Chapter 14: Photo of Us

148 5 0
                                    

Hoam… Aku menguap terlalu lebar. Malam ini aku sedang mempelajari dua pelajaran untuk UTS terakhir yaitu fisika dan biologi. Sekarang aku sedang belajar fisika, jadi aku memasang headset di kedua telingaku karena aku memang lebih suka mempelajari hitungan seraya mendengarkan lagu. Apalagi lagu-lagu soundtrack anime kesukaanku seperti lagunya French Kiss yang berjudul Kakko Warui I Love You yang menjadi opening di anime Sket Dance. Ketika sedang asyik mendengarkan lagu, tiba-tiba lagu yang kuputar berhenti sejenak karena HPku bergetar. Aku melirik HP dan membuka apa-yang-menyebabkannya-bergetar. Ibu jariku sibuk mengelus-elus layar dan aku melihat ada notification BBM. Langsung kubuka dan seketika itu juga, mataku terbelalak ketika melihat nama pengirimnya dan chat yang ia kirimkan padaku.

Besok ke taman apotik hidup bisa?

***

Aku berjalan menelusuri koridor yang akan mengantarkanku ke ruang tesku, ruang sepuluh. Sesampainya di sana, aku langsung duduk dan membaca buku catatan biologiku karena pelajaran pertama yang akan diujikan di hari terakhir UTS ini adalah biologi. Aku sudah menghafalkan apa saja yang mungkin akan keluar di tes nanti dan aku tinggal mengulangnya kembali agar tidak ada yang keluar dan menghilang dari otakku. Ketika aku sedang sibuk membaca, tiba-tiba ada yang menarik buku dari peganganku. Aku langsung terkejut dan langsung bertatap mata dengan seorang lelaki. Aku bisa merasakan hembusan nafas lelaki tersebut. Butuh beberapa menit untuk mengetahui siapa lelaki itu karena aku tak bisa melihat postur tubuhnya.

“Semangat, Dek!” Lelaki itu menjauhkan wajahnya dari wajahku dan tangan kanannya mengelus puncak kepalaku. “Semangat sih semangat, tapi jangan terlalu tegang.”

Entah mengapa pipiku terasa panas ketika mendengar kalimat terakhirnya. Jantungku juga terasa berdetak lebih cepat dari biasanya. Lelaki yang bernama lengkap Agata Iskandar itu kemudian berdiri dan memasukkan kedua tangannya. Setelah melempar senyum padaku, ia langsung pergi meninggalkanku yang masih menatap punggung tegapnya itu. Setelah ia menghilang dari pandangan, aku langsung membaca bukuku kembali. Sekilas, aku bisa melihat tatapan iri dari beberapa teman sekelasku tapi tak kuhiraukan karena menurutku itu sangat tak penting.

Soal-soal ini tak terlalu sulit untukku. Sebagai pecinta biologi dan calon dokter (amin), aku harus bisa mengerjakan biologi sebaik mungkin agar nilai biologi di rapotku sangat memuaskan dan mendapat IP 4,00 dengan predikat A. Jadi aku harus berjuang semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai seperti itu. Semoga saja hasil belajarku semalam tidak sia-sia. Dan benar saja, semua yang aku pelajari semalam semuanya keluar dan tak ada satu pun materi yang aku lupakan. Semoga aku bisa mendapat nilai 100 untuk UTS biologi kali ini.

Setelah menulis beberapa kalimat terakhir pada soal uraian, aku melirik Mas Dhika yang sedang asyik membolak-balik lembar soalnya. Iseng, aku juga melirik soal milik Mas Dhika. Ternyata adalah soal tentang sistem pencernaan manusia. Ah, ini pelajaran kelas VIII. Tak terlalu sulit untukku karena aku lebih suka biologi yang mempelajari tentang manusia. Aku menepuk lengan Mas Dhika pelan. Ia menengok ke arahku karena merasa aku membutuhkan bantuannya.

“Kamu gak bisa yang mana, Mas?” tanyaku. “Mungkin aku bisa bantu.”

Mas Dhika langsung menunjuk beberapa soal yang tak bisa ia jawab. Kemudian aku langsung membaca soal-soal tersebut. Dari beberapa soal yang ditunjuk Mas Dhika, ada lima soal yang bukan termasuk pelajaran di kelas VIII, berarti itu dipelajari di kelas XI. Jelas aku tak bisa mengerjakannya. Sedangkan sisa dari soal yang ditunjuk, aku sedikit lupa tentang materi tersebut. Aku berusaha mengingat-ingat kembali tapi usahaku sia-sia karena ingatan tentang pelajaran kelas VIII sudah mengendap di otakku. Butuh membaca ulang untuk memunculkannya kembali.

“Bisa gak, Dek?” tanya Mas Dhika. “Kalau gak bisa juga gak papa kok. Ini kan pelajaran kelas XI.”

“Tapi ini kan pelajaran kelas VIII, harusnya aku masih inget,” kataku seraya berusaha mengingat kembali. Tapi sayang, hasilnya nihil.

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang