Lee Byounggon berulang kali menatap seisi kelas dengan tatapannya yang tajam. Hari itu ia kembali masuk sekolah setelah setahun menghabiskan waktu di lapas remaja.
Ia bukannya tak mendengar bisikan-bisikan negatif tentangnya tapi ia memilih untuk mengabaikan mereka. Lagipula, apa yang diekspektasikan dari anak-anak seperti mereka?
Anak-anak ini memiliki kehidupan yang normal. Berbeda darinya. Dijelaskan pun percuma. Mereka tak akan mengerti kenapa Byounggon bisa sampai di titik ini. Jadi, ia tak acuh ketika rumor tentangnya yang seorang pembunuh tersebar. Ia lebih tahu dirinya sendiri daripada mereka.
"Kau bisa duduk di sebelah Junkyu" kata John-ssaem sembari menunjuk sebuah bangku kosong di samping anak lelaki yang dari tampangnya pun sudah bisa dipastikan kalau ia anak rumahan. Dari gelagatnya sepertinya dia anak baru.
"Hai, aku Junkyu" sapa anak itu ramah. Byounggon mengangguk pelan. Ia malas berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya. Selain karena ia menjaga privasinya, ia juga tak mau anak-anak ini menjadi sumber kelemahan baginya.
Banyak orang bilang begitu. Ketika kau mulai membuka diri terhadap seseorang lalu mulai mengenalnya, orang itu akan meninggalkan bekas di hidupmu. Ia bisa menjadi sumber kekuatan bisa pula menjadi sumber kelemahan. Seperti pisau yang memiliki dua sisi.
Selama ini, Byounggon selalu menganggap sumber kekuatan dan kelemahannya adalah dirinya sendiri. Ia anak yatim piatu tanpa saudara. Dibesarkan oleh orang tua asuh yang kejam membuatnya juga melihat dunia sebagai tempat yang kejam. Ia sudah puluhan kali ditipu dan sudah berkali-kali pula tak diacuhkan ketika ia meminta pertolongan.
Karena itu, ia tak mau bergantung pada orang lain dan tak mau ada orang yang bergantung padanya juga.
Masalahnya, hal pertama merupakan sesuatu yang bisa ia kontrol, tapi yang kedua berada di luar kendalinya. Itu karena ia terlalu baik pada dunia. Sehingga ketika dihadapkan pada suatu perkara, ia tak bisa membiarkannya begitu saja.
Sama halnya ketika ia melihat Raesung babak belur dihajar segerombolan preman di depan bar tiga tahun lalu. Sulit baginya untuk berlalu begitu saja seakan yang ia lihat hanyalah ilusi bukan kejadian nyata yang terpampang di hadapannya.
Bak tokoh heroik di film-film, Byounggon menerjang ketiga preman kala itu. Hatinya tak gentar karena boxing merupakan keahliannya. Lepas menghajar mereka semua, ia menarik lengan Raesung untuk lari bersamanya. Anak itu tanpa banyak pikir mengikuti nya berlari menjauh sebelum mereka terkejar.
Keputusan itu lah yang mengantarkannya pada lapas remaja setahun lalu. Ia pun tak mengerti dimana letak kesalahannya. Namun, lucunya ia tak melawan. Seakan mengerti kenapa ia dijebloskan ke penjara meskipun ia tak melakukan kesalahan apa-apa. Mungkin karena ia memang pantas dihukum?
Seolah tak cukup, ia kembali dihadapkan pada situasi itu lagi hari ini. Sepulang sekolah, ia melihat seorang pemuda umurannya dipukuli. Bedanya, kali ini ia tak sendiri. Ia tahu Junkyu berada tepat di belakangnya.
***
"Jadi kita harus apa?" bisik Junkyu setelah mereka berkutat dalam diam selama beberapa menit.Dari jauh pun suara itu jelas sekali terdengar. Mungkin ada sekitar 3-4 orang yang mengeroyok satu orang.
Sial. Lagi-lagi Byounggon dihadapkan pada pilihan apakah ia harus peduli atau tidak pada kejadian seperti ini.
"Bagaimana kalau kita hubungi polisi?" Junkyu kembali memecah kesunyian.
"Tak ada gunanya. Pos mereka jauh dari sini"
"Apa kita perlu membuat kegaduhan saja supaya orang-orang berkumpul?"
"Setelah itu kau mau apa?"
Byounggon tahu benar dalam situasi seperti ini, banyak orang lebih memilih untuk tak peduli. "Bukan urusan kita" seperti yang selalu dikatakan oleh orang tua asuhnya dulu.
Ia sudah berada pada situasi seperti ini berulang kali. Berteriak pun tak ada guna. Para preman itu pasti kabur dan korban akan menjadi pusat perhatian sebagai gantinya.
Tak ada orang yang mau dilihat dalam keadaan seperti itu. Tubuh penuh lebam, luka di sana sini dan mata yang sudah benjol sehingga pandangan menjadi kabur.
Tak ada seorangpun yang mau tampil di depan publik dengan keadaan seperti itu. Terlebih lagi dengan seragam sekolah, lengkap dengan pin nama terpasang pada jasnya.
Byounggon tahu betul akan itu karena ia pernah menyaksikannya sendiri. Kejadian tiga tahun lalu yang menjadi awal semuanya.
***
"Kau punya kuota?""Hah?" Junkyu terkesiap.
"Ya, ada"
"Ada sinyal?"
Anak itu mengangguk.
"Ok. Ayo kita coba cara ini"
Byounggon membisikkan sesuatu ke telinga Junkyu.
"Kalau ada iklan bagaimana?"
"Jangan langsung memutarnya dari YouTube. Unduh dulu"
Junkyu bergegas mencari bunyi yang dimaksud Byounggon pada ponselnya. Setelah ketemu dan diunduh, ia serahkan ponselnya pada Byounggon. Junkyu bilang ia tak berani.
Byounggon pun menyambut ponsel itu.
"Kuharap kita tidak ketahuan" ucapnya dalam hati lalu menekan tombol play.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ACQUIESCE: A THREAD | SILVERBOYS ✓
Misteri / Thriller"Dunia akan lebih baik tanpa orang-orang seperti kita" Main Casts: Yedam, Junkyu, Jihoon, Doyoung, Hyunsuk TREASURE; Byounggon & Seunghun CIX; Woong AB6IX; Kazama Noa; Choi Raesung (Millennium); Lee Midam . Tonton FMV nya buat preview . Plot: Maju m...