⁰³

188 28 1
                                    

Laki-laki bermata rubah itu tersenyum kikuk setelah melihat siapa yang ada didepan gerbang rumahnya. Orang yang berada didepan gerbang rumahnya itu tersenyum lembut sambil melambaikan tangannya guna menyapanya dari jauh.

Sosok yang disamping pemuda bermata rubah itu hanya bisa terheran-heran dengan tingkah si mata rubah. Seketika pikirannya menyimpulkan jika si mata rubah ini menyukai pemuda yang berada dibalik gerbang. Bagaimana bisa ia menyimpulkan hal itu? Ya karena suasana hati Yeonjun yang tadinya kesal menjadi salah tingkah.. Yeonjun, pemuda bermata rubah itu segera menghampiri Doyoon. Ya, orang yang berada didepan gerbangnya dipagi hari adalah Doyoon.

"Hyung? Kenapa pagi-pagi begini kau datang?" tanya Yeonjun setelah keluar dari area pekarangan rumahnya. Yang lebih tua tersenyum dengan tatapan rindu. Berapa hari ia tidak melihat makhluk manis satu ini?

"Aku menjemputmu tentunya, kau ada kelas 'kan pagi ini?" Yeonjun hanya mampu mengangguk dengan senyuman manis yang sedari tadi tidak lepas darinya setelah keluar dari pekarangan rumah tentunya. Oh, jangan lupakan ada sosok lain disana. Soobin namanya. Masih ingat 'kan?

"Wah, ada apa ini? Kenapa suasananya berubah?"

Sosok itu berujar sinis. Tentu saja suara sosok itu bisa Yeonjun dengar. Hantu sialan! umpat Yeonjun didalam hatinya. Jika saja tidak ada Doyoon sekarang mungkin saja sosok itu akan ia marahi. "Tidak usah Hyung, aku ingin jalan pagi. Jalan pagi akan membuat ku sehat dan siapa tahu aku bisa mengingat lagi," tuturnya berusaha menolak. Ia tidak ingin jika ia pergi berdua maka ia akan tiba-tiba gugup walaupun Soobin mengikutinya.

Doyoon sempat terdiam lalu terkekeh, tangannya terangkat guna mengusak surai lembut dari laki-laki dihadapannya. "Kalau begitu aku juga akan jalan dengan mu," final Doyoon. Oh, kewarasan Yeonjun bisa-bisa hilang ditengah jalan. "Dan aku berharap supaya kau tidak ingat apa-apa apalagi kembali ke diri mu yang dulu," canda Doyoon selanjutnya. Mungkin itu hanya candaan biasa, tetapi bagi Doyoon itu adalah peringatan untuknya.

Ia tidak ingin Yeonjun ingat tapi disaat ia belum menyukai dirinya. Kening Soobin mengerut merasa ada yang aneh dalam sirat mata Doyoon.











































Hyunsuk menggeleng tak percaya pada tingkah Yeonjun sekarang. Rasanya ingin sekali ia menjebloskan Yeonjun ke rumah sakit jiwa sekarang.

"Oh Tuhan, berhentilah tersenyum seperti orang gila, Choi Yeonjun! Kau membuatku ngeri," timpal Hyunsuk yang sudah jengah. Apakah bibir Yeonjun tidak lelah karena tersenyum terus menerus. Jangankan Hyunsuk, Soobin juga ikut menimpali kata Hyunsuk tadi.

"Dia benar, kau lebih mengerikan daripada hantu, Choi Yeonjun."

Yeonjun yang merasa stok kesabarannya habis pun memicing tajam pada dua orang yang menatap ngeri dirinya. "Kalian berdua sialan!" Hyunsuk menukikkan alisnya.

"Berdua?" tanya Hyunsuk heran. Laki-laki bermata rubah itu gelagapan karena ia keceplosan. "Ahaha... apa aku bilang dua? Ah, aku reflek mungkin," sahut Yeonjun canggung yang membuat sahabatnya menyipitkan matanya. Entah kenapa ia merasa Yeonjun menjadi canggung terhadapnya.

"Jadi, sekarang kau akan pulang bersama Doyoon Hyung?" tanya Hyunsuk kala mengingat kakak tingkatnya itu berangkat berjalan kaki bersama Yeonjun ke kampus. Aneh memang. Dua orang itu nampaknya saling menyukai tapi pikiran negatif mereka membuatnya muak.

"Kenapa kalian tidak jadian saja? Agar adik ku menyerah pada mu," saran Hyunsuk. Mereka sedang di taman yang ada di kampus mereka dan sedang duduk dibawah pohon beralaskan rumput omong-omong.

Ghost || SoojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang