⁰¹

446 42 1
                                    

Laki-laki bernama Yeonjun berjalan lesu karena lelah berjalan kaki dari kampusnya sampai menuju gerbang rumahnya. Padahal Hyunsuk—sahabatnaya itu menawarkan tumpangan, tetapi Yeonjun menolaknya dikarenakan adik dari Hyunsuk. Kenapa? Adik Hyunsuk menyukainya dan dirinya tidak menyukai adik Hyunsuk apalagi tatapannya. Perempuan lebih muda itu menyatakan perasaannya secara langsung padanya disaat dirinya lulus dari SMA.

"Hai Yeonjun." Yeonjun yang disapa di depan gerbangnya tersentak kaget. Sepertinya ia melamun hingga tidak sadar jika ada orang didepan gerbangnya, bahkan mobil yang lebih nampak jelas dilihat saja ia tidak menyadarinya. Saat sadar ia membungkuk sejenak lalu menyapa balik Kakak tingkatnya itu. "Kau nampak lesu? Padahal kau bisa menyuruh supir pribadi mu untuk menjemput mu," katanya ramah. Yeonjun tersenyum canggung.

"A-ahaha, kau benar, Hyung." Laki-laki itu hanya tersenyum maklum saja. Sepertinya ia harus lebih mendekatkan diri lagi pada adik tingkatnya ini. "Oh ya, aku kesini ingin memberikan ini." Doyoon—nama lelaki itu. Ia menyerahkan sebuah coklat pada Yeonjun yang mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Doyoon menggaruk tengkuknya dengan tangannya yang bebas sambil tersenyum canggung. "Ini—ah itu, adikku hari ini pulang. Kau mungkin melupakan wujud adikku itu tapi tak apa, mungkin kalian akan bertemu lain kali. Dia akan berkuliah di tempat yang berbeda dari kita." entah kenapa Yeonjun merasa aneh. Apakah penting untuk Doyoon mengatakan soal adiknya itu? Apalagi tentang masalah kuliah adiknya.

Doyoon yang menyadari jika Yeonjun tengah memikirkan perkataan yang tadi dan dengan segera ia menyergah, "Tidak usah dipikirkan dan—ku rasa besok kau akan memiliki kelas tambahan karena kau bolos di kelas pagi." Doyoon terkekeh setelahnya sambil mengusak surai hitam legam Yeonjun dengan gemas.

"Walau seperti ini, sikap ku yang suka membolos tidak bisa dipisahkan ya? Ah, aku pamit mantan berandal sekolah." Yeonjun mengangguk dan Doyoon tidak melunturkan senyumannya dan berjalan memasuki mobilnya dan kembali berpamitan pada Yeonjun sebelum menjalankan mobilnya.

Yeonjun menggaruk tengkuknya. "Seberandal apa ya aku dulu?" gumamnya.

Ia menghela nafasnya, "Lupakan saja," monolognya dan gerbang ia buka sendiri. Satpam penjaga pos samping gerbang rumahnya itu sedang cuti makanya Yeonjun membukanya seorang diri.

Ting.

Bunyi dentingan pesan menghentikan aktivitasnya dari menutup gerbang. Dengan segera ia merogoh saku celananya dan melihat siapa yang mengirim pesan pada dirinya. Siapa tahu jika itu orang tuanya 'kan?

Tapi ternyata bukan. Malahan, nomor tak dikenal dengan pesan berisikan, Hei musuh lama... Apa kau merindukan ku? Kita akan bertemu besok.

Yeonjun sama sekali tidak mengerti. Ah, mungkin ia memang benar mantan berandal hingga ada yang mengakui kalau dia musuhnya. Bahkan—ibunya bersyukur karena dia amnesia. Yeonjun mendengus saat mengingat kata ibunya yang kelewat menyebalkan itu. Ya, Yeonjun memang amnesia saat ia berada diakhir kelas sewaktu SMA pertengahan semester satu.

"Ck, aku memang mantan berandal."



































Dan ya, yang dikatakan Kakak tingkatnya itu benar. Ia mendapat kelas tambahan dan kini ia pulang dihari senja. Ia mendengus sambil memikirkan seharusnya ia tidak perlu membolos kemarin dan lagi— Choi Doyoon, kemana pria itu? Biasanya lelaki itu akan mentertawakan dirinya jika tebakannya benar dan hari ini, pria itu sama sekali tidak menampakan batang hidungnya.

Jujur saja, sebenarnya Yeonjun suka dengan pria itu tapi ia sangat malas untuk memiliki ikatan atau hubungan pada orang lain dan disaat ia keluar dari gerbang gedung kampusnya, tanpa sengaja matanya menangkap atensi seseorang yang sedang duduk ditepi trotoar.

Ghost || SoojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang