4. Nanda Dapat Cinta

1.5K 297 54
                                    

Jumat pagi ini Nanda sudah siap berangkat sekolah sejak jam 5 Pagi. Tentu karena hari ini berbeda dari hari biasanya.

Jeno, pujaan hatinya. Cowok itu akan mengantarnya ke sekolah. Bagaimana Nanda bisa tenang? Bahkan sejak semalam ia baru bisa tidur jam 2 pagi, lalu bangun jam 4 dan siap-siap sekolah. Nanda kepalang semangat.

Ya namanya jatuh cinta, bersikap tenang dan biasa saja malah jadi ketidakmungkinan.

"Bundaaa! Kaos kaki Nanda yang bersih disimpen dimanaaaa?"

Hari itu, kediaman Pradipta lebih repot dari biasanya. Bunda juga aneh, tak biasanya Nanda uring-uringan teriak sana sini.

Mendengar teriakan Nanda untuk yang entah keberapa kalinya, Bunda tersenyum malu. Ia yakin anaknya sedang jatuh cinta. Atau anaknya berniat kencan sepulang sekolah? Bunda kurang paham, yang jelas Bunda ikut senang dan gemas.

Iya bunda, Pradipta mu jatuh cinta. Pada lelaki sederhana yang ia temui di Cafe depan. Bunda, mohon maaf ya? Kali ini tolong biarkan Nanda menerima cinta. Walau bukan dari wanita, seperti kata norma kalau itu yang seharusnya.

"Disitu loh Nda, di lemari di selipan pinggir. Kan biasanya Bunda simpen situ."

Beberapa menit kemudian, Nanda sudah duduk di teras depan rumah dengan atribut sekolah lengkap. Nanda sudah siap.

Tak lama terdengar suara motor, Nanda sudah berdiri, ia lari ke depan pagar. Pokoknya hari ini, Nanda harus terlihat tampan. Tuhan, tolong Nanda sekali ini saja, bisa?

"Udah siap?" Jeno rapihkan rambut Nanda yang berdiri di depannya.

Mari doakan saja Nanda kuat sampai tujuan wahai tuan dan puan.

"Udah." Nanda mengangguk semangat.

Jeno tertawa kecil, ia gemas.

"Saya mau izin dulu sama Ibu kamu." Jeno sudah siap melepas helm nya dan ingin turun dari motor, tapi segera Nanda hentikan.

"Eh, Bunda lagi sibuk di dapur, gak enak ganggu. Udah ayok, kita langsung aja."

Baiklah, Jeno kalah. Ia menurut.

Lalu setelahnya, mereka pergi menuju Sekolah. Kali ini tak perlu diberitahu kemana Jeno harus jalan, karena Jeno sudah tau dimana letak Sekolah Nanda. Itu SMK Negeri terkenal di Kota mereka.

Pagi ini, rasanya akan Nanda ingat seumur hidupnya.

Embun pagi jadi pemandangan awal hari mereka, matahari belum mau menunjukkan dirinya. Dinginnya Nanda jadi bahagia karena jaket yang semalam Jeno beri membalut dirinya.

Kalau boleh, Nanda mau minta begini selamanya, egois nggak? Kalau Nanda minta cinta, apa Bunda tidak apa-apa? Semoga saja.

"Kenapa diem aja?" Jeno buka suara.

"Ha? Kenapa Mas?!" Nanda sedikit berteriak karena helm yang ia pakai. Suara Jeno tak terdengar.

"Kamu, kenapa diem aja? Belum sarapan?" Jeno menoleh, berharap Nanda bisa mendengar suaranya lebih jelas.

Nanda jadi berfikir, kenapa bisa ada manusia setampan Jeno yang bersedia mengantarkannya sekolah dengan cuma-cuma?

"Udah kok, Mas."

Jeno mengangguk, lalu kembali fokus pada kemudi motornya.

Sesampainya di gerbang sekolah, Nanda turun dan lepas helm milik Jeno.

"Ini, Mas."

"Saya udah kayak ojek, ya?" Jeno ambil helmnya dari tangan Nanda.

Nanda hanya terkekeh sebentar, lalu menengok kebelakang. Melihat sekolahnya dari gerbang, memastikan kalau ia tidak telat. Padahal realitanya, Nanda sampai lebih cepat dari hari-hari biasanya.

Afeksi | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang