"Sejauh apapun aku pergi, sesibuk apapun aku nanti. Aku pasti mencari jalan kembali. Dan bagiku kamu itu rumah. Tempat aku pulang. Pulang ke hati yang paling nyaman untuk ditinggali."
~~~~~~~~~~~~~~~♧♧♧~~~~~~~~~~~~~~~
TIDAK peduli selelah dan seberat apa Gama menjalani hari, dia akan kembali ketempat dimana bisa mencari ketenangan untuk hatinya. Atau sekedar merebahkan lelahnya dan sedikit bercerita tentang bagaimana dia melewati hari ini. Gama diluasnya semesta ini hanya ada dua tempat untuk itu.
Di rumah dan satu lagi disini.
LINE
Gama
Sayang
Aku udah didepan yaRead
Gama menghela napas panjang.
Sedari tadi pandangan Gama tidak lepas dari pesan terakhir yang dia kirim 30 menit yang lalu hanya dibaca tanpa balasan apapun. Disaat-saat seperti ini dia hanya bisa tersenyum nanar mengingat Mas Juan dan Rey hampir setiap hari mengatainya budak cinta paling budak.
Gama tidak pernah mempermasalahkan menunggu begitu lama walau terkadang harus sampai terkantuk-kantuk di kursi depan rumah. Bahkan tidak jarang merelakan nyamuk sialan kampret berpacu-pacu membuat mahakarya di pipi dan tangannya.
Dengan tampang santai, Gama hanya tertawa ketika hampir tiap hari Juan mengatainya budak cinta paling budak. Buktinya saja setelah sekian lama menunggu, boro-boro ditawarin minum atau minimal dikasih autan rasa jeruk, Gama hanya akan disuguhi permintaan maaf sekilas atau sekedar cengar-cengir.
"Maaf nih aku lama." tuhkan benar! Bahkan Gama sudah hapal nada bicaranya.
Gama hanya terdiam memandangi gadis didepannya, "Cantik banget subhanallah.. Ini cop buat aku aja ya Allah? Bodo wae pokoke wes di cop!"
Selang beberapa detik, Gama meraih sesuatu yang dia letakkan disamping kursi depan rumah. "Ini Tante, ada titipan dari tukang martabak Cendana. Katanya titip salam untuk Mamanya Adel." Gama tersenyum sambil memberikan kotak martabak di tangannya.
Mamanya Adel lantas tertawa. Ini jelas bukan pertama kalinya Gama mengatakan dititipin tukang martabak, bahkan sudah banyak tukang-tukang sebelumnya yang seakan menitipkan sesuatu.
Gama bukan tipe orang yang akan berkata, "Terima kasih Tante, sudah melahirkan anak secantik dan sebaik Adel di dunia ini." Jiahhh.. Itu terlalu zaman 90'an. Terlalu kuno bagi Gama. Alangkah lebih seru kalau restu diambil lewat jalur titipan martabak. Mengenyangkan pula, bukan hanya sekedar kata terima kasih.
Dan seperti kata Pak Tejo, menjenguk orang sakit saja setidaknya membawakan buah, masa membawa anak gadis orang hanya dengan tangan kosong?
***
Mobil Gama---lebih tepatnya mobil Handi yang dibawa kabur---kini berhenti didepan tempat yang menjadi saksi bagaimana setahun yang lalu Gama memulai kisah cinta ini. Tidak perlu muluk-muluk seperti di drama korea, tempat ini hanya warung nasi goreng pinggir jalan, depan bundaran, punyanya Mas Awan.
"Mas Awann!!!" teriak Adel memanggil penjual nasi goreng langganannya itu.
"Eh, kapel paporit ku sudah dataaang.." Mas Awan menyambut dengan wajah riang gembira walau sedikit berminyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYANGAN GAMA
Fanfic"Aku tidak mencintai dengan sederhana, tidak juga dengan segalanya. Aku ingin mencintai kamu dengan jujur, selalu dengan caraku sendiri. Walau seluruh dunia bersaing menujukkan betapa hebatnya cinta mereka, aku tidak peduli. Karena bagiku, cukup kam...