6. CANGGUNG

27 12 0
                                    

Seorang lelaki mulai memasuki kelas. Tubuhnya tinggi dengan mata coklat gelap. Tiba tiba saja tubuhku menegang. Bukan Reynard melainkan-

"Nah anak anak ini Alpha. Alpha perkenalkan dirimu pada teman teman"

"Saya Alpha Sean Fernandito. Nice to meet you"

"Tuh kan, gue nggak salah liat. Tapi kok Alpha pindah ke sini ya?"

Aku menggelengkan kepala, masih tidak menyangka kita dipertemukan lagi pada ruang yang sama.

"Nak Al, kamu bisa duduk di bangku kosong yang ada di belakang. Baik anak anak pagi ini kita lanjutkan materi minggu lalu"

~•~•~•~

"KALIAN MAU PESAN APA?"

Lamunanku buyar ketika Marva dengan lantang berteriak tepat didepanku. Saat ini aku duduk bersebelahan dengan lelaki itu. Namun, kita berdua sama sama bungkam.

Pikiranku terus melayang menanyakan beberapa pertanyan. Mulai dari "apakah dia masih mengingatku?" "Apakah dia sudah sepenuhnya sehat?" "kenapa dia pindah kemari?"

"Okey jadi gue batagor, Luisa bakso, Reynard bakso juga. Tinggal kalian, cepet dikit napa"

Oh iya. Tentang Reynard. Ternyata dia juga pindah ke sini. Dia memasuki kelas XII IPA 1. Satu kelas dengan Rara. Aku jarang pergi ke kantin atau main bersama Rara. Toh dia juga sudah memiliki temannya. Kita juga tidak pernah mempersalahkan hal itu.

"Hei Alpha, Beta. Kalian denger gue ngga sih?"

Aku tersentak. Seklias aku menatap Alpha yang membuat pandangan kita bertubrukan.

"Aku nasi goreng aja"

"Oke. Lo Al?"

"Samain"

"Samain punya siapa? Gue, Luisa, apa Beta?"

"Arbeta"

Deg. Ya tuhan ada apa dengan jantungku? Apa ini cuma gara gara mendengar Alpha menyebut namaku? Aduh Ta, kamu aneh aneh saja.

Selama istirahat ini aku lebih banyak bungkam. Rasanya seakan akan mulutku enggan untuk mengeluarkan kata kata. Hendak menanyakan pertanyaan pun masih bimbang. Ternyata aku memang sepengecut itu.

Aku berjalan di lorong yang mulai menyepi. Marva dan Reynard sudah masuk ke dalam kelasnya. Luisa pamit untuk ke kamar mandi. Dan Alpha entah kemana.

Siang ini kelasku tidak ada jam pelajaran. Jadi aku memutuskan untuk melangkahkan kakiku menuju taman belakang sekolah.

Aku selalu suka dengan tempat itu. Tepat dibawah pohon besar dengan daunnya yang hijau dan rimbun. Hembusan angin menerbangkan helaian rambutku.

Aku sedikit tersentak kala ada seseorang bergabung duduk disebelahku. Aku menatap canggung sosok itu. Masih tak tau harus melakukan apa.

"Gue Alpha"

"Aku Arbeta, panggil aja Beta"

Alpha mulai menjulurkan tangannya. Aku menatap bingung manik mata coklat itu.

"Kenapa?"

"Kenalan"

Kenalan? Jadi dia tidak mengingatku? Rasanya ada sesuatu yang retak didalam sana. Namun sesegara mungkin ku terbitkan senyum kecil dibibirku.

Aku mulai menangkat tanganku, menerima tangan Alpha yang masih terjulur. Ku tatap manik mata coklat gelap itu dengan nanar. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku terima saja dia melupakanku? Atau aku harus mengingatkan padanya bahwa aku teman kecilnya?

ALPHA   BETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang