"Keluarga bukan hanya tentang darah yang mengalir, tapi tentang kasih sayang dan kebersamaan yang terus bergulir."
~~~~~~~~~~~~~~~♧♧♧~~~~~~~~~~~~~~~
SEPASANG mata Gama yang semula memandang layar hp kini beralih kearah jam di tangannya. Gama didera sepi sejak bermenit-menit yang lalu, ketika sang pujaan hati belum juga membaca pesan terakhir darinya. Adel pamit untuk pergi ke acara ulang tahun temannya, bersama Nadine dan tentu saja si Jancuk Edgar.Demi melawan kantuk yang mengerayanginya, Gama berdiri dan mengambil langkah ringan kearah pintu terminal kedatangan luar negeri didepannya.
"Gam." panggil Juan.
Dengan gerak lambat, Gama menoleh kearah lelaki yang dari tadi sok-sokan menonton masterchef, padahal selama ini masak telor mata sapi aja kayak orang lagi perang---sutil jadi pedang, tutup panci jadi tameng.
"Apaan?"
"Lo mau jadi adek yang berbakti nggak?"
Gama mendecih. Sehalus-halusnya pantat bayi, bakal kalah halus dibandingkan mulut Juan kalau lagi ada maunya.
"Nggak usah kebanyakan opening deh. Langsung ke inti."
Juan terkekeh, sebelum akhirnya dia merogoh saku celananya, "Tolong beliin gue kopi dong. Tuh disana." kata Juan menunjuk cafe diujung pintu masuk dengan dagunya.
Sebelum bergerak mengambil uang itu, Gama bersuara lagi, "Bilang dulu gue lebih ganteng dari lo. Baru gue beliin."
Juan mengangguk cepat, "Iya iya. Lo lebih pinter."
"GANTENG ANJIR! BILANG DULU!"
"Nggak, nggak. Dosa gue udah banyak. Lo malah nambah-nambahin nyuruh gue boong."
"Cari mati lo. Hah!" Gama menghembus napas ke kepalan tangannya, bersiap membuat Juan mengakui ketampanannya baik secara sukarela atau babak belur.
Dan disaat Juan menghindari pukulan demi pukulan dari Gama dengan berlagak ala-ala petinju diatas ring, terlihat gadis yang tidak asing memakai kaos putih yang kontras dengan rambut hitam panjangnya ditengah kerumunan.
Dalam hitungan detik, Juan langsung dapat mengenali gadis itu. Dengan semena-mena, Juan menangkupkan satu telapak tangannya ke wajah Gama, sementara tangan kirinya terangkat tinggi-tinggi.
"MAS JUAAAN!!!" teriak gadis itu.
Mendengar teriakan yang sangat familiar di telinganya, Gama melepas tangan Juan yang bau chitato sapi panggang itu dan berbalik badan. Tak jauh dari tempat dia berdiri, gadis itu melambai-lambai dengan senyum yang lebar. Praktis kedua sudut bibir Gama ikutan tertarik membentuk lengkungan senyuman pertamanya sore ini.
Sudah tiga bulan Gama menanggung rindu karena ditinggal ke Korea. Gama tidak pernah membahasnya sejak awal, semata-mata karena kesal tidak pernah dihubungi oleh gadis itu. Bahkan ketika Gama yang menghubunginya, malah tidak dijawab sama sekali. Alih-alih kecewa, Gama lebih kearah ngambek.
Namun sekesal-kesalnya Gama, dia tetap orang yang sama- yang paling sering merindukan gadis itu hampir setiap hari.
"ANDIRAAA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYANGAN GAMA
Fanfic"Aku tidak mencintai dengan sederhana, tidak juga dengan segalanya. Aku ingin mencintai kamu dengan jujur, selalu dengan caraku sendiri. Walau seluruh dunia bersaing menujukkan betapa hebatnya cinta mereka, aku tidak peduli. Karena bagiku, cukup kam...