PULANG

7 0 0
                                    

Hai hai!

Cerita Leysa balik lagi nih. Lumayan lama ya off dari dunia Leysa. 

Semoga masih ada yang nungguin cerita ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Assalamualaikum.." Leysa membuka pintu rumah terkejut dengan keadaan rumah saat itu. Belum juga selesai mengucapkan salam, ia dibuat kaget dengan kedua orang tuanya yang sedang berdiri dibalik jendela dengan menatap ke arah halaman rumah. 

"Siapa tuh, Ley?" tanya mamah tanpa basa-basi. Leysa sudah menebak bahwa pertanyaan seperti itu pasti akan muncul dari mulut mamahnya. 

Sepanjang perjalanan Zaydan sempat bersikeras untuk turun dari mobilnya untuk menyapa orang rumah. Namun, ia mengurungkan niat itu karena ia tidak mau dicerca dengan berbagai pertanyaan dari kedua orang tuanya, terutama mamah. Ternyata usahanya sia-sia ketika ia masuk ke rumah dengan kedua orang tuanya yang sudah melihat keberadaan Zaydan. 

Sebelum masuk ke dalam, Zaydan sempat membuka jendela mobil sehingga wajahnya dapat terlihat dari kejauhan. Laki-laki itu tetap berusaha untuk ikut turun untuk menyapa orang rumah, tetapi lagi-lagi penolakan diberikan oleh Leysa.

"Oh teman mah," jawab Leysa dengan singkat dan berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air putih. 

"Teman laki-laki? Mamah kok baru tahu. Wajahnya terlihat tidak asing, tapi ini pertama kalinya mamah lihat apalagi kendaraannya."

"Mah.. please!"

"Oke, oke, mamah kan cuman penasaran Ley. Mamah udah ga sabar mau lihat kamu menikah, jadi istri, dan punya anak..."

"Mah, udah ya, Ley capek. Ke kamar dulu ya!" 

Capek dengan keluhan yang sama, Leysa memilih pergi dan beranjak ke kamarnya. Teritorial yang tidak akan pernah disentuh siapa pun. Tempat teraman yang paling ia sukai.

***

"Sen, kemarin gue ketemu Ryan."

"Eh iya, kemarin Ryan nanyain lo dan gue jadi bertanya-tanya. Lo lagi deket sama orang?"

"Lah gue deket sama lo emang lo bukan orang?"

"Ih becandanya kok udah nular kaya gue," kesal Sena yang tidak mendapatkan jawaban yang diinginkannya. "Jadi, who's he?"

"Heem panjang sih ceritanya."

"Gue siap mendengarkan cerita panjangnya."

"Dah lah kita makan aja dulu," Leysa dengan mudah mengelak Sena ketika pramusaji menyediakan makanan pesanannya. Namun, kedatangan seseorang yang tidak terduga kini muncul di depan keduanya.

"Hai, makan siang di sini juga ya," sapanya. Leysa yang mengenal suara itu pun langsung mengarahkan matanya ke Sena dengan tatapan tajam. Sena yang menyadarinya pun mulai menolak dengan tatapan bingungnya.

"Eh yan, lo di sini juga. Sama siapa lo?"

"Sama tim nih," jawabnya. "Join di sini boleh?"

"Tim lo?" tanya Leysa.

"Ah mereka udah dapat tempat, tuh mereka asik sendiri. Berkurang satu kayanya ga masalah buat mereka." dalih Ryan yang bertekad untuk bergabung dengan Leysa dan Sena. Keduanya pun dengan terpaksa menerima keberadaan Ryan yang kini sudah duduk di samping Leysa.

"Kemarin aman, Ley?"

"Aman kok, emangnya gue kelihatan mau diculik ya?"

"Hahahaha ga dong, kelihatannya kamu ga nyaman aja sama laki-laki itu. Jadi gue kira lo ga baik-baik aja."

Leysa yang mendengar itu pun langsung mengerutkan wajahnya karena rasa tidak nyaman kemarin dan saat ini karena kehadiran laki-laki yang saat ini duduk di sampingnya.

"Sore ini free, Ley?"

"Kayanya ga sih, di rumah ada urusan juga. Jadi harus cepat pulang."

"Oh mamah sehat kan?"

"Sehat kok," jawabnya singkat. "Sen, lo dah beres? Ini 15 menit lagi kita ada kumpul loh."

"Eh udah kok, yaudah yuk!" Sena jelas mengerti maksud Leysa. Ia tahu bahwa kumpul itu hanya akal-akalan temannya saja karena sudah mulai tidak betah dengan Ryan. Ia sendiri merasa bersalah karena sempat berkomunikasi dengan Ryan tentang rencana makan sianganya dengan Leysa. Ia tidak akan berpikir bahwa Ryan bakal effort mendatangi resto yang jauh dari tempat kerjanya.

Keduanya pun berpamitan dengan Ryan. Laki-laki itu jelas menyadari bahwa Leysa memang ingin segera pergi darinya. 

"Gila lo, Sen! Kenapa ngajakin Ryan ke situ sih?"

"Sorry Ley, sumpah gue gatau kalau dia bakal nyusul ke resto itu. Iya kali dia jauh-jauh dari kantornya cuman ke resto itu."

"Nyatanya kan dia datang juga kan."

"Emang beneran kamu gamau sama dia?"

"Ga deh, makasih banyak."

"Jadi, lo beneran lagi deket sama laki-laki itu? Lo belum cerita deh. Ah baru kali ini gue kesel sama Ryan yang ganggu banget."

"No story ya, hukuman buat lo."

"Leeeeey!" Sena pun berteriak mengejar Leysa yang mulai berjalan cepat meninggalkannya.

***

"assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

"Alhamdulillah akhirnya Leysa pulang cepat nih," sahut mamah. "Sini Ley, ada teman-teman mamah nih dari tadi siang kita kumpul di rumah."

Leysa melangkah ke arah mamahnya dengan senyum manis terpaksanya. Ia sendiri sudah menyadarinya bahwa ini akan terjadi. Namun, ia tidak bisa lagi mengelak keinginan mamahnya.

"Halo, saya Leysa, tante," sapanya.

"Wah ini ya anak gadisnya," sahut salah seorang ibu yang duduk tak jauh dari Leysa.

"Masyaallah cantik ya anaknya," seorang ibu yang duduk dihadapannya memuji kecantikan Leysa sehingga ia pun kembali tersenyum.

"Duh bisanya aja nih Bu Risma, alhamdulillah cantik nih. Saking cantiknya susah mau pilih pendamping hidup," sahut mamah.

Sebuah kalimat alarm sudah tertuju pada Leysa walaupun dibalas dengan tawa renyah dari teman-teman mamahnya.

"Mba Leysa, mau jadi mantuku ga?" tawar seorang ibu.

"Ih sama aku aja Mba Leysa. Iya kan mamah Leysa."

"Yampun Leysa jadi laku keras nih sama calon mertua."

"Hehehe makasih tante, maaf tante ini saya ada telepon. Saya izin pamit dulu buat angkat telepon dulu ya." Leysa sengaja memasang nada dering sekencang mungkin untuk lepas dari perangkap mamahnya. Ia sudah meminta Sena untuk meneleponnya tepat sesuai dengan waktu yang ia inginkan. Akhirnya rencana yang telah disusun berhasil. Ia pun bergegas ke kamarnya dan menekan tombol dial.

"Halo Sen, gimana?" katanya pura-pura.

"Halo Le, apa kabar?" tanya seseorang yang diujung telepon.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wow siapa yang menelepon Leysa?

Penasaran ga sih? Pokoknya ikutin terus cerita Leysa ini ya.

Minta tolong juga buat like dan komen di cerita ini sebagai bentuk dukungan kalian. Biar author semakin dan semakin bersemangat nih hehehe.

See u on next chapter!

DATING WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang