04 | Korelasi Teman dan Pilihan

322 18 3
                                    

"Hati-hati dalam memilih dan melangkah.
Karena terkadang orang terdekat bisa jadi pisau paling tajam. Atau memberi luka paling dalam."

~~~~~~~~~~~~~~~♧♧♧~~~~~~~~~~~~~~~


MINGGU sore tujuh tahun yang lalu. Saat itu awan cukup kelabu untuk segera menjatuhkan paksa hujan ditengah musim kemarau. Gama yang berdiri di halaman tersentak ketika mendengar suara yang menggelegar. Namun dapat dia pastikan suara itu tidak berasal dari langit, tapi dari teras rumah. Karena hanya dengan melirik disudut mata, terlihat sosok Juan yang memekik hingga urat lehernya keluar kayak cendol.

"GAMAAAA!!! JANGAANN DIMINUM HUJANNYAA!!!" namun tanpa pikir panjang Juan langsung menyeret Gama ke teras rumah ketika dia sedang asik membuka mulut menghadap langit.

"BUANG!!!" suara Juan yang sudah memberat karena puber begitu keras membuat Gama sedikit terjingkat.

"Dwikit dowang." tangan Gama spontan menahan air yang keluar dari sudut bibirnya. Bahkan kini pipinya menggembung karena mengulum air hujan begitu banyak.

"UDAH MAS BILANG JANGAN DENGERIN NARTA!! MINUM HUJAN NGGAK BISA ILANGIN SEDIH!!"

Gama hanya menggeleng cepat.

"BUANG!!"

Mendapat tatapan intimidasi dari Juan, Gama pun dilanda kebimbangan. Mau ditelan, Juan pasti akan memukuli pantatnya. Mau dibuang, tapi dia tidak ingin mati penasaran.

"NGGAK DENGER MAS NGOMONG APA?! BUANG SEKARANG!!"

Jika saja Juan tidak menekan lengan atasnya, air itu sudah terbuang keluar dari mulutnya. Tapi sayangnya, malah terbuang ke kerongkongan, "Awww sakit, Mas." rintih Gama mengusap lengannya.

"Lo telen kan?!" hampir saja Juan mengarahkan telapak tangannya ke pantat Gama, tapi urung ketika melihat adiknya itu meringis kesakitan.

"Lebay! Dipegang dikit doang." sambung Juan.

Walaupun Juan bukan dukun, tapi dia bisa merasakan hawa-hawa mencurigakan, lalu dengan cepat dia menyingkap lengan baju sekolah Gama, "Astaghfirullah!"

Juan bahkan mundur satu langkah dengan mata terbelalak melihat bekas pukulan membiru di lengan Gama, jika dilihat dari bentuknya, Juan yakin lengan itu dihantam dengan tongkat.

"Jangan bilang Uti." bisik Gama.

"Siapa yang berani giniin lo?!"

Gama buru-buru menutup lengan bajunya, "A-ada lah orang." jawabnya gelagapan saat mendapati wajah Juan yang seperti ingin memburu siapapun pelaku pemukulan ini.

"Lo ngebelain orang lagi?"

"Dia mukulin temen aku."

Tanpa diduga, Juan menekan luka lebam dilengan itu, "Sakit, Mas!" sontak saja dorongan kuat dari Gama membuat jarak diantara mereka.

"Sengaja! Biar lo tau sakitnya dimanfaatin orang lain."

"Aku bela temenku!"

"Makanya pandai pandai kalau milih temen! Odi itu manfaatin lo buat jadi tameng dia ngelawan anak sekolah lain! Jelas-jelas si Odi itu dipukulin karena dia malakin orang, terus lo mau aja gitu babak belur gini demi orang bangsat kayak dia? Bego itu namanya!"

"Masa iya dia gitu?"

Juan mendecih, "Makanya jangan polos-polos banget lah jadi orang, Gam."

BAYANGAN GAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang