⁰⁴

127 25 4
                                    

Matahari sedang terik sekarang yang mana membuat pemuda bermata rubah itu mendecak kesal, ditambah lagi kelasnya dijadwal siang dan sialnya dosennya itu killer.

"Oh tuhan, apakah sudah benar cita-cita ku ingin jadi dokter?!" monolog Yeonjun kesal. Ya, Yeonjun memasuki jurusan kedokteran tapi ia lebih memilih dokter hewan dibandingkan dokter bedah ataupun lainnya yang berhubungan dengan manusia.

"Jadi, ada apa dengan itu?" tanya satu sosok yang sudah lima hari mengikuti dirinya. Lagi-lagi pemuda bermata rubah itu mendecak kesal. Untung saja untuk ke semester akhir Yeonjun masih lama, sangat lama lagi malahan. "Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berfikir, kenapa aku memilih jurusan ini? Dan kenapa dulu aku memasuki jurusan mipa saat SMA?"

"Itu pilihanmu," sahutnya tak acuh. Yeonjun meroling bola matanya malas. Sungguh, ia malas berdebat sekarang. Wajah Yeonjun kembali murung dengan tiba-tiba dan itu membuat Soobin mengerutkan keningnya tak mengerti dengan perubahan raut muka Yeonjun. Seolah sadar jika ia ditatapi oleh Soobin, Yeonjun akhirnya buka suara.

"Doyoon Hyung tidak melanjutkan kuliahnya dan malah memilih meneruskan perusahaan ayahnya, itulah sebabnya aku kesal dengan hari ini apalagi dengan panas matahari, kulit ku menjadi memerah," tutur Yeonjun agak lemas serta pipi yang mengembung. Soobin yang melihatnya tidak berkedip. Pikiran dan hatinya mengatakan suatu hal yang berbeda. Pikiran yang mengatakan Yeonjun bodoh karena memilih duduk dibawah teriknya matahari sembari meminum soda yang ia beli dari warung tersebut. Ngomong-ngomong, Yeonjun duduk dikursi yang disediakan oleh warung itu.

Sementara hatinya terus mengatakan jika Yeonjun sangat cantik serta menggemaskan dengan kulit yang memerah, pipi yang menggembung. Perkataan Yeonjun barusan hanya Soobin anggap angin lalu karena ia malah fokus dengan Yeonjun.

"Wah, hantu ini sedang melamun atau apa?" celetuk Yeonjun yang mana membuat Soobin sadar dari aktivitas fokus pada Yeonjun. Soobin menggeleng ribut lalu menghilang dari pandangan Yeonjun. Yang ditinggal merasa heran. Ada apa dengan hantu itu?

"Ah tunggu? Dasar Soobin! Aku malah ditinggal!"

"Soobin?"

Yeonjun tersentak kala ada sebuah suara yang tiba-tiba saja ada. Yeonjun menoleh kesamping, ternyata itu Doyoon.

"Hyung?"

Wajah Doyoon sangat datar hingga Yeonjun merasa agak takut dengan pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu.

"Hyung, kenapa kau menatap ku begitu?" tanya Yeonjun pelan karena ia merasa takut dengan pemuda itu. Doyoon tersadar lantas ia menggeleng dan ikut duduk disamping Yeonjun.

"Ingatan mu sudah kembali?" Doyoon mengalihkan topik. Yeonjun menggeleng sebagai jawaban sementara Doyoon menghela nafas lega setelahnya. "Kau mengenal Soobin?" lantas mata Yeonjun memicing, bukannya menjawab ia malah balik bertanya.

"Apa Hyung mengenal orang yang bernama Soobin?"

"Tidak, aku tidak mengenalnya," sentak Doyoon tidak santai. Mengherankan, itulah yang Yeonjun rasakan sekarang. Doyoon bertingkah aneh ditambah lagi ia tiba-tiba berdiri, kali ini raut wajahnya itu seperti sedang marah membuat Yeonjun semakin merasa heran sekaligus aneh.

"Aku pamit dulu."

Dan semakin mengherankan saja. "Tumben sekali Doyoon Hyung memakai kata 'aku' padaku," gumamnya.























Yeonjun telah pulang dengan keadaan lesu. Awalnya ia ingin menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, tetapi sebuah suara yang ia rindukan menghentikannya.

Ghost || SoojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang