[16]

118 28 1
                                    

Midam memakan ramyeon yang tersedia di hadapannya dengan lahap.

Sudah dua hari ia tidak makan karena tak sadarkan diri. Tentu saja perutnya keroncongan menahan rasa lapar. Karena itu, ia dengan tergesa menghabiskan satu panci penuh ramyeon yang dimasak oleh Byounggon.

"Ah sial, kau ini makan banyak sekali" ucap Byounggon sambil menatap anak itu.

Junkyu juga menatapnya dengan heran karena untuk badan seukuran Midam porsi makannya memang agak mengejutkan.

"WAHH ENAK SEKALI!!"

Anak itu menyandarkan dirinya ke dinding sambil memegangi perutnya yang telah penuh terisi ramyeon.

"Dengan tampang seperti itu harusnya kau jadi idol saja" ucap Byounggon lagi.

"Jadi idol juga butuh biaya, bodoh" sahut Midam.

Byounggon membereskan bekas makan anak itu lalu pergi ke dapur sambil menggerutu.

Junkyu menatap Midam yang hampir terlelap karena mengantuk setelah makan banyak.

Anak itu memang kurus dan terlihat seperti orang yang kurang tidur berhari-hari, tapi hal itu tetap saja tak bisa menyembunyikan wajah tampannya.

***

"Sudah berapa lama kau bekerja untuk mereka?"

Byounggon datang dari dapur setelah selesai mencuci.

Junkyu pun penasaran dengan jawaban Midam dan menatapnya dengan seksama.

"Sekitar setahun, kurasa. Tapi sudah seperti 50 tahun aku bekerja di sana. Setiap hari terasa sangat lama" sahut Midam.

"Lalu kenapa tidak berhenti?" tanya Junkyu bingung.

"Bagaimana ya, aku memang tersiksa jika ada kasus seperti ini—dan ini sering terjadi. Tapi aku butuh pekerjaan ini"

"Di samping itu, jika aku berhenti mungkin anak itu akan berada dalam bahaya"

Midam tersenyum.

"Yang kau maksud pasti Doyoung" sahut Byounggon.

Byounggon menduga-duga saja karena ia mendapat info bahwa Midam hanya dekat dengan anak itu. Siapa sangka ternyata dugaannya memang tepat.

"Yah...sudah kuduga kau pasti mengenalnya karena ia bagian dari masters" ucap Midam.

Byounggon tertegun sejenak. Seperti ada yang janggal dari kata-kata Midam. Ia hendak menanyakan sesuatu tapi malah lupa dan berakhir mengatai Midam.

"Dasar bodoh. Anak itu hanya memanfaatkanmu saja. Apa kau serius berpikir kalian berteman?"

Junkyu menatap Byounggon, kaget karena anak itu berbicara dengan sangat frontal dan terkesan memarahi Midam.

"Kau benar. Makin ke sini aku sadar ia bukan temanku, ia hanya membutuhkanku"

Ia menunduk sambil memandangi tangannya yang penuh luka.

"Tapi, apakah rasa peduli harus didasari oleh status pertemanan?"

Midam mendongakkan kepalanya, menatap Byounggon.

"Berteman atau tidak, anak itu telah menyelamatkanku padahal saat itu kami sama-sama orang asing"

"Jika Doyoung tak menolongku saat itu, mungkin aku sudah mati kedinginan. Aku berhutang budi padanya"

"Tapi, terlibat dalam kegiatan busuk anak itu juga bisa membuatmu mati. Apa bedanya?" sahut Junkyu.

"Bukankah sudah kubilang? Aku butuh pekerjaan ini. Aku sangat mengerti akan resikonya. Setiap kita membuat sebuah pilihan, pasti ada orang yang mengerti dan yang tidak. Mungkin kalian orang-orang yang tidak mengerti itu..."

ACQUIESCE: A THREAD | SILVERBOYS ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang