⁰⁵

117 28 2
                                    

Soobin berpindah tempat ke suatu tempat, meninggalkan Yeonjun yang duduk diwarung. Ia tidak peduli jika pemuda bermata rubah itu marah padanya nanti. Ia hanya ingin menenangkan diri dari gejolak aneh yang ia rasakan barusan. Baginya, ada seusatu yang mengganjal.

"Sungguh lucu jika seorang arwah seperti mu bisa jatuh cinta." Pemuda jangkung itu menoleh dan malah mendapati seorang pemuda berbahu lebar dibelakang, lantas ia berbalik menghadap orang itu.

"Aku tahu itu tidak wajar—mungkin?" sahutnya ragu, menatap pemuda berbahu lebar itu dengan tanda tanya. Pemuda itu terkekeh.

"Mau ikut aku?"

Ia menatap orang itu ragu sebelum mengangguk mengiyakan. Orang itu tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya pada Soobin yang tentu diterima olehnya. Tiba-tiba saja ia merasa disedot oleh sesuatu, ternyata ia berpindah.

Tunggu?

"Kita ada dimasa lalu?"

Orang itu mengangguk dengan senyum tipisnya menatap Soobin. Tangannya terangkat lalu menunjuk kesuatu arah. Soobin bingung tapi ia langsung paham saat ia melihat apa yang orang itu tunjuk. Disana ada Choi Yeonjun yang menatap sengit dirinya diatas motor ninja hitamnya sementara dirinya tersenyum miring berdiri disamping motor ninja Yeonjun.

"Itu, aku?"

"Tentu saja bodoh!" dengus orang itu—Seokjin.

"Lihat dan ingatlah ini sampai kau bangun Choi Soobin, tapi kalau kau bangun saja," lanjutnya.

Soobin mematuhinya dan ia melihat cuplikan ingatannya.

"Aku? Jadi babu mu? Oh ayolah Choi Soobin!" geram Yeonjun disana. Senyum miring dari Soobin tidak sirna. Ia menatap mengintimidasi Yeonjun.

"Kalau begitu, jadi pacar ku saja." sontak mata rubah itu membelak. Oh, yang benar saja?!

"Tidak sudi!"

Soobin versi arwah meringis. Apakah benar ia menyukai seorang Yeonjun yang berperilaku seperti berandal itu? Ah, iya baru sadar jika ia dan sosok yang disampingnya berada di area balap liar anak-anak nakal, sepertinya.

"Ayolah Choi Yeonjun, bermain-main lah bersama ku menikmati masa remaja ini." Yeonjun menatap Soobin datar. Soobin manusia maklum dengan itu. Yeonjun tidak pernah menampakkan ekspresi selain datar dan kesal bahkan marah.

Yeonjun berdecak lalu bangkit dari motornya dan beridiri dihadapan Soobin sambil bersedekap dada. Pemuda bermata rubah itu membalas tatapan mengintimidasi dari Soobin dengan tatapan yang sangat tajam.

"Bersenang-senang, huh? Baiklah, bagaimana kita membuat kesepakatan?"

"Baik."

"Tidak ada yang boleh tahu dan ingat, ini hanya untuk bermain-main dibatas wajar, tidak lebih. Dan yang pasti, jangan ada perasaan diantara kita!"

"Itu bohong," celetuk Seokjin. Soobin ingin bertanya tapi tidak jadi karena Seokjin tiba-tiba menggapai tangannya lagi dan membawanya ke waktu berbeda.

Atap sekolah, Soobin mengetahui itu karena ia bisa melihat Yeonjun dan dirinya berdiri berhadapan dengan seragam sekolah ditambah Seokjin yang memberitahunya.

"Kenapa kau memanggil ku kesini?"

Tak disangka, Soobin justru langsung meraih tengkuk Yeonjun dan mendekatkan bibir mereka dan melumatnya sementara Yeonjun hanya diam tak berkutik. Karena kesal tidak dibalas akhirnya Soobin melepas pangutannya.

"Kau membosankan!" sungut Soobin. Yeonjun mengerutkan keningnya bingung. Aneh. Satu kata dari Yeonjun untuk Soobin.

"Apa maumu? Berhenti sampai disini? Baiklah." setelah berkata seperti itu, ia bersiap untuk pergi tapi Soobin justru mencegahnya.

"Aku ingin kita berpacaran secara sungguh-sungguh, bukan untuk bermain-main lagi."

Yeonjun terdiam.

"Menurut mu, apakah pujaan hati mu menerima mu?"

Soobin menoleh pada pemuda disampingnya tapi ia tidak ingin menjawab alhasil ia kembali memperhatikan Yeonjun dan dirinya.

"Benarkah ini seorang Choi Soobin? Bukankah sekali kau menganggap seseorang mainan maka orang itu akan tetap menjadi mainan mu," tukas Yeonjun tajam. Soobin menggeram marah, tapi ia harus bersabar.

"Aku menyukai mu, aku sungguh-sungguh."

Yeonjun menampilkan senyum miringnya, "Akan kupikirkan lagi, sampai jumpa." lalu ia beranjak dari sana begitupun Soobin arwah dan Seokjin. Mereka berpindah tempat lagi, dimana ia kembali ke tempat semula.

Pemandangan hijau serta ada danau disekitarnya.

"Belum selesai, lihatlah kesana."

Soobin menurutinya. Ia melihat dimana Yeonjun—bahagia, bersama dengannya. Disana ia melihat kalau Yeonjun sedang tertawa terbahak-bahak bersama dirinya. Ah, iya mengerti kenapa Yeonjun tertawa terbahak-bahak.

Soobin barusan jatuh terpeleset dan malah ditertawakan oleh Yeonjun. Awalnya Soobin kesal, tapi melihat pujaan hati tertawa, ia juga ikut tertawa begitupun Soobin yang bersama Seokjin, bukan tertawa, tapi tersenyum senang.

"Kau jahat sekali mentertawakan kekasih mu ini!"

"Salah sendiri, sudah tahu licin habis hujan, kau malah berlarian." Ya, memang habis hujan, dan bodohnya orang bernama Soobin ini malah berlarian.

"Apakah aku diterima olehnya?" dan Seokjin mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan pernah menunjukkan tawa serta senyum mu itu pada siapapun, tolong tunjukkan itu hanya pada ku," pinta Soobin tersenyum lembut sembari menangkup wajah kekasihnya. Yeonjun tertegun, ia baru sadar jika ia tertawa.

Manik gelap mereka bertemu dan enggan melepaskan sampai dimana Soobin mendekatkan wajahnya lalu menempel lah dua benda kenyal itu. Hanya menempel, tidak melumat.

Soobin menyudahi acara pertemuan bibir mereka dan beralih ke samping Yeonjun dan mulai menggenggam tangan Yeonjun. Mereka berdua saling melempar senyum dan saling bertatapan.

"Kau senang melihat ini?" tanya Seokjin yang tentu diangguki oleh Soobin. Tiba-tiba ia kembali kedunianya, tempat awal ia berpijak, tetapi laki-laki itu masih ada.

"Aku akan menunjukkan itu untuk awal-awal, tapi sisanya, kuharap kau bisa siap untuk itu. Karena disanalah hubungan kalian mulai renggang."

Soobin terdiam. Renggang? Kenapa? Banyak pertanyaan yang melintas dikepalanya. Laki-laki itu sudah pergi meninggalkan dirinya dengan tanda tanya.






































































"Apa benar? Aku adalah orang dimasa lalu mu?"

"Ya, kau adalah—ekhm... pacar ku...




























....mungkin sekarang adalah mantan?" nadanya kurang meyakinkan. Yeonjun terdiam dan sedikit syok.

"Apa kau mengingat diri ku dimasa lalu?"

Soobin menggeleng. Ia melihat, bukan mengingat, tetapi ada beberapa kilatan ingatan tentang suatu hal dibenaknya sewaktu ia sakit kepala siang tadi. Kilatan ingatan masa lalu itu mampu membuatnya menangis meski hanya sebuah kilatan.

Tapi, sewaktu mengingat dimana ia melihat dirinya mencium bibir Yeonjun membuat pipinya merona. Yeonjun yang sadar akan hal itu memiringkan kepalanya karena bingung dengan hantu didepannya.

Tapi daripada memikirkan itu lebih baik ia memikirkan cara memulangkan hantu ini ke raganya.

"Jadi kau pacar sembunyi-sembunyi ku? Baiklah, berarti kau adalah orang terdekat ku maka aku akan menanyakan itu pada teman ku besok," beritahu Yeonjun, tapi tiba-tiba mata Soobin melotot dan menggeleng ribut, Yeonjun membalasnya melotot.

"Apa?!" solotnya.

"Ehehe, tidak ada. Tapi kata sosok itu, setelah aku bangun nanti aku akan melupakan kejadian semasa aku menjadi arwah, atau roh ya? Arwah dan roh itu sama atau berbeda?" tanya Soobin, author juga ikut nanya.

Yeonjun mendengus. "Mana ku tahu!"

Ghost || SoojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang