5. Tentang Karsa & Rasa

1.4K 280 57
                                    

Tw// mention of suicide, death.

Sesuai janji, di hari Minggu yang cerah ini untuk yang ketiga kalinya Nanda menaiki motor Kawasaki hitam milik Jeno.

Mereka punya tujuan untuk makan bakso, Jeno yang traktir. Dan tadi, Jeno juga sempat pamit pada Bunda untuk ajak Nanda keluar hari ini. Sebagai temannya. Teman baru Nanda.

Nanda sempat panik dan gelisah soal reaksi Bunda, tapi ternyata Bunda malah membuatkan satu gelas teh manis untuk Jeno. Padahal mereka sudah siap berangkat.

Kata Bunda, "Gak enak kalau gak dikasih minum dulu temenmu itu."

Nanda menurut, karena omongan Bunda adalah perintah. Lihat Bunda mengobrol singkat dengan Jeno tadi, rasa berdosa dan salahnya mengepung dirinya, lagi.

Tapi saat Jeno tatap dia dan kasih senyum lebar, dengan mulutnya yang bergerak mengucapkan kata "gapapa" tanpa suara, berhasil membuat Nanda tenang.

"Nan! Kamu mau bakso yang mahal apa yang murah?"

Teriak Jeno dari depan. Angin cukup kencang, jadi Jeno sedikit berteriak.

"Yang murah meriah aja, Mas! Yang cocok sama dompet mahasiswa!"

"Yang mahal juga boleh! Saya orang kaya!"

"Nanda bantu amin-kan ya!"

"Beneran loh ini, saya orang kaya!"

"Iya, amin!"

Keduanya tertawa, lalu Jeno menambah kecepatan motornya. Melaju melewati motor-motor lain. Seolah pamer kalau motor ini punya wangi kasmaran. Aura bahagia, manusia yang dapat cinta. Jeno mau pamer, kalau dia bonceng anak SMK yang berbakti pada Bunda, lelaki gemas yang tak percaya kalau dia kaya.

Sesampainya di gerai bakso, keduanya ambil duduk di bangku paling pojok, saling berhadapan.

"Kang! Bakso nya dua porsi ya." Lalu dibalas acungan jempol oleh penjual bakso yang lumayan akrab dengannya.

"Mas Jeno sering makan disini?"

"Enggak juga, kalau mau aja. Atau, kalau Karin yang ajak."

"Ohh, kalian deket banget ya kayaknya?"

"Siapa? Saya sama Karin?"

Nanda mengangguk.

"Yaaa bisa dibilang begitu, saya kenal dia hampir 4 tahun. Orang tua kita juga saling kenal. Ditambah saya kerja part time di Cafe nya dia. Jadi ya, begitu."

Nanda mengangguk-ngangguk paham. Ia hanya penasaran.

"Nan, habis makan bakso, mau gak saya kenalin sama seseorang?"

"Hm?" Nanda yang sedang asik memperhatikan sekelilingnya langsung tatap Jeno kebingungan.

"Saya kenalin kamu."

"Sama siapa?"

"Ini den bakso nya! Akang Asep buatin spesial!" Belum sempat Jeno menjawab, pesanan bakso mereka sudah siap untuk disantap.

"Makasih ya, Kang!"

"Siaapp! Santai weh, sok atuh di makan."

Dengan berbincang-bincang ringan, keduanya menyantap bakso di perempatan. Tidak ada yang canggung lagi, bahkan sesekali Nanda tertawa karena ocehan Jeno. Nanda yang baru tau sisi Jeno yang berbeda dan suka bercanda agak terkejut.

Seusai makan, mereka melanjutkan perjalanan. Ke tempat dimana Nanda akan dikenalkan pada seseorang yang kata Jeno spesial.

Lalu mereka tiba di sebuah tanah lapang, Nanda lihat sebelah kanan nya, ada sebuah pemakaman dengan plang yang sudah berkarat.

Afeksi | Nomin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang