Arsen Jadensa Buwana, seorang pilot kebanggaan Indonesia. Pilot muda dengan segala prestasinya.
Laki-laki pemilik senyum semanis gula-gula kapas, indah seperti bulan sabit.
Namun,
Masih menjomblo, kendati umurnya sudah 23 tahun.
Banyak nya pramugari perempuan yang tertarik, namun lagi-lagi Arsen tidak tertarik -- dia lebih tertarik pada pekerjaan nya saat ini.
Bahkan di usia nya yang ke 18 tahun Arsen sudah berkuliah untuk mengejar cita-cita nya sebagai pilot. Memang secerdas itu seorang Arsen.
Jika di tanya apakah dia sudah memiliki kekasih?
Jawabannya, tidak!
Karena sejak kecil dia sudah menjatuhkan dirinya ada seseorang.
Mungkin kalian pikir itu hanya sebatas suka sewajar nya anak-anak berumur 9 tahunan, hanya anak-anak kecil yang suka bermain-main dengan ucapan maupun perasaan. Perasaan yang belum tentu yakin.
Tapi berbeda dengan Arsen, dia jatuh cinta sampai sekarang pada gadis yang dia lihat dengan malu-malu lewat jendela kamar nya.
Gadis yang selalu tersenyum padanya, gadis yang memiliki senyum semanis madu. Lea, Arsen memanggil nya begitu.
Arsen menghembuskan napas nya, dia sudah berada di bandara soekarno-hatta setelah pergi selama hampir 7 tahun meninggal Ibu Kota-- kota kelahiran nya.
Demi menjalankan tugas menjadi pilot internasional, karena Arsen bertugas menajadi pilot di negara Amerika.
Dengan seagala prestasi nya menjadi pilot handal kebangsaan negara dia selalu di sibukan dengan pekerjaan nya sampai-sampai ibu nya bilang. "Punya anak cowok satu-satunya serasa gak punya anak Ibu tuh, Ar."
Benar-benar Ibu nya itu selalu membuat drama di hadapan Arsen yang selalu membuat Arsen rindu akan ibu nya. Mana Arsen anak satu-satunya di keluarga Buwana, semua kasih sayang terlimpah padanya.
Arsen mulai memahami kenapa Ibu nya selalu menahan-nahan Arsen jika ingin pergi melanjutkan pekerjaannya. Karena Ibu nya akan sangat rindu padannya.
Arsen mulai melangkah kan kaki nya keluar dari bandara dengan menyeret koper.
Bruk!
"Aduhhh!"
"Maaf, kamu tidak apa-apa? Ayo saya bantu."
Plak!
Gadis itu memukul tangan Arsen cukup keras.
"Mas nya hati-hati dong! Pinggang saya sakit ini huhu, Kak Ajin tolongin Nayaaaa!" Teriak nya.
Arsen gelagapan, sungguh dia bingung harus apa. Orang-orang melihat mereka beruda, merasa lucu.
"Eh iya lupa Kak Ajin udah berangkat." Decak gadis itu, Arsen hanya terkikik melihat tingkah random gadis itu.
"Ayo saya bantu." Gadis itu mencebik tidak mengindahkan tangan Arsen yang masih terulur.
"Gak usah, saya bisa bangun sendiri. Lain kali mas nya hati-hati dong kalo jalan, untung cuma saya yang kena tabrak mas nya coba kalo ibu-ibu udah di jewer kali kuping mas nya!" gadis itu berlalu begitu saja, meninggal kan Arsen yang terdiam melihat punggung sempit pergi.
"Naya?" gumam Arsen, lalu dia baru teringat bagaimana gadis itu memarahi nya seperti anak kecil yang jatuh dari sepeda nya.
Arsen geleng-geleng kepala, lucu kalau di ingat-ingat.
Arsen melanjutkan niat nya untuk mencari seseorang yang memegang tanda nama nya.
Itu dia, supir suruhan Ibu nya.
Arsen buru-buru sampai berlari kecil untuk segera sampai.
"Mas Arsen ya?" Tanya nya.
"Iya Mas, saya Arsen."
"Mari Mas silakan masuk, sini koper nya biar saya yang masukan." Arsen mengangguk, dia terlalu lelah sebenar nya. Tapi pikiran nya masih teringat kejadian beberapa menit lalu.
Arsen turun dari mobil, menatap rumah yang jarang dia pijak.
"ARSENNNNN! IBU KANGEN SAMA KAMU ASTAGAAA! AKHIRNYA KAMU PULANG!"
Arsen sudah biasa menghadapi Ibu nya yang heboh akan kepulangan nya. Dia memaklumi, dia juga salah di sini jarang mengunjungi kedua orang tua nya.
"Assalamualaikum, Ibu." Arsen mencium tangan ibu nya.
"Wa'alaikumsalam ganteng!" Ibu memeluk tubuh Arsen dengan erat sedangkan pria paruh baya yang nampak masih gagah yang berada di belakang Ibu nya hanya geleng-geleng kepala.
"Diman, tolong bawa koper nya ke kamar atas ya." Ucap Ayah Arsen, Diman selaku supir mengangguk, lalu membawa 1 koper besar itu kedalam rumah.
"Bu lepasin dulu Arsen nya, anak nya susah nafas itu." Ibu melepaskan pelukannya, lalu memukul lengan suami nya.
"Duh Ayah kamu tuh gak bisa di ajak ngikutin alur nya deh, ngerusak suasana aja."
Arsen terkekeh, lalu berganti mencium tangan Ayah nya.
"Assalamualaikum, Ayah."
"Wa'alaikumsalam, ayo masuk ngobrol nya di dalem." Arsen mengangguk.
"Ar, kamu mau mandi dulu atau makan dulu? Ibu udah masak banyak. " Tanya Ibu.
"Arsen mandi dulu aja Bu, bau keringat gini." Ibu mengangguk.
"Ibu sama Ayah tunggu di meja makan."
Arsen maniki undakan tangga menuju kamar nya.
Membuka kamar bernuansa monokrom itu, kamar nya masih sama tidak ada yang berubah.
Arsen membuka laci meja nya mengambil sebuah buku catatan.
Senyum tipis muncul di bibir nya ketika melihat foto dirinya dengan seorang gadis kecil yang tersenyum manis kearah kamera.
"Little princess aku pulang..."
Note:
Arsen ganteng banget huwee (╥_╥)
– JULYE
KAMU SEDANG MEMBACA
HAI ALEA ✔
Fanfiction"Saya bisa persembahkan seluruh dunia untuk kamu, Alea." ©Julye