hari sudah mulai sore dan jeongwoo, pemuda itu masih belum beranjak dari tempatnya asik memainkan playstation. entahlah belakangan ini dia jarang sekali terlihat meninggalkan game nya itu.
katanya ingin menghabiskan waktu luang. padahal akan lebih produktif lagi kalau dia bangun dan mengerjakan semua tugas-tugas nya yang menumpuk.
tak lama kemudian suara nada dering handphone terdengar membuat jeongwoo berdecak kesal, "aishh siapa sih?!"
padahal dia sedang ditengah-tengah permainan sengit yang membutuhkan konsentrasi penuh, tapi handphonenya malah berdering.
dan tadinya tidak ingin dia angkat, terlalu malas menggerakkan badannya mengambil handphonenya itu. namun setelah melirik username sang penelepon, ternyata itu dari ibunya.
"ah- sial!" dengan cepat jeongwoo melompat, dan mengangkat teleponnya meninggalkan game nya begitu saja.
jika tidak segera diangkat maka tamat sudah riwayat jeongwoo. intinya penampakan game over di layar tv nya itu tidak sebanding dengan ceramahan sang ibunda.
"iya halo?" ucap jeongwoo sedikit merubah intonasinya.
"heh kenapa angkatnya lama sekali?!"
"maaf, aku baru dari kamar mandi" alasannya.
tidak mungkin juga dia memberitahukan ibunya kalau dia memainkan playstation dari selesai kelas online pagi tadi sampai sore ini.
"oh yaudah. itu katanya ada paket penting udah sampe ke alamat apartemen mu"
jeongwoo memasang raut kebingungan "lah, kenapa tiba-tiba? perasaan aku nggak mesen apa-apa" ucapnya.
"udah gausah banyak nanya, ambil paketnya sekarang. isinya dari mendiang bibi mu di fukuoka"
"hah? kok bisa dari bibi?" tanya jeongwoo untuk memastikan kembali.
"hah heh disitu, cepet sana ambil!"
"iya-iya! ini mau aku ambil! jangan matiin telfonnya dulu."
jeongwoo berdiri dan langsung berlari keluar kamar kearah pintu depan. dan benar saat dia membuka pintunya terdapat satu kotak kecil di depan. tanpa banyak bicara jeongwoo langsung mengambilnya dan membawanya masuk ke kamar.
ah iya, tenang paketnya sudah jeongwoo sterilkan terlebih dahulu.
"paketnya yang kecil ini kan?" tanya jeongwoo pada ibunya yang masih berada di sambungan.
"iya, coba dibuka"
"oke" jawab jeongwoo lalu mengambil gunting di laci dan mulai membongkar isi dari kotak tersebut.
dan jeongwoo dibuat kebingungan lagi saat mendapatkan isi dari paket itu adalah amplop, sekitar 3 atau 4. dan satu map berwarna coklat.
"ini ada amplop sama map coklat, dibuka yang mana dulu?"
"coba buka amplop putih yang ada nama kamu disana"
jeongwoo mengecek suratnya dan benar ada salah satu yang tertulis 'untuk jeongwoo' . dia pun membuka isinya dan terdapat dua lembar surat di dalam.
satu persatu baris kata dia baca, dan ternyata yang menulis surat ini adalah mendiang bibinya sendiri sebelum beliau meninggal setahun lalu.
jeongwoo terharu membaca semua kata-kata dari bibinya, walaupun hubungan mereka tidak terlalu dekat tapi dia tau bibinya itu sangat menyayanginya melebihi yang lain.
dua paragraf panjang surat itu jeongwoo baca dengan penuh rasa emosional sampai pada barisan paragraf terakhir, mulutnya otomatis terbuka saking terkejutnya.
"SURAT WARISAN?!!!" jeongwoo berteriak panik, membuat ibunya terkejut karena suara cemprengnya itu.
"hush! jangan teriak-teriak napa?!" omel ibunya dari seberang.
"T-TAPI INI KOK BISA" jeongwoo segera membuka map coklat yang isinya semua surat warisan dari bibinya.
tatapan mata jeongwoo tidak bisa santai saat melihat semua sertifikat asli rumah, tanah, hingga properti di dalamnya sudah diubah menjadi namanya.
"ya, ibu juga bingung kenapa bibi tiba-tiba ngasih semua itu. dan coba buka surat ke 3 kalo gasalah ada tiket pesawat buat pergi ke jepa-"
"ANJ- "
"park jeongwoo! mulutnya ya!"
jeongwoo tidak memperdulikan omelan yang akan keluar dari mulut ibunya saat itu juga, dia langsung tidak sabaran membuka isi amplop tersebut.
dan benar saja terdapat satu tiket pesawat kelas ekonomi yang akan berangkat 5 hari lagi menuju jepang sudah tersedia untuknya.
sungguh, jeongwoo sebenarnya bingung dengan apa yang terjadi sekarang. tapi yang jelas disitu dibilang kalau dia harus segera melihat rumah dan tanah milik bibinya (yang sekarang resmi jatuh pada tangannya) di jepang. dalam waktu lima hari.
disitu, bibinya juga berpesan kalau semuanya itu sudah jadi miliknya dan dia bisa dengan bebas melakukan apapun.
"ini aku harus pergi sendirian?" celetuk jeongwoo.
"mhm, tadinya ibu mau minta tolong jihoon buat temenin kamu tapi ya dia lagi sibuk. udah jangan khawatir kan bisa minta tolong mashiho"
"aih iya deh gapapa" jawab jeongwoo sebelum dia berubah diam.
pikirannya benar-benar serasa di kejutkan saat ini. surat warisan, tiket pesawat menuju jepang.
jeongwoo membuang napas panjang, memang dari dulu dia sangat anti dengan urusan yang memakan tanggung jawab besar seperti ini. tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur terjadi.
setelah lima menit terdiam meninggalkan suasana hening, ibunya pun bersuara.
"jeongwoo? udah ya ibu tutup telponnya"
"ah iya, byee"
dari situ sambungannya ditutup, dan sekarang semua keputusan ada padanya.
jeongwoo bingung harus mempersiapkan dirinya dari mana.
atau- mungkin nanti saja, dia harus memikirkan ini baik-baik sebelum dia berangkat ke jepang.dengan begitu dia mulai membersihkan surat-surat tersebut kemudian menyimpannya di lemari, lalu kembali dan merebahkan tubuhnya di sofa.
"dah ah, ngantuk" gumamnya sambil berbalik badan memeluk bantal. kemudian menutup erat kedua matanya.
to be continued
°
°
°
hello! gua kembali lagi setelah hiatus lama akibat ujian, dan urusan rl lainnya. dan kali ini pengen bawa hajeongwoo karena KANGEN BANGET WOY KEK UDAH MAU TENGGELAM AE NI KAPAL.monmaap juga kalo pengetikannya berubah(?) udah lama ga nyentuh wattpat gini kan 😭
tmi soal cerita ini, sebenarnya udah lama kepikiran dan pengen langsung di publish, cuman takutnya ntar ide dikepala gw nggak se menarik di mata kalian. jadi mungkin hampir tiga bulan nih cerita ditunda mulu tanggal publish nya 😭🙏
dah sekian dri curhatan tidak berfaedah ini, semoga prolog nya tidak terlalu membingungkan <3
KAMU SEDANG MEMBACA
When Time Bring Us Alive ; hajeongwoo
Fanfiction[ hajeongwoo ; time travel au ] - 64 tahun lalu, rumah peninggalan bibinya, kasus pembununan, serta detektif muda bernama watanabe haruto yang terancan akan terbunuh, dan park jeongwoo yang berdiri di tengah semua kekacauan itu. warning; bxb! sl...