01 | Kepingan Awal

532 21 6
                                    

"Nyatanya tidak ada keluarga yang sempurna. Karena dibalik setiap pintu rumah, akan selalu ada kisah dan masalah."

~~~~~~~~~~~~~~~♧♧♧~~~~~~~~~~~~~~~

"...bersinarlah bulan purnama
seindah serta tulus cintanya
bersinarlah terus sampai nanti
lagu ini kuakhiri."

BAGI Gama, mengalunkan melodi dari senar gitar adalah cara paling tepat untuk bercerita tentang nada-nada perasaan. Walaupun sesaat setelah memandangi air hujan yang mengaliri jendela ruang tengah, rasa sesak tiba-tiba menjalari dada Gama yang menjadi pemutus alunan ceritanya pagi ini.

Gama bukan tidak suka hujan, dia hanya punya kenangan buruk dengan hari berhujan. Terlebih lagi, kesenduan terasa semakin menderanya saat rintik-rintik yang semakin deras malah terdengar begitu selaras dengan lagu sedih yang baru saja dia mainkan. Tidak ingin dicap sebagai bujang galau, Gama perlahan beranjak dari sofa dan menyimpan gitar kesayangannya disudut kamar.


"HAANN!!! BANGUUUNN!!!"

Seperti biasa, suara Gama adalah suara orang pertama yang Handi dengar setiap pagi. Bangun-bangun disuguhi sejuknya udara pagi saat hujan begini, membuat sekujur tubuh Handi dilanda malas, mager dan pewe yang berkepanjangan. Ini bukan salah Handi! Salahkan gravitasi bumi yang tiba-tiba berpusat di kasur empuk yang dingin dan nyaman dibawahnya ini.

"Nanti Bang.. Masih ngantuk."

Gama menghela napas panjang. Kesabarannya benar-benar diuji setiap hari menghadapi Handi yang selalu membangkang saat dinasehati agar tidak begadang nonton drakor. Adiknya itu memang suka yang berbau Korea. Bahkan Gama gregetan tiap kali melihat poster dibalik pintu yang kini dia gedor terdapat gambar D.O EXO, Yeri Red Velvet dan.. Ugh! saking seringnya Handi bercerita sampai Gama ikutan hafal namanya satu persatu.

Sebenarnya ini salah Gama juga. Coba saja dia tidak usil mencibir Handi belakangan ini.

"Dih! Apaan tuh?! Drakoran sampai tengah malem bisanya cuma jinjja aigo kamchagiya ottoke ottoke.. Halah basi! Lee Minho nangis liat orang modelan kayak lo!"

Nah! Semenjak saat itu Handi bertekad untuk tidak membuat Lee Minho menangis dengan cara memperpanjang drakorannya hingga subuh.

"Makanya lo jangan bangor jadi orang! Abang bilangin jangan begadang tuh nurut, Handi!"

"Iya, iya."

"Kalau iya, ya bangun!"

Handi mengeluarkan kalimat dusta andalannya, "Nanti.. lima menit."

"Tck! Nggak ada nanti nanti! Lima menit lo nggak bisa dipercaya! Bangun nggak gue bilang!"

"Ntaaaarr!! Orang masih ngantuk!"

"SEKARANG HANDII!!!"

"Terosss.. Terosss.. Lageee lageeee.." suara yang menginvasi teriakannya, membuat Gama menoleh. Dia mendapati lelaki bersinglet hitam yang baru saja menuruni tangga sambil membawa segelas air dan setoples kripik singkong buatan Uti dalam kungkungan keteknya.

"Heh! Jadi kang parkir lo?"

"Markirin mulut lo! Congor kok nggak ada remnya, heran."

BAYANGAN GAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang