[5]

207 39 1
                                    

Setiap orang punya rahasianya masing-masing. Ada yang pengecut tapi sok berani. Ada yang terluka meski terlihat bahagia. Ada yang punya simpati dibalik sikap tak peduli.

Begitulah manusia. Jihoon paham benar akan itu karena ia pun sama. Ada rahasia yang ia pendam sendiri. Berharap orang-orang tak akan pernah mengetahuinya.

Tapi mau sampai kapan hal itu akan menjadi rahasia? Tak ada yang tahu. Karena itu, kita perlu jaminan. Jaminan untuk membuat orang-orang bungkam meski mereka mengetahui kebusukannya. Itulah yang dilakukan Jihoon.

Terpilih sebagai ketua OSIS membuatnya memiliki banyak koneksi. Baik dengan guru-guru maupun temannya di sekolah.

Di dalam telepon genggam nya ada ribuan nomor yang tersimpan. Kepolosan orang-orang dalam memberikan nomor mereka itulah yang menjadi senjata bagi Jihoon.

Ia memiliki kemampuan untuk melacak setiap hal yang terkait dengan nomor tersebut. Mulai dari alamat rumah, alamat surel, akun SNS, browsing history dan sebagainya. Dari situlah ia semakin sadar bahwa dunia ini penuh kepalsuan.

Doyoung misalnya. Anak ini polos. Saking polosnya ia menyerahkan nomor ponsel yang terkait dengan salah satu akun SNS gelapnya saat mereka pertama kali bertukar nomor.

Siapa sangka si pangeran tanpa cacat ini justru pengedar obat-obatan terlarang?

Awalnya, Jihoon tak tertarik. Lagipula ia bukan pecandu. Tak ada gunanya dekat dengan pengedar. Namun, setelah melihat besar keuntungannya ia mulai goyah.

"Wah...penghasilan tiga bulan-nya setara harga i8 Roadster" gumam Jihoon sembari men-scroll transaksi keuangan yang dia temukan di rekening pribadi Doyoung. Sangat menarik.

Bukan hanya itu, ia juga tertarik pada cara kerja Doyoung yang sangat rapi. Mulai dari proses packing, pengedaran, transaksi sampai memastikan si pembeli menerima barang dengan aman. Anak ini profesional.

***

"Dia seperti anak anjing yang tidak sadar bahwa dirinya adalah serigala"

Jihoon masih ingat ucapan itu yang membuat perhatian anggota lain akhirnya tertuju padanya.

"Bukankah itu berarti dia bodoh?" sahut Woong.

"Dia tidak menyadari kekuatannya sebagai serigala dan bertingkah layaknya anak anjing. Itu bodoh namanya" lanjutnya lagi.

Seunghun manggut-manggut mengiyakan.

"Justru itu, kita perlu orang sepertinya bukan?"

Yedam yang sedari tadi membaca buku akhirnya menurunkan pandangan.

"Nah! Itu dia! Orang nomor satu di SMA Serim memang tidak diragukan!" pekik Jihoon seraya mengacungkan jempol.

Jihoon sangat mengagumi Yedam meskipun anak itu beberapa bulan lebih muda darinya. Sejak Yedam bergabung dengan SILVER, squad ini lebih tertata.

Jihoon, Woong, dan Seunghun adalah tiga member pertama dari squad. Tujuan mereka awalnya cuma bersenang-senang sebagai pelampiasan dari apa yang mereka terima di luar sekolah.

Ketiganya sadar bahwa mereka adalah anak-anak yang dipaksa untuk mengikuti keinginan orangtua. Namun, mereka tak bisa menolak.

Orangtua mereka merupakan orang-orang terpandang. Ayah Seunghun merupakan mantan atlet basket yang sekarang menjadi pelatih terkenal, ayah Woong seorang jaksa, dan ayah Jihoon adalah diplomat.

Mereka tumbuh dengan ekspektasi yang tinggi, sehingga terkadang sulit menerima bahwa ada saatnya mereka gagal dan kalah. Ada saatnya mereka lelah dan ada saatnya mereka memiliki perspektif berbeda.

ACQUIESCE: A THREAD | SILVERBOYS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang