Aku terbangun kala merasakan goyangan kecil pada bahuku. Samar samar dapat ku tatap wajah Luisa yang terlihat memberat.
"Ta, kita pulang duluan aja yuk udah malem"
Ahh, aku lupa kalau kita tertidur di rumah sakit.
"Iya, pulang ke rumahku aja. Lebih deket dari rumah sakit. Kasian Marva juga pasti kecapean"
Luisa mengangguk dan membangunkan Marva. Perlahan Marva membuka matanya yang sembab.
"Mau kemana?"
"Kita pulang dulu va, besok pagi baru kesini lagi"
"Engga Sa, lo aja sama Beta pulang duluan,biar gue disini. Keluarga Reynard baru perjalanan dari Singapore. Gue bakal jagain Reynard"
"Va, besok Reynard oprasi. Kamu mau dia liat wajah kamu yang jelek gini? Pulang dulu yuk. Besok pagi pagi kita langsung ke sini"
Marva terdiam. Tampak memikirkan perkataanku. Tak lama kemudian ia mengangguk tanda setuju.
"Ta gue sama Marva ke toilet dulu ya. Nanti gue kesini lagi"
"Nggak usah, langsung tunggu didepan pintu utama aja biar cepet"
Luisa dan Marva mengangguk kemudian beranjak meninggalkanku. Aku menegapkan tubuhku. Menatap pintu ICU dengan seksama. Kenapa belum ada perwakilan dari Alpha yang datang?
Perlahan aku beranjak menuju pintu keluar. Banyak tanda tanya yang sedari tadi menghantui pikiranku. Tetapi aku tak mau ambil pusing. Lupakan sejenak hari ini. Biarkan hari ini berlalu dengan sendirinya.
~•~•~•~
Pagi ini pukul 05.00 kami sudah bersiap untuk menuju rumah sakit. Aku menuruni anak tangga dan mulai menyiapkan makanan yang kemarin malam bunda masak.
"Ayah sama bunda lo pergi kemana si Ta? Kok dari semalem enggak liat mereka tapi udah siap aja ni makanan"
"Biasa masalah pekerjaan. Bunda udah masak dari kemarin, niatnya buat makan kemarin sih. Tapi masih enak kan?"
"Masih kok"
"Yaudah cepet habisin. Kita nggak bisa lama lama, sebentar lagi Reynard masuk ke ruang operasi. Kalau bisa kita harus udah disana sebelum Reynard mulai operasinya. Biar Marva sempet ketemu Reynard dulu"
Marva dan Luisa mengangguk dan dengan cepat memakan makanannya. Setelah benar benar siap kita berangkat menuju rumah sakit. Pagi ini hujan mengguyur kota bandung dengan derasnya. Entah kenapa perasaanku menjadi tak enak.
Dengan tergesa Marva dan Luisa menuju ruang operasi, sedangkan aku memilih untuk berjalan pelan. Mengamati keadaan sekitar yang terlihat begitu tenang. Eh, sepertinya aku melihat sesorang yang sangat familiar. Aku berjalan mengahmpirinya. Semoga tidak salah orang.
"Rara"
Gadis tinggi itu menoleh menghadap padaku sepenuhnya.
"Beta, lo kok ada disini? Lo sakit?"
"Engga. Aku mau jenguk temen disini. Kamu sendiri ngapain ke sini?"
"Em itu temen gue juga sakit. Tadinya mau jenguk tapi nggak jadi"
"Kenapa nggak jadi? Kan udah sampai disni"
"Masih pagi Ta, takutnya ganggu. Nanti gue keisni lagi setelah agak siangan. Gue balik duluan ya. Byee"
Kenapa Rara buru buru? Aneh anak itu. Sudah sampai malah balik lagi. Apa jangan jangan ada yang disembunyikan? Apa jangan jangan dia hamil? Eh astaga mikirin apa sih aku.
Aku berjalan menuju ruang ICU. Niatnya mau mengikuti Marva dan Luisa di ruang operasi. Namun aku memilih untuk menjenguk Alpha, teman Reynard.
Lagi, aku tidak melihat siapapun di luar ruang ICU. Yang menandakan bahwa belum ada wakil dari Alpha yang datang? Sebebarnya siapa dia? Kenapa tidak ada satupun keluarga yang menjenguknya? Di sisi lain pikiranku juga terus bertanya, apakah dia teman kecilku?
Ingin sekali aku masuk dan melihat wajah serta kondisinya. Namun mengingat aku bukan siapa siapanya dalam arti bukan anggota keluarga maupun temannya, aku tidak berani masuk.
Aku memilih untuk duduk di tempat semalam. Lorong yang begitu sepi. Ditambah dengan hujan deras yang menambah suasana menjadi dingin. Tapi tak munafik, aku suka suasana ini. Walapun rasa takut juga besar, apalagi mengingat film horor yang bertempat di lorong rumah sakit seperti ini.
Aku menghembuskan nafas pelan. Membuka handphone dan mengecek beberapa notif. Kenapa bunda belum mengirim pesan dari semalam? Biasanya dia akan bertanya apakah aku sudah makan dan sebagainya. Mungkin lowbat atau tidak ada sinyal. Yang penting perginya sama ayah, lebih aman aja gitu.
"Permisi, apakah anda keluarga dari pasien bernama Alpha?"
"Ah bukan suster. Em saya temanya"
Padahal bukan siapa siapanya. Takutnya nanti kalau ada berita penting atau dimintai keterangan.
"Saya pikir anda keluarganya. Dari kemarin belum ada perwakilan dari pasien. Jika anda mengenal salah satu anggota keluarga dimohon untuk mengabarinya ya. Terimakasih"
Aku menganguk. Ternyata benar, belum ada wakil darinya. Dimana orang tuanya? Kenapa tidak menghawatirkan anaknya si. Kan jengkel sendiri kalau begini.
"Ta, kamu udah disini?"
"Bunda?"
~•~•~•~
Hai apa kabar?
Semoga baik dan sehat selalu ya. Kali ini aku up bab ke 4. Maaf ya kalau up nya terlalu lama. Udah lama pendek lagi. Hehe maaf banget ya😭. Mungkin untuk up selanjutnya engga bakal selama ini. Tapi nggak bisa janji heheh. Oh iya jangan lupa buat vote dengan cara tekan bintang yang ada di bawah bacaan, juga tambah di perpustakan ya biar nggak tertinggal. Terimakasi semua 😊😊😊

KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA BETA
Novela JuvenilBukan aku alasan untukmu berubah. Namun dirimu sendiri yang menentukannya. Mau tetap terjebak dalam kegelapan dan kesunyian? Atau mau berjalan menentukan hal yang berbeda dari kegelapan dan kesunyian? ~Beta~ kamu memang bukan alasan untuk merubahku...