Sepasang kaki milik gadis bernama Zoya itu melangkah pelan menyusuri jalan berkerikil. Suasana sekitar gelap gulita. Namun, di depan sana ada musala kecil, lampunya membiaskan cahaya hingga ke tempat Zoya berpijak. Musala berdinding kaca itu terlihat jelas keadaan di dalamnya, di sana ada seorang lelaki berkupiah putih duduk bersimpuh.
Zoya merasa, tempat ini tidak asing baginya. Namun, ia tidak mengerti di mana. Pelan tapi pasti ayunan langkahnya telah sampai di halaman musala bercat hijau itu, tepat di depan pintu samping. Terlihat begitu jelas lelaki yang tak bergeming dalam munajatnya.
Zoya terus melangkahkan kaki hingga di ambang pintu. Samar-samar, gadis itu mendengar suara lelaki menyebut namanya dalam doa.
"Ya Allah, berilah cahaya hidayahmu pada Zoya, rahmati dia dan jaga agar tak terlalu jauh melangkah di jalan yang salah. Beri dia bahagia dan ketenangan. Bantu dia agar jadi artis yang baik lagi menginspirasi banyak orang. Seperti cantik wajahnya, maka cantikkanlah pula akhlaknya ...."
Kening gadis itu berkerut dalam seiring matanya yang kian menyipit. Doa tersebut terdengar diulang-ulang. Dalam hati Zoya bertanya-tanya siapakah gerangan lelaki itu? Mengapa namanya disebut di dalam doa yang dilangitkannya?
Ia mendudukkan tubuhnya di keramik samping pintu untuk mendengarkan sambil mengingat-ingat, barangkali lelaki itu salah satu kerabatnya. Namun, wajah lelaki yang terlihat dari samping itu sama sekali tak dikenalinya walau terasa familiar.
Kepalanya sesekali melongok ke dalam. Ia ingin masuk, tetapi takut mengganggu kekhusyu-an lelaki itu. Dari tempat Zoya duduk, terlihat jelas kupiah putih itu ada warna marun di bagian atasnya. Unik.
Setelah lumayan lama, akhirnya lelaki yang tubuhnya terbalut baju koko putih itu mengakhiri doa dengan mengusap kedua telapak tangannya ke wajah. Lalu, ia bangkit dan menuju lemari di samping tempat imam. Wajah lelaki itu terlihat sepenuhnya oleh gadis itu saat mengambil Al-Quran. Sejurus kemudian, ia membuka mushaf dan membacanya dengan saksama.
Suara merdu itu terdengar jelas oleh Zoya hingga terasa ada sesuatu yang sejuk menerobos masuk ke dalam hati. Tubuhnya disandarkannya ke dinding sambil memejamkan mata, meresapi perasaan hangat yang menjalari di dalam sana. Ia begitu menikmati alunan merdu yang memenuhi rongga pendengarannya.
Tiba-tiba, ada suara lain yang lebih nyaring terdengar begitu menyebalkan. Bunyi alunan musik yang tak diinginkan terus memekik hingga mengalahkan suara mengaji lelaki itu. Zoya membuka matanya yang terasa berat. Beberapa kali sepasang mata itu mengerjap-ngerjap hingga terbuka sepenuhnya.
Untuk beberapa saat, ia memandangi sekitar. Bola matanya ke kanan dan kiri guna memastikan di mana ia berada. Akhirnya gadis itu mendesah lemah, ia sedang di kamarnya.
Ternyata kejadian tadi hanya mimpi.
Gegas, tangannya terulur ke sisi ranjang, mengambil ponsel di atas nakas untuk mematikan bunyi alarm yang menjengkelkan.
Mimpi itu hadir lagi!
Ia mengusap wajahnya kasar, mimpi yang baru saja dialaminya bukan yang pertama kali. Entah siapa lelaki itu?
Drrrt!
Drrrt!Ponsel miliknya bergetar lagi, gegas ia mengangkat panggilan itu.
"Gila, lo, pagi-pagi begini udah nelpon gue. Seperhatian itu sama gue." Zoya tanpa basa-basi langsung membuka suara yang terdengar serak, khas bangun tidur.
"Huek. Kesambet apa lo pagi-pagi udah bangun? Biasanya juga ampe berkali-kali gue telpon baru diangkat." Suara perempuan di seberang sana terdengar ketus.
"Terus?"
Sejurus kemudian, Zoya menyibak selimutnya, lalu beranjak untuk membuka jendela kamar. Ia menikmati udara segar yang berembus terasa mengenai penciumannya, sambil tangan kirinya memegang ponsel di telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki di Alam Mimpi
RandomBagaimana jika memimpikan orang yang sama berulangkali? Apakah hanya bunga tidur? Atau ... ada sesuatu yang lain? Kisah Zoya Ananta, gadis cantik yang kerap memimpikan lelaki misterius hingga membuatnya penasaran dan terobsesi ingin mencari kebera...