Chapter 16: Wake Up!

142 6 2
                                    

"Model? Seriously?" tanyaku tak percaya. "Wait, wait, ini bohong kan?"
"Nope, I'm totally serious, Miss. Ardita Millenia," jawab Aaron mantab.
"Hey, kamu bisa cari cewek yang jauh lebih cantik dari aku," kataku berusaha menolak dengan halus. Sejujurnya aku mau sekali, mana ada wanita yang menolak ketika seorang calon fotografer dunia menawarinya untuk menjadi model? Tapi, aku merasa gugup. Aku merasa biasa aja, aku tak cocok jadi model. Di sekolah masih banyak wanita cantik selain aku.
"Menurutku kamu cantik." Pujian Aaron membuatku tersipu. Aku tidak sedang bermimpi bukan? "Aku tau masih banyak cewek lain di sekolah yang jauh lebih cantik dari kamu. Tapi entah kenapa kamu beda aja gitu."
"Aku aneh kan?" tanyaku seraya tertawa garing.
Aaron menatapku dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan. Tiba-tiba ia memelukku. Aku sangat terkejut. Tetapi aku bisa merasakan rasa nyaman yang ada pada dirinya. Rasanya aku tak ingin melepas dekapan ini, sungguh. Aku tak peduli dengan Fathur. Sekarang, aku hanya ingin Aaron.
"Jadilah modelku," tawar Aaron sekali lagi seraya melepas dekapannya.
"Okay kalau itu maumu," jawabku tanpa pinggir panjang.
Cup. Aaron mengecup keningku secepat kilat. Aku terkejut dan jantungku jadi tak karuan. Oh my God, perasaan apa ini? Pipiku mengeluarkan semburat merah.
"Makasih ya," kata Aaron seraya mengacak-acak pelan rambutku.
"Kalau gitu, apa yang harus aku lakukan sebagai model amatiran?" tanyaku antusias.
"Bulan depan ada lomba fotografi tingkat internasional," jelas Aaron. "Kalau dapat juara, bisa ke salah satu negara di Eropa dengan uang saku yang banyak. Aku harus ajak salah satu orang buat nemenin aku."
"Mmm, and then?" tanyaku penasaran.
"Aku bakal ngajak modelku," jawabnya. "Tanpa dia, aku juga gak bakal menang kan?"
"Siapa modelnya?" tanyaku tolol.
"Of course you," jawab Aaron. "Walaupun setiap fotografer dibolehin punya lebih dari satu model, aku punya prinsip bakal punya satu model aja. Kalau aku nemu orang lain yang lebih baik lagi, aku harus membuang model lamaku."
"Jahat banget sih jadi cowok," kataku seraya memukul pundaknya. "Kamu pernah punya model selain aku?"
"You're my first model," jawab Aaron. "Dan berdoalah untuk tak tergantikan dengan cewek lain."
"Aku malah berharap untuk segera mengakhiri pekerjaan ini," kataku agak kesal. "Aku gak dibayar kan?"
Aaron tertawa dan aku pun juga tertawa. Konyol sekali, model amatiran sepertiku saja sudah minta bayaran.

Jadi beginilah aku sekarang. Seminggu sekali; tepatnya di hari Minggu aku berjalan-jalan dengan Aaron. Entah itu ke taman kota, lapangan bola, perpustakaan. Ia tak menyuruhku untuk berpose tiap kali ia mengambil gambarku. Ia hanya menyuruhku berlagak tak sadar kamera jika ia tengah memotretku.
Seusai sesi foto, biasanya ia mengajakku ke restoran untuk makan sebelum pulang. Ya seperti sekarang ini.
"Kenapa kamu suka banget ngajak aku ke restoran dengan view yang bagus?" tanyaku.
Kali ini ia membawaku ke restoran mahal dengan gaya yang memang terbilang mewah. Tetapi ia mengajakku untuk duduk di balkon restoran. Dari sini, kami bisa melihat indahnya kota Semarang dengan gedung-gedung pencakar langitnya dan kerlap-kerlip lampu yang berkilauan. Oya, aku belum memberitahu bahwa tadi dia membawaku ke Brown Canyon di sore hari. Ia sengaja membawaku di sore hari karena ia ingin sekalian memotret keindahan Brown Canyon dengan sunsetnya. Tak lupa dengan model cantiknya yang terlihat sedang mengagumi batu raksasa Brown Canyon. Aku sempat melihat-lihat hasil fotonya tadi.
"Hey." Ia membangunkanku dari alam sadar. "Gimana hubunganmu sama Fathur sekarang?"
"I don't care," jawabku sekenanya. "Hubunganku udah gak jelas, silahkan aja kalo mau putusin aku juga gak papa."
"Jangan gitu, dia belum tau apa-apa soal pacaran. Jangan terlalu maksain dia lah," kata Aaron.
"Aku gak mau bahas ini," kataku ketus.
Selang beberapa menit, pesanan kami pun datang dan kami memakannya dengan lahap. Setelah makan, Aaron mengantarku pulang.

Hari demi hari pun terlewati. Perasaanku pada Aaron semakin meningkat. Bahkan setiap ia merangkul pinggangku, aku merasakan sensasi aneh yang ada dalam diriku. Apakah aku telah benar-benar melupakan Fathur? Ah, aku jadi sedikit merindukan anak itu. Dengan iseng, aku mengirimi lelaki itu sebuah SMS. Satu menit, dua menit, tiga menit...tak ada balasan. Mungkin ia benar-benar telah melupakanku.
Tiba-tiba HPku berbunyi nyaring. Tulisan 'Aaron Berlandio' terpampang jelas di layar. Senyumku mengembang ketika membaca nama itu. Langsung kuangkat telepon itu.
"Halo..."
"Hey, you know. Foto kita berhasil tembus penjurian di Indonesia! Sekarang kita harus nunggu penjurian yang di Belanda."
"Wah, selamat Aaron. Aku gak sabar nunggu hasilnya. Semoga kita bisa menang ya," harapku.
"Keep praying yaaa," kata Aaron. Kemudian ia menutup telepon setelah mengucapkan salam penutup.
Aku bahagia sekali. Oh my God, is it a dream? I can't believe it! I will go to Holland with Aaron if we can be the winner of this competition. Oh my God! Suara dering HPku kembali berbunyi nyaring ketika aku sedang memikirkan apa saja yang akan kulakukan selama liburan di Belanda. 'Akihisa Yoshii'. Apa yang ia inginkan dariku?
"Halo..."
"Um, ya? Kenapa Yosh?" tanyaku bingung.
"Maaf, aku ibu dari Yoshii." perkataan orang di seberang telepon membuatku makin bingung.
"Yoshii kecelakaan," lanjut ibu itu.
Aku terkejut setengah mati. Aku kalap dan bingung. Sebentar saja aku tak berhubungan dengannya, sudah terjadi sesuatu padanya.
"Iya tante, aku bakal ke sana." Tak mungkin aku membiarkan Yoshii malang kesakitan sendirian.
Setelah ibu Yoshii memberitahu dimana anaknya dirawat, aku memutuskan untuk menelepon Aaron karena ia juga teman sekelasnya.
Sesampainya di rumah sakit, kami langsung mencari ruangan Yoshii dan akhirnya kami dapat menemukannya. Kami langsung membuka pintu dan terlihat ibu-ibu yang cukup tua duduk di ranjang Yoshii sambil menangis. Kami langsung menghampiri Yoshii. Lelaki Jepang itu tak sadarkan diri. Kepalanya di perban dan tangan kanannya digips. Sebenarnya apa yang terjadi dengan anak ini?
"Yoshii..." aku menatap anak itu nanar. "Bangun!"
=================================
Sorry part ini cuma dikit karna aku ngebut bikinnya. Kabarnya sih malam ini bakal ada Leap Second jadi aku harus segera post sebelum Leap Second itu terjadi.
BTW itu foto Brown Canyon dengan sunsetnya tanpa Mia, wkwkk.
Hey, BTW aku mau tanya donk, di sini ada fansnya Aaron, Yoshii atau Fathur gak sih?-_-

Love,
Aulia H

Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang