RENCANA

10 4 0
                                    

Haloo semuanya

Maaf nih telalu lama ga up cerita Leysa. Semoga masih ada pembaca setianya yah. Cerita kaliini bakal dipercepat langsung ke rencana perjodohan dari kedua orang tua Leysa. Semua cerita asli dari imajinasi sendiri. Kalaupun ada kesamaan dengan yang lain, mohon maaf. 

Selamat membaca, semuanya!

***

"Ley, mamah punya rencana sama temen mamah buat kenalin kamu sama temen mamah deh," Leysa yang baru saja menutup pintu rumahnya langsung berbalik menghadap ke asal suara. "Mamah tuh udah ga sabar loh mau lihat kamu nikah, nimang cucu, apalagi temen-temen kamu udah beranak semua."

Leysa hanya menatap mata mamahnya. Tentu saja dengan raut wajah sedikit kesal. Leysa yang baru pulang dari kantor dan merasa lelah menganggap mamahnya ini kelewatan. Tanpa basa-basi, Leysa berjalan tak menghiraukan ide mamahnya. Mamahnya pun tidak menyerah, ia tetap berbicara tentang rencananya, "Ingat yah minggu ini mamah akan kedatangan tamu kalau kamu masih juga ga bawa Riyan ke rumah sebagai pacar kamu!"

Teringat kejadian kemarin, ia belum sama sekali membuka aplikasi dating apps  yang belum sempat di-uninstal. Maklum kerjaan kantor lagi menggila karena Sena dinas keluar. Mau tidak mau semua kerjaan laki-laki itu akhirnya dilimpahkan ke Leysa.

Karena penasaran, Leysa langsung membuka aplikasinya. Terakhir kali yang melakukan swipe adalah Mondy tanpa sepengetahuannya. Leysa menyerahkan semuanya. Ia melihat di fitur chat. Ada beberapa chat, tentu saja oleh Mondy. 

Sebuah chat paling atas terlihat familiar. Leysa langsung melihat profil orang tersebut dan terlihat jarak antara keduanya tidak terlalu jauh. Itu menandakan keduanya masih di wilayah yang sama. Ia melihat kembali waktu pengiriman chat orang tersebut, satu hari yang lalu. Cukup lama dari keduanya match di aplikasi tersebut.

Hey!

Ia masih menatap layar gawainya untuk mempertimbangkan apakah ia harus membalasnya atau tidak. Ada perasaan aneh dalam hatinya ketika ia harus berkomunikasi chat dengan stranger yang berada entah di mana. Namun, hal foto di slide ketiga membuatnya tertarik. Sebuah foto laki-laki dengan pemandangan yang indah. Pikirnya mungkin di puncak pegunungan karena pakaiannya sangat mendukung sebagai pendaki. Bukankah itu hal yang menarik?

Hey juga.

Setelah membalasnya, Leysa menyimpan gawainya. Ia tidak terlalu yakin bahwa chatnya akan dibalas, mengingat bahwa lelaki adalah kaum yang membutuhkan fast respon. Tanpa memikirnya, ia bergegas membersihkan diri dan bersiap untuk istirahat karena besok adalah hari yang panjang.

***

"Yaudah sih Le, lo terima aja kenapa sih? Kan lu ga usah capek main dating apps!"

"Ah lo kaga tau ortu gw deh, mereka terlalu berlebihan buat urusan ginian. Lo ga inget pas pertama kali lo main ke rumah gw? Inget ga gimana emak gw ke lo?" tanya Leysa yang mencoba mengingatkan teman sekantornya, Sena.

Ya, ingat sekali saat itu Sena mengantarkan Leysa ke rumah. Seperti biasa, pulang dari kantor keduanya memang hobi sekali ngopi sebentar ke coffe shop hanya sekedar berbicara ngalo-ngidul. Padahal keduanya satu kantor dan intensitas keduanya bahkan sudah melebihi batas. Namun, keduanya merasa kecocokan ketika bersama terutama saat mengobral.

Mamah Leysa yang kebetulan sedang ada di teras setelah mengantarkan temannya yang habis bertamu, senang bukan kepalang melihat Leysa yang diantar pulang oleh seorang laki-laki. Tanpa pikir panjang, mamah Leysa langsung menghampiri Leysa yang saat itu baru keluar dari mobil Sena. Rasa antusias mamah Leysa yang tinggi membuat Sena kebingungan. Apalagi saat itu adalah pertama kalinya Sena bertemu mamahnya Leysa.

Setelah kejadian itu, mamahnya selalu menanyakan keadaan dan keberadaan Sena. Padahal Leysa sendiri sudah mengingatkan bahwa dirinya dengan Sena hanya sebatas teman. Namun, rasa kesoktahuan mamahnya memang bukan main, "Ley, mamah tuh tau banget! Sena tuh suka sama kamu. Lagian nih mana mungkin ada pertemanan antara perempuan dan laki-laki, mustahil. Pasti satu di antaranya ada yang punya rasa. Kalau bukan Sena yang suka kamu, berarti kamu yang suka Sena, ya kan?

Itulah yang mamahnya katakan. Leysa yang sudah jengah dengan ocehan mamahnya tidak menanggapinya. Hingga suatu hari mamahnya mendatangi kantor Leysa dengan alasan memberikan bekal padahal ia ingin bertemu dengan Sena. Akhirnya Sena juga yang menjelaskan semuanya bahwa ia dengan Leysa memang tidak ada hubungan apapun. Posisinya yang sudah memiliki kekasih pun harus ia sampaikan agar mamahnya tidak bertindak lebih jauh lagi. 

Sena yang mengingat hal tersebut langsung tertawa, "gimana nasib Riyan? Jangan-jangan kantornya juga udah didatengin nyokap lo?"

"Ya ga lah, mana tahu nyokap gw kerjaan Riyan apa dan di mana."

"Lah kan siapa tahu dibelakang lo, mereka jadi tim buat meluluhkan hati lo. Lagian lo kenapa sih ga sama Riyan aja?"

"Dah lah skip, lo kapan nyampe dari Bali?" tanya Leysa yang mecoba mengalihkan perbincangan.

"Kan kebiasaan mengalihkan lagi, gw sampai kemarin sore kok. Tuh gw simpen pie susu sebagai oleh-oleh. Anggap aja itu sogokan gw buat lo terima Riyan hahaha."

Sebelum ada kejadian barang melayang, Sena langsung keluar dari ruang Leysa. Benar saja, baru juga Leysa mendapatkan sebuah note kecil, ia sudah kehilangan Sena.

***

"Pah, bantuin mamah dong bujukin Leysa buat stay di weekend ini," bujuk mamah Leysa.

"Emang ada apa sih pakai dibujuk segala?" Suaminya yang tidak paham menjawab dengan pertanyaan kembali.

"Jadi gini, temen mamah tuh mau ke rumah minggu ini. Nah, mamah mau kenalin Leysa sama temen mamah dan anaknya. Katanya temen mamah, dia mau main sama anaknya yang laki-laki. Siapa tahu itu jodohnya Leysa?" Jelas mamahnya dnegan diikuti anggukan kepala suaminya.

Tak lama setelah itu, Leysa ikut bergabung keduanya. Tentu saja dengan Ian yang sibuk rebahan sembali menonton serial kartun Netflix kesuakaanny. Umur sudah belasan, tontonan masih film kartun.

"Ley, weekend ini ada rencana keluar ga?" tanya papahnya yang berinisiatif lebih dulu.

Leysa yang sudah paham maksud dan tujuannya langsung menjawab tegas, "ada banyak, pah."

"Jalan sama Riyan, ya?" tebak mamah dengan antusias.

"Bukanlah, Mau ketemu kurcil-kurcil di rumahnya," kata Leysa masih fokus ke layar telivisi.

"Ih kamu tuh daripada ngurusin anak orang mendingan bikin anak sendiri deh!" tegur mamah sedikit kesal.

"Anak sendiri? Ide yang bagus, oke deh nanti Leysa ke Club, siapa tahu ada bule ganteng. Lumayan memperbaki keturunan."

"Leysa!!" bentak mamahnya. "Kalau ngomong jangan sembarangan dong, mamah kan cuman mau bantu Leysa aja."

"Makasih mah, tap Leysa masih bisa sendiri kok. Tenang aja," kata Leysa yang menatap kedua orang tuanya lalu kembali lagi ke kamarnya.

Sepeninggalan Leysa, Iyan pun bangkit dari rebahannya, "Iyan udah boleh ke club belum mah, pah?"

"Mau mamah masukin ke dalam perut lagi?" ancam mamahnya sembari melotot ke anak bungsunya. Papahnya hanya bisa tersenyum jahil ke anak bungsunya. Ia tidak bisa berkutik dengan dua perempuan di keluarganya sendiri. Keduanya memiliki sifat keras kepala yang sama.

***

Terima kasih buat yang sudah baca ceritaku ini.

Lagi-lagi minta bantuannya banget buat komen atau vote ya.

Love u gaes :)

DATING WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang