan tiga perempuan dan lima laki-laki sedang duduk bersama. "Caca kenapa tuh di tarik-tarik macam anjing?" tanya seorang laki-laki dengan beberapa tindik di telinganya.

"Astagfirullah mulutnya." Celetuk gadis yang kebetulan duduk di samping laki-laki itu.

"Kenapa sih Jeh, mulut gue tuh salah apa? Terlalu seksi? Iya?" tanya pemuda dengan topi dan beberapa tindik di telinga tadi. "Atau mau nyobain rasanya Jeh?"

"Astagfirullah Juna, mulut lo itu ya perlu banget di sucikan biar gak asal nyeblak." Gadis dengan nama lengkap Marion Jehana itu lagi-lagi dibuat tak habis pikir dengan ucapan absurd dari lawan bicara nya itu.

"Awas lu Jun di amuk Daniel." Sambar Risa dengan kekehan nya. Gadis itu bersama dengan Caca sudah duduk dan ikut bergabung dengan mereka yang ada disana.

Fyi, orang-orang yang saat ini sedang duduk di meja café paling ujung dekat dengan jendela adalah orang orang yang bisa dibilang famous, hits dan hampir satu Universitas mengenal dan tahu dengan squad mereka yang sebenarnya tidak sengaja di bentuk. Terlebih lagi, semua orang yang berada dalam squad itu memiliki visual yang tidak usah diragukan lagi. Benar-benar tak manusiawi.

Namanya Fema squad, sangat mudah untuk mengetahui singkatan dari kata itu. Fema sendiri diambil dari dua kosakata Inggris yaitu Female dan Male yang artinya sendiri adalah perempuan dan laki-laki, simple bukan? Ya memang pada dasarnya squad yang saat ini sangat terkenal itu tidak berniat dibentuk.

Fema squad saat ini beranggotakan tiga belas orang, dengan lima perempuan dan delapan laki-laki. Anggota pertama ada Clarissa Patricia, panggilan nya Risa. Sepertinya Risa adalah mahasiswi terpopuler yang dimiliki Universitas itu. Dari kakak tingkat sampai adik tingkat, rasanya tidak ada yang tidak mengenal Risa, terlebih lagi Risa adalah mantan pacar dari Tama kakak tingkat nya yang tahun lalu menjabat sebagai wakil BEM.

𝐅𝐞𝐦𝐚 𝐌𝐖'𝟗𝟕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang