Second Gate

27 10 0
                                    

🌺🎶🍃
They warned her, don’t go there
There's creatures who are hiding in the dark
Then something came creeping
It told her, don’t you worry just
🌺🎶🍃

       Sesaat Lily merasakan jika punggungnya menghantam benda keras, namun tidak terlalu kencang sehingga tidak terlalu sakit. Lily membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah banyaknya bintang-bintang di langit. Segera Lily bangkit dari posisi terlentangnya, dan mendapati jika ia berada di tengah padang rumput. Lily bingung tentu saja, terus menatap sekitarnya guna memastikan jika ia benar-benar berada di padang rumput. Dan yang paling membuat Lily bingung, ia berada jauh dari tembok kastil. Di luar tembok kastil..

"Kenapa aku bisa sampai di sini?" Harusnya saat ini Lily ketahuan dua penjaga tadi, harusnya ia tengah diseret menuju kastil kembali. Dan harusnya ia sudah dikurung di kamar..

"Dan, dan siapa yang membawaku kemari?" Lily juga ingat sebelumnya ada tangan seseorang yang memegang kaki kanannya.

      Yahh, kaki kanannya. Lily buru-buru mengecek kaki kanannya, dan benar masih ada bekas telapak tangan walaupun samar.

Gemersak daun pepohonan yang tertiup angin menyadarkan Lily untuk segera menjauh dari ruang terbuka, bisa saja ada penjaga ataupun para bandit yang melihatnya dan menangkapnya.

Lily bangkit, kemudian melangkah menuju hutan asal suara gemersak daun tadi. Ia tak mungkin menuju hutan yang mengarah ke kastil karena apa gunanya ia keluar kastil jika tidak menjelajah dunia luar.

Hutan rimbun yang terlihat sangat gelap, pemandangan yang tertangkap oleh indra penglihatan Lily. "Apa ini Lost Florest? Hutan menyesatkan yang sering diceritakan orang-orang. Yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun, yang katanya sekali masuk tidak akan pernah bisa keluar lagi?" Gumam Lily.

Seketika angin dingin menerpa tubuh Lily, membuat bulu di tubuhnya berdiri begitu saja tanpa bisa ia cegah. Cahaya dari tongkat penerang di tangannya pun juga perlahan redup, tertelan gelapnya Lost Florest. "Aku tak akan tahu jawaban sesungguhnya jika aku belum coba memasukinya, yaa aku harus masuk." Gumam Lily dengan tekad kuat.

     Lily mengikuti jalan setapak yang entah siapa yang membuatnya. Lily tak mendengar apapun selain suara hembusan nafasnya sendiri dan langkah kakinya.

Lily sudah merasa jauh berjalan, kakinya mulai pegal. Ia memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu di atas batu, di bawah sebuah pohon yang besar.

Saat Lily hendak mengambil air minum di tas selempangnya dan meletakkan tongkat penerang di sampingnya, tongkat itu jatuh dan mati. Membuat Lily tak dapat melihat sekelilingnya dan berusaha mencari tongkat tersebut.

Baru juga Lily berjongkok untuk mengambil tongkatnya, suara gemersak dedaunan kering membuatnya diam membatu penuh kewaspadaan. "Jangan bergerak Lily, atau kau akan mati.." Batin Lily.

      Suara gemersak dedaunan semakin keras, semakin mendekat. Detak jantung Lily pun semakin menjadi-jadi, sensor kepekaan Lily menajam. Lily tahu, ada orang yang tengah berjalan menghampirinya.

Lily merogoh tasnya, mengambil senjata yang memang sudah ia siapkan sebelum pergi.. yang Lily tahu pasti akan ada seperti ini.

"Aku mencium wangi seorang gadis di sekitar sini, sangat menggoda nafsu makanku."

Lily menelan ludahnya susah payah, siapa yang tidak takut mendengar kata-kata itu. Apalagi suaranya yang serak dan mendesislah yang menambah kengeriannya. "Ah kau di sana rupanya gadis manis."

Lily perlahan mengambil kuda-kuda siap tempur, kedua tangannya memegang kipas sakti senjata andalannya. "Hallo manis.."

Cahaya bulan tiba-tiba menerangi, memperlihatkan sosok mengerikan yang sejak tadi berbicara. Lily berdecak, makhluk seperti itulah yang meresahkan kotanya. "Kau, tch.. cyclops laknat yang meresahkan kotaku. Akhirnya kita bertemu."

"Berani juga kau gadis manis, sudah lama aku tak merasakan mencabik manusia hidup."

      Di bawah sinar bulan, Lily dan cyclops tersebut terlibat pertarungan. Tiba-tiba Lily merasakan panas di kaki kanannya, membuatnya hilang fokus dan terkena hantaman senjata cyclops tersebut.

Punggung Lily sakit. Tidak, tidak hanya punggungnya saja namun bekas sayatan-sayatan ranting pohon tadi juga terasa perih saat terkena keringatnya. Lily hendak bangkit namun ia kembali terkena hantaman yang membuat kipas sakti di tangannya terlempar jauh darinya.

"Ughh, uhuk-uhuk.." Lily terbatuk saat dadanya menghantam batu setelah dirinya menggelinding beberapa putaran di tanah.

"Wow, kau mendapat makanan penutup yang manis.."

      Suara lain mengintrupsi pertarungan cyclops tadi dengan Lily, Lily tentu saja bersyukur karena dapat menghirup udara sebentar. Tapi tak lama Lily kembali menelan ludahnya, ini yang dinamakan keluar kandang singa masuk kandang harimau.

Lily melihat seorang pria bermanik merah darah dengan seringai yang lebih mengerikan dari cyclops tadi, vampire. Lily melihat vampire..

"Kau mengganggu acara penutup makan malamku!" Sang cyclops mulai menyerang vampire tersebut.

"Gadis itu mangsaku, aku sudah mengintainya sejak beberapa hari yang lalu di kastilnya.."

      Mata Lily membola, jadi selama ini ia sudah diintai oleh makhluk penghisap darah tersebut? Di kastilnya pula. Lily menggunakan kesempatan yang ada untuk mengambil kipas saktinya saat kedua makhluk kegelapan itu terlibat perkelahian.

"Cih, aku sudah muak dengan pertarungan ini." Sang vampire tanpa aba-aba menyerang cyclops tadi membabi-buta dengan pedang besarnya.

      Lily tahu, ia juga sama dengan cyclops tersebut. Kekuatannya tak sebanding dengan Sang vampire, makanya dengan tertatih-tatih ia pergi. Ia tak ingin mati dahulu, ia belum sempat berhasil membantah peraturan. Ia baru tahu satu hal, semua yang masuk ke Lost Florest pasti akan mati menjadi santapan para makhluk tadi.

Lily berharap ia berhasil kabur dari makhluk-makhluk mengerikan tersebut, jujur saja.. Lily sudah tak sanggup berlari. Kaki kanannya terasa perih terbakar..

"Akhh.." Lily jatuh tersungkur setelah kakinya tersandung akar pohon yang mencuat ke permukaan tanah.

"Mau lari ke mana lagi Nona?"

Lily buru-buru bangkit dan mengambil kuda-kuda saat melihat Sang vampire ada di depannya, tidak ada pilihan lain selain bertarung. "Di sini wilayah kekuasaanku, tentu saja aku hafal ke mana kau melangkah. Aroma darahmu juga sudah menguar di udara.."

       Tak ingin berlama-lama, Lily menyerang. Ia berhasil melukai vampire tersebut, namun Lily tak menyangka jika vampire tersebut hanya diam di tempatnya sambil terkekeh.

Lily terus menyerang vampire tersebut, dan berhasil melukainya. Lily benar-benar lelah sekarang, ia berhenti sekejap untuk mengambil nafas. Namun ia dikejutkan dengan pergerakan Sang vampire yang tiba-tiba dan cepat bak kilat.

Kedua kipas saktinya sudah berpindah tangan, "Bagus juga senjatamu, nona.."

"Ishhh.." Lily terlanjur emosi saat melihat luka pada Sang vampire pulih, ia nekat maju menyerang Sang vampire dengan tangan kosong.

       Sang vampire tentu saja sangat mudah menghindari serangan Lily, dan Sang vampire membalas Lily.

Punggung Lily menghantam pohon dengan keras, Lily terbatuk darah. Tanda tubuhnya sudah tak mampu menahan lelah dan sakit, tenaganya juga banyak terkuras tanpa kipas saktinya. Tapi Lily tak mau menyerah, ia kembali bangkit walaupun hampir jatuh lagi.

Baru juga Lily hendak maju untuk menyerang Sang vampire, secepat kilat ia sudah tak berada di tempat itu. Ia berada di tempat awal, tempat Sang cyclops tadi.

"Lihatlah Nona, kau ingin berakhir seperti cyclops itu?"

       Mata Lily membola, mual tiba-tiba ia rasakan setelah melihat keadaan cyclops tadi yang sudah tak berwujud. Hanya ada potongan-potongan bagian tubuh dan darah yang bercecer di mana-mana, terlebih Lily melihat kepala Sang cyclops yang menatap ke arahnya. Lily benar-benar kehilangan tenaganya, pasrah jika ia akan menjadi mangsa Sang vampire.

Sebelum kesadaran Lily benar-benar hilang, yang ia rasakan terakhir adalah kakinya yang sudah tak menapak di tanah dan tubuhnya yang berada di dekapan Sang vampire.

================================

LILY [Song Fict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang