tiga hari setelah kedatangan jihoon, haruto menjadi semakin sibuk dari biasanya. dia bahkan hampir seharian hanya berada di kantornya entah menyelidiki apa.dan... ada sesuatu yang aneh dengan tingkah haruto. setiap jeongwoo berpapasan dengannya, pemuda itu terlihat enggan hanya untuk sekedar melihatnya.
apa-apaan itu, apakah si watanabe mengabaikannya? tapi kenapa.
pertanyaan itulah yang terus berputar dikepala jeongwoo sekarang. dia perlu berbicara dengan haruto, namun sekali lagi pemuda itu selalu menyibukkan diri.
hingga saat jam menandakan waktunya makan malam, mereka berdua pas sekali memasuki dapur secara bersamaan— yang dimana hal itu sangat jarang. karena setiap saat haruto datang jeongwoo telah selesai makan atau sebaliknya.
tapi saat ini keduanya sekarang duduk berhadapan diatas meja makan bersama. membuat jeongwoo maupun haruto merasa tidak biasa.
namun tak lama, sebuah deheman dari jeongwoo membuyarkan atmosfer tidak mengenakkan itu.
jeongwoo pun menghadap kearah haruto yang sedang sibuk melahap makan malamnya.
"jadi... kalo ga keberatan lu bisa gak jelasin situasi sekarang?" tanya jeongwoo.
kedua alis haruto bertemu, "maksud mu?"
"gausah pura-pura dah sumpah, lu tiga hari belakangan ini ngehindarin gua kan"
"tidak juga, apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" haruto akhirnya menatap balik pada jeongwoo.
"udah jelas banget lu aja sampe ga berani natap gua njir" jeongwoo melipat kedua tangannya di depan dada, "jangan-jangan lu... marah??"
"hah. marah?"
"ya.. gara-gara waktu itu" ujar jeongwoo, dia terus memperhatikan haruto; menantikan raksinya.
namun haruto menggeleng, "sama sekali tidak. aku hanya banyak disibukkan pekerjaan, itu saja"
jeongwoo menyipitkan matanya, kemudian lanjut bertanya "pekerjaan? oh maksud lu yang waktu itu sama jihoon?"
haruto terdiam sejenak, "baiklah- sesi pertanyaannya sudah cukup" ucapnya lalu berdiri dari meja makan sambil membawa piringnya yang sudah kosong.
"oh ayolah! lu selalu ngelarang gua ini itu, tapi pas gua tanya kenapa lu malah ngehindar!" ujar jeongwoo. sedikit kesal, tentu saja.
namun haruto tetap memberikannya silent treatment. dan kemudian meninggalkan jeongwoo yang masih terduduk di meja makan.
"aku punya urusan sampai tengah malam, kau jangan kemana-mana" ucap haruto lalu membanting pintu depan begitu ia keluar.
dan disaat bersamaan jeongwoo melompat keluar dari kursinya, namun haruto sudah menghilang.
"ah bangke kebiasaan banget ninggalin orang pas lagi serius!!"
jeongwoo lalu kembali mengatur nafasnya dengan normal, kemudian bergumam,
"ok fine, gua bakal cari tau sendiri"jam dinding menunjukkan hampir pukul dua malam, dan jeongwoo masih duduk di mejanya sambil berkutat dengan catatan serta informasi di hadapannya.
dan sebuah kertas yang tertuliskan "kenapa haruto berkerja sama dengan jihoon?" tertempel di dinding tepat dihadapan jeongwoo.
"ha... jadi begitu"
jeongwoo menyandarkan punggungnya di kursi, seulas senyuman yang terlihat puas terukir di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Time Bring Us Alive ; hajeongwoo
Fanfiction[ hajeongwoo ; time travel au ] - 64 tahun lalu, rumah peninggalan bibinya, kasus pembununan, serta detektif muda bernama watanabe haruto yang terancan akan terbunuh, dan park jeongwoo yang berdiri di tengah semua kekacauan itu. warning; bxb! sl...